Translate

Rabu, 15 April 2020

Belajar Lagi, Yuk!


Dulu hanya sedikit pengusaha yang masuk ke dunia politik. Meski berkawan dengan politikus, kebanyakan dari mereka enggan jika terjun langsung untuk berpolitik.

Urusan politik, kala itu pengusaha-pengusaha hanya berperan di belakang layar. Fokus mereka lebih kepada mengembangkan bisnisnya. Tidak hanya di Asia, tapi hingga ke Eropa, Amerika dan Rusia.

Dunia politik memang bukan tempat yang tepat untuk pengusaha, apa lagi jika menjadi pejabat negara. Walau dalam dunia bisnis terdapat unsur politik tetapi tentu berbeda dengan politik kenegaraan. 

Politik dalam berbisnis tentang kepentingan pribadi, bicara untung rugi juga penguasaan pasar. Sedangkan politik bernegara justru harus mengesampingkan kepentingan sendiri, tidak bicara untung rugi, karena politik bernegara tentang kemasyarakatan dan keadilan sosial. Repot jika otak pengusaha dijalankan pada urusan negara.

... tapi itu dulu.
Dulu sekali ....

Sekarang, banyak pengusaha yang bergelut di dunia politik dan menjadi pemangku jabatan. Berkontribusi tidak hanya untuk negeri tetapi juga untuk kepentingan diri; tentu saja bisnisnya. Ibarat pepatah, sekali mendayung dua tiga pulau terlewati.

Hal ini tentu tidak baik. Konflik antara kepentingan pribadi dan umum bercampur aduk. Rentan terjadi penyalahgunaan wewenang.

Seperti yang sedang ramai di lini masa, ada yang melakukan tindakan dengan menggunakan jabatan dan melibatkan lini usahanya. Lupa bahwa ada etika dalam bernegara, berpolitik, dan berbisnis, yang tidak bisa dicampur aduk, tidak bisa diterobos begitu saja.

Sebetulnya sudah menjadi rahasia umum bahwa ada pejabat-pejabat yang memanfaatkan posisinya untuk kepentingan usaha pribadi. Sayangnya yang sedang ramai dibicarakan ini pemain baru. Langkahnya kurang cantik, sehingga ulahnya dengan mudah diketahui.

Digadang sebagai milenial berprestasi seharusnya menjadi contoh bagi kaum muda, bukan malah menambah coreng wajah pemerintahan.

Sepantasnya si pejabat-pejabat muda ini undur diri, kembali menimba ilmu, masih banyak yang harus dipelajarinya, terutama tentang keseimbangan peran. Hal ini penting jika ingin menjadi pebisnis sekaligus pejabat, agar luwes dalam bertindak, tepat mengambil keputusan, dan bermoral ketika bersikap, karena ceroboh sedikit, urusan bisa merembet kemana-mana. Tentunya tidak ada yang ingin masa muda cemerlang ternoda catatan hitam dari meja hijau.


15.04.2020 - 13:50
Agita Maulani


***