Translate

Kamis, 28 September 2017

Pamit


Ada gundah dari rindu yang terus melanda
Gelisah karena cinta

Terombang-ambing dalam penantian
Bagai bahtera yang tak kunjung menemukan dermaga

Rindu tak jua bersauh
Aku memilih menjauh

Maaf aku harus pamit
Bukan sudah tak ada rasa, tetapi karena aku terlalu cinta

Tentangmu, aku titipkan pada-Nya
Biar Dia yang menentukan akhir kisah kita

Akan aku resapi asa ini sendiri hingga hati bisa mencintaimu sewajarnya
Tak melebihi cintaku pada Sang Maha Kuasa


28.09.2017
~Agita Maulani~

***


Selasa, 26 September 2017

Bagai Angin


Engkau bagai angin

Kau hembuskan asa dihatiku
Kau buai aku dengan kesejukan cintamu

Aku terlena ....

Aku lupa bahwa engkau bagai angin, kadang terasa hadirnya, kadang hilang entah kemana

Bagai angin, hadirmu tak hanya sejukan diri tetapi datangkan badai di hati


18.02.2017 - 06:23
~Agita Maulani~

***

Senin, 25 September 2017

Tentang Rindu



Rindu yang aku ungkapkan, itu bukan gombal

Rasa yang aku sampaikan, bukan pula puitis

Aku bukan seorang penyair yang pandai merangkai kata

Aku adalah aku

Jujur dengan rasaku padamu


22.05.2016
~Agita Maulani~

***


Minggu, 24 September 2017

Bukan Basa-Basi

 
 
Aku mencintaimu tanpa tapi
Menyayangimu tanpa kecuali
Tak ada basa-basi
Inilah aku tulus dari hati

Kamu adalah kamu
Tak perlu membuktikan siapa dirimu
 Aku tak perlu itu!
 Ijinkan aku memahami apa adanya dirimu

14.09.2017 - 23:09
~Agita Maulani~

***

 

Selasa, 19 September 2017

Mati Logika


Rakyat tak lagi tidur
Dia sudah bangun dan sadar dari mimpi-mimpi

Suaranya lantang
Terdengar di seluruh penjuru negeri

Sayang kebangkitan suaranya dianggap kebodohan
Mengeluarkan pendapat dianggap provokasi

Mereka yang katanya pintar justru terlena dengan tipu daya
Terbuai dengan kata yang hanya retorika

Mati logika!

Apalah artinya kata-kata jika tak disertai sikap nyata
Saat kata tak serupa sikap, pantaskah dipercaya?

Mulut mudah berdusta, tidak dengan nurani
Perangai adalah cerminan isi hati dan pikiran, itu jelas!

Siapa yang bodoh sesungguhnya?

Lagi, si pintar masih saja gagal paham
Haruskah negeri ini tersungkur dahulu agar yang merasa pintar tersadar?

Sesal datang belakangan.
Satu per satu korban berjatuhan

Kala negeri kehilangan arah, siapa yang dipersalahkan ?

Lagi, si rakyat yang dianggap bodoh menjadi kambing hitamnya.


***

Jumat, 15 September 2017

Inginku ....


Aku bukan sekedar ingin memenangkan hatimu
Aku ingin menjadi penenang jiwamu

Kala diri lelah menyusuri hari, ada aku yang menjadi tempatmu untuk pulang
Saat penat menghampiri, akulah tempatmu bercerita

Aku akan menjadi tumpuan kapan pun kamu membutuhkan

Pun aku ....

Ingin punggung itu yang menjadi tempatku bersandar
Ingin tangan itu yang mendekapku erat

Harapku raga itu yang setia menemani hingga di surga nanti

Inginku .... Itu kamu!


Selasa, 12 September 2017

Aku Si Orang Baik


"Kamu terlalu baik untuk aku" kalimat klise yang tak asing di telinga.

Para insan yang pernah dibuat patah karena kalimat ini akan berkomentar "Ah basi".

Kalimat yang aneh untuk diucapkan kala hubungan tak lagi sejalan dan memilih berpisah di tengah persimpangan.

Kenapa kalimat itu yang terucap?
Kenapa tidak bicara apa adanya?
Sungguh, jujur lebih baik walaupun menyakitkan.

Jika aku baik, bahkan terlalu baik, kenapa engkau memilih pergi?
Bukankah setiap orang ingin memiliki pasangan yang baik?

Apakah aku harus menjadi seorang yang kurang baik agar bisa berada disisimu?
Apakah engkau lebih senang dengan aku yang tak mampu menjaga perasaan dan menyakiti hatimu dengan sikap-sikapku?

Tentu tidak!
Engkau akan melangkah pergi karena aku yang tak baik.

Lalu aku harus bagaimana?

Ah, memang apa yang ada di hati dan pikiran tak dapat ditebak. Entah apa maumu. Aku baik, salah. Jika tak baik akan menjadi lebih masalah.
 
Jangan-jangan engkau yang bermasalah hingga Dia menjauhkanmu dariku, yang baik dengan segala ketidakbaikan yang ada pada dirimu.

Seperti firman-Nya pada surat An Nur ayat 26:

Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula).


***

Jumat, 08 September 2017

Nasihat Untuk Jiwa



Dia yang menggenggam hati dan jiwa setiap manusia

Rasamu padanya hadir karena kuasa-Nya

Maka...
Cintailah dia sesuai kehendak-Nya
Cintai dia hanya karena-Nya

Agar Dia tak cemburu
Agar Dia tak segera mengambil milik-Nya yang kini kau genggam dalam hati,
...lalu mengujimu dengan sakitnya rasa kehilangan


01.02.16
~Agita Maulani~


*re-write from Path: Agita Maulani

Rabu, 06 September 2017

Lebih Baik Sakit Gigi atau Sakit Hati?


Hari ini saya diminta oleh adik semata wayang untuk menemaninya kedokter gigi.

"Gigi gue sakit banget" keluhnya.

Dokter praktik mulai pukul 10.00 pagi. Agar mendapat nomor antrian awal, kami berangkat pukul 09.00, satu jam waktu yang pas untuk menempuh kemacetan kota Bogor.

Sepanjang perjalanan kami membahas seputar kesehatan gigi. Tentang gigi geraham yang sebaiknya dicabut atau tidak hingga pembicaraan soal lebih baik mana antara sakit gigi atau sakit hati.

Huh... lagi-lagi urusan hati.

Pembahasan ini terinspirasi dari lagu dangdut yang dinyanyikan oleh almarhum Meggie. Z berjudul Lebih Baik Sakit Gigi.

"Daripada sakit hati lebih baik sakit gigi ini" begitu penggalan lirik lagunya.

Apa iya sakit gigi lebih baik daripada sakit hati?
Bukankah yang namanya sakit, entah itu sakit gigi, sakit hati atau sakit apa pun rasanya tidak ada yang enak?

Mari sejenak kita menilai mana yang lebih baik.

Sulit menggambarkan rasanya sakit gigi. Seringan apa pun tetap membuat tidak nyaman. Bukan hanya menggangggu selera makan tetapi juga mengganggu aktifitas sehari-hari. Selain itu sakit gigi dapat membuat kantong ikut sakit karena harus melakukan pemeriksaan kedokter gigi. Sudah menjadi rahasia umum bahwa biaya sakit di Indonesia tidaklah murah. Bagai jatuh tertimpa tangga, sudah sakit harus mengeluarkan rupiah pula.

Bagaimana dengan sakit hati?

Sama seperti sakit gigi, rasa sesak dan gundah karena sakit hati juga dapat mengganggu selera makan dan mengurangi semangat dalam beraktifitas. Bedanya sakit hati tidak memerlukan biaya berobat, yang diperlukan adalah move on.

Ada ratusan tips dan trik soal move on namun sayang tampaknya itu hanya teori. Prakteknya move on lebih sulit dari ujian matematika.

Sulit move on dan terus bergulat dengan sakit hati bukan berarti buruk. Mengutip kalimat dari salah satu mentor menulis saya, Brili Agung "Jadikan patah hati sebagai royalti".

Kok sakit hati dijadikan uang?
Memang bisa?

Bisa!

Saat gundah ambilah pena dan kertas, menulislah ....
Saat gelisah ayunkan kuas pada kanvas, melukislah ....

Kala sakit hati melanda tuangkan segala asa dalam karya.

Lihat bagaimana seorang Glenn Fredly menuangkan asa pada lagu-lagunya di album Selamat Pagi Dunia. Kabarnya beberapa lagu tersebut adalah curahan hati tentang akhir kisah cinta dengan sang kekasih (tidak perlu disebutkan siapa orangnya, karena ini bukan blog gosip). Albumnya meledak dipasaran, melakukan tur keliling Indonesia dan pastinya menambah pundi-pundi rupiah.

Jadi mana yang lebih baik, sakit gigi atau sakit hati?

***