Translate

Selasa, 16 April 2013

Pilih Mana? (Bagian 1)

DIET atau TIDAK DIET?

Dengan lantang saya memilih untuk TIDAK DIET. Bukan tidak sayang tubuh atau tidak menjaga kesehatan, tetapi saya memang doyan makan. Kalau ditanya makanan apa yang saya tidak suka, saya pasti bingung menjawabnya.

Tidak diet bukan berarti saya makan seenaknya. Saya tetap menjaga porsi makan dan jenis makanannya. Setelah mencoba memahami tubuh sendiri akhirnya saya mendapat kesimpulan bahwa tubuh saya amat sangat bersahabat dengan karbohidrat. Zat tersebut dengan mudah diserap tubuh saya. Akhirnya saya pun memilih untuk menjaga asupan karbohidrat agar tidak berlebihan.

Apakah yang saya lakukan termasuk diet karbohidrat?
Tidak, karena saya masih doyan mengonsumsi nasi kebuli dan mi ayam. Saya juga masih suka ngemil.

Untuk menyeimbangkan hobi makan, saya teratur mengonsumsi teh Oolong, kadar antikosidan yang tinggi dalam teh tersebut sangat baik untuk menjaga kondisi tubuh. Yang tidak kalah penting yaitu konsumsi sayur dan buah setiap hari.


OLAHRAGA atau TIDAK OLAHRAGA?

Tentu pilihannya adalah OLAHRAGA, walaupun saya malaaaaasssss sekali berolahraga. Bukan cuma malas, tapi juga jenuh dan bosan.

15 Juni 1997, Ujian Geup 6
Sejak kelas 1 SMP hingga kelas 3 SMA saya menekuni olahraga tae kwon do. Dengan tae kwon do pula saya sempat merasakan latihan intensif setiap hari tanpa libur selama kurang lebih 4 bulan. Latihan intensif ini dilakukan 2x sehari, yaitu pagi pukul 06.00 - 08.00 untuk latihan stamina dan dan fisik, pukul 16.00 - 20.00 untuk latihan teknik.

Hasilnya tentu tubuh yang sehat, bebas makan apa saja, tanpa khawatir dengan berat badan. Pada saat itu sekali makan mi instan saya bisa menghabiskan 2 porsi sekaligus looohh.. :D

Konsekuensi dari latihan intensif yaitu rasa lelah yang mengakibatkan saya suka mengantuk didalam kelas, tubuh saya pun sering dihiasi lecet, lebam atau cedera ringan.

Selain tae kwon do, saya pun pernah coba nge-gym. Pertamanya sih semangat, selanjutnya sering absen, akhirnya berhenti total.

Sekarang paling hanya sesekali jalan pagi atau lari pagi saja (sesekali alias jarang-jarang).


IBU RUMAH TANGGA atau BEKERJA?

Dulu saya idealis dengan memilih menjadi ibu rumah tangga saja. Karena menurut saya jaman sekarang sudah berbeda dengan jaman saya dulu. Dulu seorang ibu tidak perlu khawatir meninggalkan anaknya hanya dengan pembantu atau pengasuh dirumah, sementara ia pergi bekerja, mencari tambahan untuk membantu ekonomi keluarga. Sekarang perubahan jaman membuat para ibu harus ekstra menjaga anak-anaknya. Kurang pengawasan salah-salah anak terjebak dalam pergaulan yang tidak baik atau malah jadi korban pengasuhnya sendiri.

Seiring waktu berjalan idealisme saya berubah. Saya memilih menjadi IBU BEKERJA. Alasannya bukan karena faktor ekonomi saja, tetapi lebih kepada kemandirian seorang perempuan, dimana hal tersebut sangat penting. Kita tidak pernah tahu jalan hidup kedepan akan seperti apa. Jika seorang perempuan bisa mandiri, apapun rintangan didepan pasti dapat dihadapinya.

Bekerja tidak hanya asal bekerja, tidak sekedar mencari kegiatan positif namun menghasilkan. Tetapi juga harus memperhitungkan pendapatan versus pengeluarannya. Jangan sampai gaji kita hanya habis untuk biaya transport dan makan siang dikantor.

Lalu pertimbangkan juga seberapa bisa kita menerima tingkat stres dari pekerjaan tersebut. Jangan sampai beban pekerjaan dikantor terbawa kerumah, pasangan dan anak terkena imbasnya.


MENGIKUTI TREND atau TIDAK MENGIKUTI TREND?

Saya memilih MENGIKUTI TREND, tetapi yang sesuai dengan pribadi saya. Saya cendrung tomboy dan santai, jadi saya akan memilih flat shoes atau wedges daripada memakai sepatu dengan hak setinggi 13cm untuk sekedar jalan-jalan di mall.

*Thumbs up buat para wanita yang rela meninggalkan kenyamanan demi sebuah gaya.



BRANDED, TIDAK BRANDED, atau BARANG PALSU (KW)?

Dalam mengikuti trend tentu produk branded menjadi pilihan utama. Begitu juga saya, tetapi saya memilih produk branded yang sesuai dengan kemampuan kantong.

Jangan maksa! Kalau tidak mampu beli tas Hermes ya ga usah juga beli yang palsunya. Biar pun kata pedagang tas palsu tersebut berkualitas super duper tetap saja itu bukan produk original.



Walaupun suka dengan produk branded, saya tetap merasa aneh kalau memakai T-shirt dengan tulisan/sablon/aplikasi mute/glitter segede gaban dibagian depan (walaupun t-shirt tersebut juga dipakai oleh Sarah Jessica Parker).

Saya suka dengan produk branded bukan karena gaya-gayaan atau karena gengsi, tetapi lebih karena produk-produk tersebut memiliki kualitas baik. Membeli produk dengan kualitas yang baik termasuk penghematan karena produk tersebut bisa dipakai lama. Karena bisa dipakai lama, maka pilihlah model yang timeless. Kalau kira-kira modelnya hanya akan bertahan beberapa bulan saja lebih baik tidak usah dibeli, daripada nantinya hanya memenuhi lemari saja.

Suka dengan produk branded bukan berarti saya anti dengan produk tidak branded. Banyak kok produk-produk tidak branded yang saya gunakan. Karena menurut saya yang paling penting adalah kualitas dari barang tersebut dan kenyamanan saat menggunakannya.

Menggunakan produk branded bukan juga tidak cinta produk Indonesia. Justru sekarang banyak produk branded buatan (dibuat) Indonesia, dengan kualitas yang sangat baik tentunya, misal merk Gobelini dan Roteli. Bahkan pakaian dalam merk terkenal Victoria's Secret pun diproduksi di Indonesia. Padahal pakaian dalam merk tersebut tidak dijual di Indonesia. Store  yang baru dibuka disalah satu mall di Jakarta saja hanya menjual body care, body mist, parfum dan aksesori seperti tas dan sunglasses. Rasanya ngoook banget beli produk tersebut dinegeri nun jauh disana, eh dilabel tertulis dengan jelasnya MADE IN INDONESIA.

*Mestinya kan kalau diproduksi di Indonesia dijual di Indonesia juga yaa..

Lalu bagaimana dengan produk palsu? Saya pun pernah sekali membeli sebuah tas palsu alias kw disebuah online store. Ketika barang saya terima, ternyata tidak begitu bagus, akhirnya tas tersebut saya jual kembali. Karena permintaan tas-tas kw tersebut cukup tinggi, saya dan sepupu juga pernah menjadi re-seller tas-tas kw, tetapi akhirnya berhenti. Kata kakak ipar yang berprofesi sebagai pengacara "Itu pelanggaran".

---

Pilihan yang penting ngga penting yaaa... Yang pasti sebelum mengambil keputusan, dalam urusan pilih memilih (hal apa pun itu) kita harus melihatnya dari segala sisi, baik itu sisi positif maupun negatif. Dan kalau ternyata apa yang kita pilih salah, bukan berarti kita gagal total. Justru kita bisa belajar dari kesalahan tersebut, agar tidak terulang dikemudian hari.

Lalu, apa pilihanmu?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar