Translate

Selasa, 26 Februari 2013

Don't Judge a Book By Its Cover

Buku ini sebetulnya bukan buku baru, terbit tahun 2002. Namun baru sebulan lalu saya selesai membacanya.

Awal ketertarikan pada buku tersebut karena judulnya Diary Pramugari "Seks, Cinta & Kehidupan". Judul tersebut seperti mengesankan kehidupan yang wow dari profesi pramugari. Wow profesinya, wow gaya hidupnya.

Sebagai mantan pramugari saya tertarik membacanya, karena saya  merasa bahwa profesi tersebut tidak seperti itu.

Ternyata buku tersebut memang menceritakan sisi kehidupan seorang pramugari yang sebenarnya. Bagaimana wanita-wanita dari berbagai kota bersaing untuk ada diposisi tersebut dengan melalu berbagai tahap wawancara dan tes. Tidak sampai disitu, sebelum betul-betul menyandang predikat pramugari, para wanita tersebut masih harus mengikuti berbagai macam pelatihan.

Dalam pelatihan-pelatihan ini bukan wajah cantik yang diperlukan, melainkan otak cerdas, fisik dan mental yang kuat. Mereka dilatih bagaimana menjadi company representative yang baik, safety officer yang tangguh, dokter yang cekatan, juga mengerti, paham, dan dapat menjalankan hukum dan peraturan penerbangan, baik yang berlaku di Indonesia maupun Internasional.

Sayangnya profesi ini sering dipandang dari segi prestigious saja, bukan dari keahlian yang kami miliki. Bahkan tidak sedikit orang yang memiliki persepsi negatif dengan profesi ini.

Dari segi prestigious kami bangga dengan profesi kami. Ya! Karena kami adalah wanita dengan 3B1H1W; brain, beauty, behavior, healthy and wealthy. Tidak semua wanita berparas cantik dan memiliki tubuh proposional bisa lolos dengan sempurna untuk menjadi seorang pramugari. Bahkan para  Miss kecantikan pun belum tentu bisa menjalankan profesi ini.

Tapi kami juga jengah dengan anggapan bahwa pramugari "bisa dipake", kehidupannya ga jauh dari seputar night life, dugem, alkohol, free sex, dll.

Seperti yang diceritakan dalam buku Diary Pramugari "Seks, Cinta & Kehidupan", semua itu kembali kepada individu masing-masing.

Saya sendiri melihat lebih banyak pramugari yang baik, bertanggung jawab dengan profesinya, dibandingkan dengan pramugari yang di stereotipe-kan oleh masyarakat. Karena kami sadar akan tanggung jawab yang kami emban. Tidak mungkin kami rajin dugem dan minum alkohol dengan kondisi jadwal terbang yang padat. Selain itu sangsi berat siap menghampiri kami, yang terburuk yaitu pencabutan ijin terbang seumur hidup.

Saya tidak mau munafik, saya pun sesekali suka menikmati kehidupan malam disela-sela jadwal terbang yang padat. Pembenaran yang saya buat adalah setelah terbang sejak pagi hingga senja, tidak ada salahnya memberikan hadiah bagi diri sendiri, menikmati waktu sambil bersantai bersama teman-teman dan kerabat. Dengan catatan, besok jadwal saya adalah Day Off.


Rabu, 20 Februari 2013

Yes! I Made It

Ngga disangka-sangka keisengan hari ini berbuah satu kemajuan.

Ya! akhirnya blog ini memiliki domain yang lebih personalized.

Rencananya hari ini saya hanya ingin merubah sedikit tampilan blog, namun sebuah opsi pada bagian setting menarik perhatian saya, yaitu add your own domain.

Ketika saya klik opsi tersebut, isinya ternyata panduan untuk membuat domain pribadi.

Saya ikuti tahapannya satu persatu, ternyata opsi ini merupakan opsi berbayar. Agak malas juga pas tahu mesti bayar, tapi setelah dipikir-pikir tidak ada salahnya dicoba.

Dan.... Jadilah domain pribadi saya.

Ladies and gentlemen, please welcome www.agitamaulani.com

Enjoy.... ;)


Kemana Perginya Hati Nurani?

Satu bulan lebih Indonesia mengalami serangkaian bencana alam. Mulai dari banjir, longsor, sampai gempa bumi. Tidak hanya kota Jakarta yang mengalami banjir parah, beberapa kota dipulau Sumatera, Sulawesi, bahkan Kalimantan yang masih memiliki banyak hutan pun kini dilanda banjir.

Mestinya bencana ini menjadi perhatian utama bagi pemerintah kita. Sayang karena menjelang PEMILU 2014, sepertinya mereka sibuk rekonsiliasi dipartai masing-masing guna memenangkan perhelatan akbar tersebut.

Entah saya yang kurang mengikuti berita atau memang pemerintah kita sedang kurang peduli. Saya tidak banyak melihat aksi mereka dalam penanggulangan bencana ini.

Hanya sedikit pejabat yang betul-betul menunjukan kepeduliannya akan kondisi yang dialami masyarakat didaerah yang tertimpa bencana. Lebih banyak pihak swasta, LSM, bahkan artis, yang ikut turun membantu para korban bencana.

Sedangkan para elit sibuk dengan partai masing-masing. Ada yang sibuk rekonsiliasi karena anggota partainya terkait kasus korupsi. Ada yang sibuk merapatkan barisan karena salah satu petinggi partainya pindah ke partai lain, dan diikuti oleh kader-kader lainnya. Bahkan Presiden SBY pun sempat menjadi sorotan karena belakangan dia lebih terlihat sibuk dengan permasalahan partainya.

Kemanakah hati nurani para pejabat & wakil rakyat?
Padahal rakyat yang memilih mereka, memberikan kepercayaan dan harapan untuk hari esok yang lebih baik.

Atau memang Tuhan sedang menunjukan kepada kita, seperti apa sesungguhnya para pemimpin bangsa ini.


Minggu, 17 Februari 2013

Apa Arti Nasionalisme?

Apa sih arti nasionalisme? Cinta tanah air? Memakai Batik & beli produk-produk asli Indonesia apa bisa dikategorikan sebagai bentuk nasionalisme?

Entahlah, yang pasti sebagai warga negara Indonesia, saya termasuk yang tidak puas dengan pemerintahan negara saya ini.

Kennedy bilang "Jangan tanya apa yang negara berikan padamu, tetapi tanyakan apa yang sudah kamu berikan untuk negaramu".

Hmmmm.... Yang pasti sih saya bayar pajak, sayangnya pajaknya dikorupsi.

Nah, yang perlu dipertanyakan masalah nasionalisme itu bukan saya atau atau warga Indonesia lainnya, tapi pertanyaan itu mesti diajukan kepada para pemangku jabatan, pembuat kebijakan dinegara ini, apa mereka orang yang nasionalis?

Kalau jawabannya "Iya", berarti mereka bohong, karena seorang nasionalis seharusnya bisa membuat kebijakan-kebijakan yang baik untuk masyarakat dan negaranya. Bukannya membuat kebijakan hanya agar populer. Apa lagi kebijakan yang hanya menguntungkan diri sendiri dan teman-teman dekat.

Lalu apa saya seorang yang nasionalis? Mmmmm... Sepertinya iya!
Toh, walaupun pemerintahan yang ada lebih sering menyebalkan dibandingkan menyenangkan, saya masih baik, tidak menjadi antek-antek pihak asing yang mau ambil untung dari Indonesia.


Good Luck BUMI

Sejak setahun belakangan berita kisruhnya grup Bakrie vs Nat Rothschild terkait Bumi Resources menjadi sorotan dalam kolom ekonomi & bisnis dibanyak media, baik media cetak maupun elektronik, bahkan saya pun jadi ikut mengikuti perkembangan yang terjadi , namun seorang teman memberikan komentar "Ih..itu kan grupnya Bakrie, karma Lapindo tuh"

Terlepas dari pemberitaan-pemberitaan negatif terkait grup besar tersebut, sepertinya komentar teman saya itu tidak pada tempatnya.

Yang membuat saya tertarik dengan permasalahan ini bukan siapa pemilik perusahaannya, tapi karena sejak awal perusahaan batu bara ini menarik perhatian.

Ketika saham dilepas kepasaran, lakunya seperti kacang goreng, harga saham pun melesat.

Sayangnya hal ini tidak bertahan lama, masalah mulai muncul ketika si partner Nat Rotschild mengeluarkan statement yang merugikan, menyebabkan harga saham meluncur bebas hingga 70%.

Kabar yang beredar, bahwa hal itu dilakukan Nat guna mengambil alih Bumi Resources, mengingat cadangan batu bara yang dimiliki Bumi merupakan salah satu yang terbesar didunia.

Nah, yang menjadi perhatian saya adalah kalau sampai hal itu terjadi, bahwa Bumi dikuasai oleh pihak asing, nasibnya bisa sama seperti Freeport. Kita hanya bisa gigit jari melihat hasil alam kita dinikmati oleh orang lain.

Berita terakhir yang saya baca, rencananya tanggal 21 Februari 2013 akan dilaksanakan general meeting guna menyelesaikan permasalahan yang ada. Doa saya "Good luck Bumi, semoga kamu masih menjadi milik Indonesia".