Awal ketertarikan pada buku tersebut karena judulnya Diary Pramugari "Seks, Cinta & Kehidupan". Judul tersebut seperti mengesankan kehidupan yang wow dari profesi pramugari. Wow profesinya, wow gaya hidupnya.
Sebagai mantan pramugari saya tertarik membacanya, karena saya merasa bahwa profesi tersebut tidak seperti itu.
Ternyata buku tersebut memang menceritakan sisi kehidupan seorang pramugari yang sebenarnya. Bagaimana wanita-wanita dari berbagai kota bersaing untuk ada diposisi tersebut dengan melalu berbagai tahap wawancara dan tes. Tidak sampai disitu, sebelum betul-betul menyandang predikat pramugari, para wanita tersebut masih harus mengikuti berbagai macam pelatihan.
Dalam pelatihan-pelatihan ini bukan wajah cantik yang diperlukan, melainkan otak cerdas, fisik dan mental yang kuat. Mereka dilatih bagaimana menjadi company representative yang baik, safety officer yang tangguh, dokter yang cekatan, juga mengerti, paham, dan dapat menjalankan hukum dan peraturan penerbangan, baik yang berlaku di Indonesia maupun Internasional.
Sayangnya profesi ini sering dipandang dari segi prestigious saja, bukan dari keahlian yang kami miliki. Bahkan tidak sedikit orang yang memiliki persepsi negatif dengan profesi ini.
Dari segi prestigious kami bangga dengan profesi kami. Ya! Karena kami adalah wanita dengan 3B1H1W; brain, beauty, behavior, healthy and wealthy. Tidak semua wanita berparas cantik dan memiliki tubuh proposional bisa lolos dengan sempurna untuk menjadi seorang pramugari. Bahkan para Miss kecantikan pun belum tentu bisa menjalankan profesi ini.
Tapi kami juga jengah dengan anggapan bahwa pramugari "bisa dipake", kehidupannya ga jauh dari seputar night life, dugem, alkohol, free sex, dll.
Seperti yang diceritakan dalam buku Diary Pramugari "Seks, Cinta & Kehidupan", semua itu kembali kepada individu masing-masing.
Saya sendiri melihat lebih banyak pramugari yang baik, bertanggung jawab dengan profesinya, dibandingkan dengan pramugari yang di stereotipe-kan oleh masyarakat. Karena kami sadar akan tanggung jawab yang kami emban. Tidak mungkin kami rajin dugem dan minum alkohol dengan kondisi jadwal terbang yang padat. Selain itu sangsi berat siap menghampiri kami, yang terburuk yaitu pencabutan ijin terbang seumur hidup.
Saya tidak mau munafik, saya pun sesekali suka menikmati kehidupan malam disela-sela jadwal terbang yang padat. Pembenaran yang saya buat adalah setelah terbang sejak pagi hingga senja, tidak ada salahnya memberikan hadiah bagi diri sendiri, menikmati waktu sambil bersantai bersama teman-teman dan kerabat. Dengan catatan, besok jadwal saya adalah Day Off.