Translate

Minggu, 06 Oktober 2013

Simpanan

Suatu sore seorang teman wanita yang sedang hamil menghampiri meja kerja saya "Yah.. Ngga ada cemilan ya?"

"Ada nih" jawab saya, sambil membuka lemari kecil dibawah meja kerja.

Seorang teman yang juga sedang bersama kami menimpali "Wah, didalam lemarinya Ita ada simpanan ternyata"

Sambil tertawa saya menjawab "Oh iya, harus itu"

Sambil menikmati cemilan sore, teman saya memberikan pernyataan sekaligus pertanyaan "Kenapa yaa.. Kata "simpanan" itu konotasinya negatif?"

*

Hmmmm....
Betul juga apa yang teman saya katakan, saat ini kata simpanan cenderung berkonotasi negatif. 

Dulu kata simpanan ini seperti tabu untuk diucapkan, aib yang harus ditutupi. Sekarang kata simpanan yang berkonotasi negatif tersebut malah semakin familiar dikuping.

"Dia kan simpanan Bapak A, yang punya perusahaan XYZ" atau "Si C sekarang jadi simpanan Ibu D, yang punya resto ABC"

Ada juga yang terang-terangan mengakui sebagai simpanan bahkan sampai konfrensi pers segala. Biasanya sih yang begini perempuan. Saya belum pernah melihat laki-laki yang menjadi simpanan tante kesepian melakukan pengakuan secara terbuka.

Tetapi masih banyak juga perempuan yang malu-malu kucing mengakui dirinya sebagai simpanan, walaupun statusnya tersebut sudah menjadi rahasia umum.

*

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia ( www.kbbi.web.id atau www.kamusbahasaindonesia.org ), simpanan artinya sesuatu yang disimpan (uang, barang, dsb).

Ya, dalam arti positif simpanan berarti menyimpan sesuatu yang berguna, berharga; menyimpan ditempat yang aman.

*

Wanita yang baru menikah biasanya mendapatkan nasehat bijak dari Ibu, Nenek atau Tante "Jadi istri itu harus pinter, punya simpanan, jaga-jaga kalau ada kebutuhan mendadak"

Maksud simpanan disini adalah tabungan, menyisihkan sedikit dari uang yang diberikan oleh suami.

Bahkan ketika saya kecil, saya ingat sebuah Bank nasional memiliki produk yang namanya cukup populer, yaitu Simpanan Pedesaan (Simpedes), sekarang saya tidak tahu apakan produk perbankan ini masih ada atau tidak.

Simpedes bertujuan menarik minat masyarakat pedesaan yang biasanya lebih suka menyimpan uang dirumah, agar menyimpan (menabung) uangnya di bank, dengan setoran awal dan setoran minimum setiap bulannya yang cukup rendah. Dana yang dihimpun tersebut disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman untuk membiayai usaha kecil mereka.

*

Saya tidak tahu sejak kapan kata simpanan pada akhirnya memiliki arti negatif.

Yang pasti kata simpanan baik dalam arti positif maupun negatif harus disimpan dan dijaga, diletakan ditempat yang aman dan terpercaya.

Bedanya, simpanan dalam arti positif harus disimpan dan dijaga ditempat aman dan terpercaya untuk berjaga-jaga jika terjadi keadaan darurat, mendesak, atau tak terduga. Sedangkan simpanan dalam arti negatif harus dijaga dan disimpan ditempat aman justru agar tidak terjadi keadaan darurat (ketahuan istri atau suami resmi).


Minggu, 30 Juni 2013

Agresi Belanda

...sebuah catatan kecil yang terlambat diposting :D

Saya bukan ahli dalam olahraga sepak bola, tetapi ini sedikit catatan kecil dari pertandingan sepak bola antara Indonesia vs Belanda, Jumat 7 Juni 2013.

Sejak dikabarkan bahwa Timnas sepak bola belanda akan melakukan pertandingan persahabatan dengan Timnas Indonesia, masyarakat Indonesia sangat antusias, apa lagi Robin Van Persie yang sedang meraih sukses bersama timnya Manchester United dipastikan akan hadir juga.

Sayang ketika perhelatan digelar malah menimbulkan sedikit kontroversi, bahwa kita masih dijajah belanda dalam versi baru, berikut catatan dari saya:

1. Sebagai tim kandang Indonesia terpaksa memakai kostum tandang putih hijau, karena tim Belanda hanya membawa kostum kebanggaanya, orange. Jadi tim Indonesia mengalah tidak memakai kostum kebesaran merah putih, karena warnanya hampir serupa dengan kostum tim Belanda.

2. Tidak ada konferensi pers resmi dari pihak timnas belanda.

3. Dalam 90 menit petandingan dilakukan time out, satu kali pada babak pertama, satu kali pada babak kedua. Jujur saya belum pernah melihat hal ini sebelumnya dalam pertandingan sepak bola. Apakah karena Indonesia panas? Kalau iya, kenapa para pemain LA Galaxy dan Internazionale baik-baik saja waktu bertanding bersama timnas?

4. Hasil akhir pertandingan Indonesia 0 - 3 Belanda. Yang aneh, ketika Belanda menjebol gawang Indonesia, para penonton banyak yang bersorak gembira.

Hmmmm...

Walaupun timnas Indonesia kalah, saya tetap bangga dan salut, apalagi pada babak pertama Robin Van Persie dibuat frustasi karena semua serangannya berhasil dipatahkan oleh Kurnia Mega.

Melihat performa timnas indonesia saat ini, tentu kembali membuat optimis para pencinta sepakbola. Melawan tim unggulan sekelas timnas belanda, kita masih hanya kalah 0 - 3, tidak seperti ketika pertandingan pra piala dunia kita kalah telak 0 - 10 melawan Bahrain, atau beberapa tahun silam ketika melawan tim Indonesia Primavera vs Ac Milan, kalah telak 0 - 7 (mohon ralat kalau saya salah).

Kita masih akan melihat timnas Indonesia bertanding melawan tim-tim besar asal Inggris, yaitu Arsenal, Liverpool dan Chelsea. Mari kita berdoa agar performa timnas Indonesia semakin meningkat, dan dapat mengalahkan tim-tim tersebut. Amin!

Minggu, 09 Juni 2013

I Hate You but I Love You

Sebuah cerita tentang ironi kehidupan!
*tsaaaaahhh.. opening-nya kesannya wow banget :P

Ini bukan cerita cinta, tapi cerita soal pekerjaan, dimana salah satu faktor penting didalam pekerjaan saya justru sesuatu yang saya tidak suka.

Faktor-faktor yang menjadi bahan pertimbangan saya dalam pekerjaan yaitu:

1. Perusahaan, Bidang usaha, dan Unit Usaha.

Harus jelas bibit, bebet, bobotnya. Apakah usaha yang dijalankan legal? Apakah kondisi perusahaan baik? Jangan sampai baru masuk satu bulan sudah kena perampingan, dirumahkan.
Saya pernah mengalami ketika akan interview disatu perusahaan, para karyawan perusahaan tersebut malah sedang persiapan demo. Padahal perusahaan tersebut salah satu perusahaan retail besar di Indonesia, dan baru saja mengakuisisi kompetitornya.

2. Posisi, jabatan, tanggung jawab.

Saya memilih pekerjaan dengan posisi dan tanggung jawab yang sesuai kemampuan juga kapabilitas saya. Impian muluk sih ada tapi juga harus realistis. Tidak mungkin kita meraih sesuatu secara instan, semua perlu proses.

3. Gaji dan Fasilitas.

Harus sesuai dengan beban pekerjaan, juga biaya-biaya, seperti transport dan makan siang. Jangan sampai lebih besar pasak dari pada tiang.

4. Lokasi.

Mengingat kondisi lalu lintas yang semakin tidak bersahabat, tentu saya memilih lokasi yang cukup nyaman untuk dilalui setiap harinya. Pilihan utama tentu pada kota tempat saya tinggal sekarang, Bogor. Di Jakarta saya membatasi hanya seputar Jakarta Selatan, Jakarta Pusat dan sebagian Jakarta Timur.

5. Situasi & Kondisi Lingkungan Kerja.

Sebesar apa pun gaji kita, tetapi kalau situasi dan kondisi lingkungan kerja tidak nyaman, tetap saja tidak enak.

---


Nah, dari kelima faktor diatas semua terpenuhi dalam pekerjaan saya saat ini. Yang menjadi ironi bagi diri saya yaitu bidang usaha yang dijalankan adalah pengendalian hama.

Seperti kebanyakan perempuan, saya geli dan jijik dengan beberapa jenis serangga dan hewan. Walaupun saya tidak berurusan langsung dengan serangga-serangga tersebut, tetapi sebagai bagian dari perusahaan saya harus mengetahui secara jelas bidang usaha yang dijalankan perusahaan.

Maka dimulailah perjalanan saya mengenal lebih jauh tentang pengendalian hama. Hama-hama yang dikendalikan mulai dari nyamuk, rayap, kecoa, semut, tikus, ular, bahkan dibeberapa wilayah dilakukan pengendalian terhadap kelelawar, burung, anjing dan kucing.

Saya belajar tidak hanya bagaimana proses pengendalian dilakukan, tetapi juga mempelajari secara ilmiah karakteristik dari setiap hewan-hewan tersebut.

Untuk burung, anjing, dan kucing masih ok lah...

Tetapi kecoa? Aduh, ampun deh..

Jumat, 23 Mei 2013, saya ikut dalam pertemuan dengan salah satu supplier. Salah satu yang dibahas yaitu pengendalian kecoa. Apa yang dibahas cukup menarik, saya mendapatkan ilmu baru. Tetapi menjadi ironi bahwa saya yang geli, jijik bahkan takut dengan kecoa, sekarang malah duduk manis membahas soal kecoa, sambil makan pula.

Tidak hanya itu, karena kecoa dan teman-temannya itu, perusahaan mendapatkan pelanggan dan meraih keuntungan. Keuntungan tersebut digunakan untuk operasional perusahaan, salah satunya menggaji karyawan.

Jadi berkat eksistensi kecoa dan teman-temannya, saya mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan, juga mengisi rekening tabungan saya.

Duh.. kecoa I hate you but I love you...


Sabtu, 25 Mei 2013

In Memoriam Ustad Jeffry Al Buchory

Telah berpulang ke Rahmatullah, Ustad Jeffery Al Buchory, Jumat, 27 April 2013.

Kepergian mendadak Ustad Jeffery atau yang biasa disapa Uje, membawa duka bagi seluruh umat muslim di Indonesia. Termasuk saya, walaupun tidak mengenal Uje secara pribadi, belum pernah menghadiri langsung tausyiah beliau, tapi rasa sakit ditinggal seseorang yang penting saya rasakan juga. Bahkan ibu saya  menitikan air mata setiap melihat pemberitaan terkait meninggalnya Uje.

Ini menunjukan keterikatan antara pemimpin umat dan umatnya. Terlihat dari banyaknya jama'ah yang ikut menyolatkan Uje dimasjid Istiqlal. Para peziarah yang datang terus menerus ketempat peristirahatan terakhir sang ustad. Pelaksanaan solat ghaib dibeberapa kota di Indonesia. Bahkan saat tahlil tujuh hari  kepergian almarhum, dihadiri oleh ribuan umat, banyak juga yang datang dari luar kota.

Inilah bukti kebesaran seorang pemimpin yang dicintai umatnya. Bagaimana kepergiannya tidak hanya ditangisi oleh keluarga, kerabat dan teman-teman dekat beliau, tetapi juga ditangisi oleh umat muslim diseluruh Indonesia.

Inilah sosok pemimpin sesungguhnya. Dan saya berharap Indonesia memiliki pemimpin seperti ini. Pemimpin yang memberikan ketenangan dan membawa kebaikan.

Wahai pemimpin bangsa contohlah keteladanan yang diberikan beliau. Kepemimpinannya begitu membekas dihati umat-umatnya. Tidakkah kalian iri? Tidakkah kalian ingin dicintai oleh rakyat Indonesia sebagaimana umat mencintai sang Ustad?



Minggu, 28 April 2013

Politik Indonesia

1. Politik Kekeluargaan

Ini terlihat dari semakin banyak anggota keluarga yang bergabung disatu partai politik yang sama.

Partai yang sejak dulu terkenal dengan satu nama keluarga yaitu PDIP. Partai ini sepertinya tidak bisa lepas dari sosok Bung Karno dan keluarganya. Bahkan Capres beberapa periode terakhir masih dengan calon yang sama yaitu ibu Megawati Soekarno Putri. Padahal menurut saya sudah waktunya partai tersebut menonjolkan orang baru. Saya yakin banyak kader PDIP yang bagus untuk dijadikan Capres. Masyarakat sudah bosan dengan muka lama. 

Di Partai Demokrat, beberapa keluarga dan kerabat dekat Presiden SBY terdaftar sebagai calon legislatif untuk PEMILU 2014. Bahkan putra bungsu orang nomor satu di Indonesia ini pun kembali masuk daftar calon legislatif setelah kemarin sempat mengundurkan diri dari kursinya di DPR.

Beberapa anggota keluarga dan kerabat H. Rhoma Irama juga masuk kedalam daftar calon legislatif dari PKB. Walaupun sang raja dangdut tidak ikut nyaleg pada periode ini.

Saya pernah membaca di koran Kompas (lupa edisi kapannya), beberapa posisi strategis di propinsi Banten diduduki oleh kerabat sang Gubernur, Ibu Ratu Atut Chosiyah. Kok jadi seperti bagi-bagi jabatan?

*

Beberapa definisi politik yang saya copy dari Wikipedia yaitu :

  • politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles)
  • politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara
  • politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat
  • politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.


Berdasarkan definisi diatas, walaupun untuk mewujudkan kebaikan bersama, menurut saya rasanya tidak etis kalau banyak anggota keluarga bergabung disatu partai. Akan lebih banyak ketidakbaikan jika penyelenggaraan pemerintah dan negara dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kekerabatan. Kalau pun memang baik, tentu tidak selamanya suara yang datang baik. Akan menimbulkan kecurigaan dimasyarakat akan praktek kolusi dan korupsi.

Apa lagi kalau dilihat dari definisi  "Untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan dimasyarakat", sangat tidak cocok jika hal tersebut dilakukan oleh satu keluarga. Jadi seperti membangun sebuah dinasti.

Dan karena politik sebagai proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik, memang sebaiknya tidak tidak ada unsur kekerabatan dalam perumusan dan pelaksanaannya, karena peluang kolusi dan korupsi menjadi sangat besar. Kebijakan dibuat bukan untuk kelompok tertentu apa lagi untuk keluarga dan kerabat.

2. Politik Pencitraan

Saya tidak mengerti apa yang ada dipikiran para politikus saat berkampanye. Yang mereka lakukan sudah amat sangat basi. Pencitraan melalui baliho, dengan kalimat bijak, disertai pemasangan foto yang kurang profesional, pemasangan bendera partai dimana-mana, iklan dimedia televisi yang pasti menghabiskan dana jutaan rupiah. Daripada uang terbuang percuma untuk hal-hal tersebut, kenapa tidak digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat. Seperti membuka rumah belajar yang dapat dipergunakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Atau membuat cek kesehatan dan pengobatan gratis. Pokoknya yang betul-betul berguna bagi masyarakat.

Memang hal tersebut dilakukan. Tapi hanya saat kampanye menjelang PEMILU atau PILKADA. Setelah itu kegiatan-kegiatan tersebut menguap begitu saja.

Ada beberapa politikus yang terus melakukan kegiatan-kegiatan terkait kampanye politik mereka, seperti Bapak Abu Rizal Bakrie dan Bapak Prabowo Subianto. Terlepas dari baik buruknya rekam jejak mereka, setidaknya mereka terlihat berusaha menarik hati masyarakat, walaupun belum tentu juga masyarakat tertarik untuk menjadikan mereka pemimpin Indonesia berikutnya.

Dapat dimengerti kenapa banyak politikus terutama orang-orang baru tidak dapat melakukan kegiatan langsung dimasyarakat. Karena hal tersebut membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dan harus merogoh dari kantong sendiri. Entah berapa rupiah dana yang dihabiskan oleh petinggi partai Golkar dan Gerindra tersebut  untuk safari politiknya sepanjang tahun. Bahkan safari politik Bapak Abu Rizal Bakrie tidak hanya dilakukan didalam negeri, tetapi juga diluar negeri. Hmmm.. Orang-orang yang baru terjun kedunia politik apa lagi kondisi finansialnya termasuk kategori standar, mana kuat kalau harus seperti ini.

Sekedar pencitraan atau memang betul-betul tulus dalam melakukan kegiatan dimasyarakat, tidak menjadi jaminan hal tersebut dapat mengambil suara hati rakyat. Dengan informasi yang serba terbuka dan mudah diakses, masyarakat dapat melihat siapa yang memang betul bekerja untuk rakyat, mana yang hanya sekedar bekerja untuk pencitraan. Hal ini tergambar dari banyaknya masyarakat yang tidak terlalu antusias dengan PEMILU 2014.

3. Politik Balik Modal

Untuk duduk manis sebagai anggota legislatif di gedung DPR, dibutuhkan dana kampanye yang tidak sedikit. Angkanya bisa mencapai miliaran rupiah. Bahkan sudah  berhasil duduk manis pun masih harus mengeluarkan sejumlah dana sebagai iuran rutin setiap bulan yang disetorkan ke partai dan fraksi.

Bapak Hidayat Nur Wahid menjelaskan bahwa anggota legislatif dari PKS diwajibkan membayar iuran sebesar 20 juta rupiah untuk partai dan 2 juta rupiah untuk iuran fraksi. Dana ini digunakan untuk kegiatan-kegiatan partai, sehingga partai tidak perlu mencari sumber dana lain yang dapat menimbulkan kecurigaan.

Jadi tidak aneh jika ada anggota legislatif mencari sumber tambahan lain karena gajinya dipotong untuk iuran partai dan untuk menutup modal biaya kampanye, baik itu dengan cara halal ataupun tidak halal (korupsi).

4. Politik Popularitas

Sejak dulu memang sudah ada artis yang terjun kedunia politik. Seperti Alm. Sophan Sophian, Nurul Arifin, dan komedian Miing. Bergabungnya mereka ke suatu partai bukan untuk mencari popularitas atau mendongkrak perolehan suara partai. Karena pada saat itu belum ada pemilihan langsung seperti sekarang. Jadi kehadiran mereka memang karena memiliki kesepahaman dengan partai tersebut.

Sekarang, demi mendongkrak perolehan suara, para artis direkrut sebagai anggota partai. Walaupun baru bergabung, artis-artis tersebut dapat langsung menjadi calon legislatif bahkan ikut bertarung dalam PEMILUKADA. Bagaimana bisa orang yang baru terjun kedunia politik, baru bergabung disuatu partai, bisa dan paham akan dunia politik dan dinamikanya? Haruskah kita percaya dengan orang-orang yang hanya mengandalkan popularitas tanpa kita tahu kapabilitasnya?

Walaupun partai-partai menyatakan bahwa mereka melakukan seleksi kepada artis yang menjadi calon legislatifnya, saya tetap tidak yakin dengan orang-orang baru ini. Mestinya partai melakukan kaderisasi, bukan hanya sekedar rekrut karena populer. Artis yang mau bergabung dipartai pun seharusnya rela meniti karir dari bawah, tidak langsung begitu saja menjadi calon legislatif. Diperlukan pemahaman akan dunia politik terutama pemahaman ideologi dari partai tempatnya bernaung. Apakah cocok dan sesuai dengan hati nuraninya?

Menjadi wakil rakyat bukan pekerjaan mudah, bukan tempat untuk menaikkan popularitas diri, apa lagi sebagai tempat mencari nafkah baru karena sudah tidak laku didunia entertainment. Tetapi menjadi wakil rakyat diperlukan dedikasi dan ketulusan hati dalam menjalankan tugas-tugasnya. Juga hati nurani bahwa yang dilakukannya untuk kebaikan seluruh masyarakat Indonesia, bukan untuk partai atau keluarganya.

5. Politik Sakit Hati.

Sudah biasa dalam dunia politik yang awalnya teman berubah menjadi lawan, atau tadinya lawan menjadi kawan.

Kita melihat bagaimana seorang Yudi Chrisnandi berpindah dari partai Golkar ke partai Hanura. Bapak Hari Tanoesoedibyo dari Partai NasDem juga pindah ke partai Hanura. Bahkan H. Rhoma Irama, beberapa kali pindah-pindah partai. Alasannya sih karena sudah tidak sehati lagi, atau memang telah disakiti hatinya? Entah...

Politik sakit hati juga terlihat dari sering terjadinya kericuhan antar pendukung partai dalam PEMILUKADA. Para petinggi partai pun sering menunjukkan ketidaklegaan jika partainya kalah. Bahkan dinamika intern partai pun sudah menjadi konsumsi publik. Bagaimana rakyat bisa percaya kepada suatu partai untuk menyampaikan aspirasinya, jika intern partai sendiri gontok-gontokan?

6. Politik Dagelan

Ini yang paling parah. Seorang yang baru bergabung disuatu partai, dan dengan pe-de langsung menjadi calon legislatif, ditanya dia mewakili daerah mana, dia menjawab "Duh, saya lupa daerah mana, kalau tidak salah Jateng II"

Bagaimana bisa orang seperti ini direkrut? Atas dasar apa perekrutan dan pencalonannya?

Bagaimana bisa orang ini memberikan kontribusi bagi daerah yang diwakilinya? Wong dia saja tidak tahu asal usulnya. Jangan-jangan dia juga tidak tahu seluk beluk wilayah yang diwakilinya, karena setahu saya orang ini lebih sering wara-wiri di Ibukota.


Senin, 22 April 2013

Pilih Mana? (Bagian 2)

GOOD BOY atau BAD BOY?

Semua perempuan pasti lebih memilih good boy dibandingkan bad boy. Tapi apa iya good boy pasti lebih baik dari bad boy?

Good boy, dengan segala unsur positif yang ada pada dirinya tentu membuat kita nyaman dan merasa aman dalam menjalani hubungan. Tidak perlu khawatir bahwa dia akan lirik kiri kanan, flirting atas bawah dibelakang kita. Terutama untuk yang menjalani LDR* sepertinya good boy merupakan pilihan yang pas.

Tetapi Tuhan menciptakan manusia tidak sempurna, tentu si good boy memiliki kekurangan. Nah, apakah kita siap menerima kekurangan good boy?

Ketika kita dihadapkan pada sikap-sikapnya yang manis, baik, tutur kata yang menyejukkan, tiba-tiba kita mengetahui si good boy memiliki kekurangan. Misal, ternyata good boy hanya baik dalam bersikap, tetapi buruk dalam hal kerapihan dan kebersihan, sementara kita adalah orang yang berprinsip kebersihan sebagian daripada iman.

Atau good boy memang betul-betul baik, baik kepada semua orang. Karena terlalu baik, dia sering dimanfaatkan oleh teman-teman dan keluarganya, tanpa bisa memilih mana yang lebih penting. Tentu ini akan mengganggu, terutama ketika hubungan menginjak pada jenjang pernikahan. Dimana prioritas utama tentu keluarga sendiri, bukan keluarga kakak, adik, sepupu, apa lagi keluarga teman.

Tentu menyenangkan memiliki pasangan dari kategori good boy, tetapi apakah kita bisa menerima ketika rasa sayangnya kepada kita menjadi berlebihan, cenderung posesif? Bahkan mungkin cemburu kepada saudara laki-laki kita.

Lalu apakah kita akan menerima ternyata si good boy memiliki masa lalu kurang baik, misalnya pernah menggunakan obat-obatan terlarang, hingga menjalani rehabilitasi, kemudian insyaf dan berubah menjadi sosok good boy?

*

Bad boy identik dengan pria yang banyak pacar, baik pacar resmi maupun tidak resmi (baca: HTS*). Atau memang hanya punya pacar satu, tetapi mantannya segambreng, alias doyan ganti-ganti pacar.

Banyak perempuan menghindari berhubungan dengan bad boy, alasannya takut makan hati. Apa iya pacaran dengan bad boy makan hati?

Kalau sejak awal menginginkan hubungan yang serius ya pasti makan hati. Karena pada tahap awal hubungan, biasanya memang sekedar have fun. Tetapi bukan berarti bad boy tidak bisa serius, kalau sudah merasa klik dengan pasangannya, bad boy pun bisa serius dan menjaga komitmen.

Ada seorang teman wanita, dia termasuk kategori good girl. Hidupnya baik dan lurus-lurus saja. Tetapi cukup mengejutkan karena dia memilih bad boy sebagai pasangan hidupnya. Lucunya teman saya tersebut tidak mengetahui reputasi sang suami. Padahal kami teman-temannya cukup tahu bagaimana reputasi  suaminya dulu. Lalu apakah suami teman saya yang menyandang predikat bad boy tersebut hanya main-main saja? Tidak, justru karena merasa klik dengan teman saya yang good girl, akhirnya dia memutuskan untuk serius dan kini telah memiliki anak yang lucu-lucu.

Perilaku bad boy juga tidak selalu buruk, justru bad boy termasuk kategori pria yang bisa menyenangkan hati wanita. Makanya bad boy dengan mudah mendapatkan pacar baru walaupun baru putus satu minggu dari pacarnya.

Berhubungan dengan bad boy jangan terlalu dimasukan ke hati. Kalau awal hubungan dia bersikap santai, cenderung have fun tanpa pernah membahas hal-hal serius, kita pun harus bersikap santai, jangan berharap terlalu tinggi dari hubungan tersebut, apa lagi mengajak dia untuk segera menikah, yang ada dia bakal kabur cari pacar baru.

Kita pun harus siap jika tiba-tiba si bad boy ingin mengakhiri hubungan. Bad boy yang masih agak baik akan memberikan kejelasan status hubungan, apakah putus atau lanjut. Walaupun terkadang alasan memutuskan hubungan juga tidak jelas. Sedangkan bad boy yang betul-betul bad boy, biasanya perlahan menjaga jarak, mundur teratur, lalu menghilang. Tahu-tahu profile picture di facebook, twitter, path, dll sudah dengan wanita lain, mesra pula. Atau lebih parah kita di block bahkan di delete dari segala akun social media dan chat application miliknya.

Lalu bagaimana jika si bad boy tiba-tiba serius dengan hubungannya dengan kita?
Nah, kalau seperti ini tandanya dia memang sudah siap dengan komitmen. Dalam tahap ini baru kita bisa bicara hal-hal serius mengenai komitmen berdua. Kedepan akan seperti apa, apa yang kita harapkan dari dia, begitu juga kita harus mendengarkan apa harapannya dari kita sebagai pasangan.

*

Lalu mana yang enak untuk dijadikan pasangan?
Setelah mencoba kedua-duanya (loh?) ternyata tidak ada salahnya berhubungan dengan bad boy. Karena dia tipikal pria yang bisa menyenangkan hati wanita. Hubungan pun berjalan santai tanpa beban. Dan jelas dia bad boy, tidak menutupi hobinya beramah tamah dengan wanita lain, walaupun mengesalkan juga sih, tapi kan kita bisa beramah tamah juga dengan teman-temannya, jaga-jaga kalau tiba-tiba dia memutuskan hubungan, heheheee...

Bukannya tidak suka berhubungan dengan good boy. Untuk yang menginginkan hubungan serius sampai kejenjang pernikahan tentu pilihan utama ya good boy. Namun bagi saya kadang keseriusan si good boy malah menjadi cerita drama ga jelas. Manusia tidak lepas dari segala kekurangan. Dengan good boy segala kekurangan yang ada didirinya ataupun didiri kita, masalah-masalah seputar hubungan berdua, biasanya menjadi pembahasan yang panjang. Padahal belum tentu juga kita berjodoh dengan dia.

Dengan bad boy karena lebih santai, biasanya dia tidak terlalu pusing dengan kekurangan diri kita, ada masalah pun biasanya tidak menjadi pembahasan panjang. Paling-paling bad boy meninggalkan kita, cari pacar baru. Kata para bad boy "Buat apa memperpanjang masalah, kaya ga ada cewek lain aja".


PRIA YANG LEBIH TUA, SEUMURAN, atau PRIA LEBIH MUDA?

Nah, kalau untuk yang ini tidak ada patokan mana yang lebih baik. Karena kenyataannya usia seseorang tidak menjadi jaminan bahwa dia lebih baik, lebih dewasa, dan lebih segala-segalanya.

Saya pernah mengenal pria yang lebih tua tetapi pemikirannya belum dewasa, cape rasanya karena seperti ngemong anak kecil. Malah ada teman pria yang usianya lebih muda tetapi cara berpikirnya cukup dewasa. Dengan yang seumuran masalahnya standar, hanya masalah ego masing-masing saja yang tidak bisa diredam.

Kalau menginginkan hubungan yang serius tapi masih bisa have fun, jangan memilih pria yang usianya terpaut amat sangat jauh, misalnya sampai 20-30 tahun atau seusia ayah kita. Sudah beda jaman, bisa-bisa ngobrol pun ngga nyambung. Kecuali motif hubungannya beda (jadi istri muda) itu sih lain cerita yaaa...

Jangan juga memilih yang terlalu muda kalau beniat memiliki keturunan yang banyak. Ingat, perempuan ada batas masa subur. Tak hanya itu, begitu kita menjadi tidak menarik lagi dimatanya, siap-siap ada orang ketiga masuk.

Jadi menurut saya, umur menjadi nomer kesekian dalam hal memilih pasangan, yang terpenting bagaimana dia bersikap dan berpikir. Terutama jika memang ingin serius mengarah ke pernikahan. Karena dalam pernikahan masalah semakin kompleks. Bukan sekedar berdua, tetapi beramai-ramai. Mulai dari masalah anak, pekerjaan, keuangan, pembagian tugas rumah tangga, dll. Belum lagi jika terjadi hal-hal diluar dugaan, misal anak sakit, dan kita berdua bekerja, kita harus bisa memutuskan siapa yang bisa lebih meninggalkan pekerjaan. Istrikah atau suamikah? 

Wajarnya sih sang ibu yang menemani anak sakit, tetapi kalau kenyataannya bahwa sang istri tidak bisa meninggalkan pekerjaan dan suami sedang tidak terlalu banyak pekerjaan dikantor, tidak ada salahnya kan suami yang mengurus anak dirumah, namanya juga emergency, tidak terduga.


PRIA KAYA atau PRIA MAPAN?

Ada yang mengatakan "Pilihlah pasangan dari strata sosial ekonomi yang tidak jauh beda", agar tidak ada ketimpangan dalam hal pemikiran dan gaya hidup. Juga memudahkan dalam beradaptasi satu sama lain. Tidak hanya adaptasi antar personal, tetapi adaptasi lingkungan sosial masing-masing.

Namun apapun starta sosial kita, pilihan tentu jatuh pada pria mapan. Bukan hanya mapan secara financial, karier atau materi, tetapi juga mapan pemikirannya. Karena pria kaya belum tentu mapan. Bisa saja dia kaya karena orang tuanya, orang tuanya yang membangun bisnis dia tinggal menikmati. Nah, apakah dia cukup mapan untuk menjaga dan mengembangkan bisnis yang orang tuanya bangun?

Tapi buat yang masih santai ga dikejar pertanyaan "Kapan Nikah?" sah-sah saja pilih pria kaya. Sambil menjalani hubungan yang fun, sambil mengenal karakternya juga, siapa tahu ternyata dia pria kaya dan juga mapan.


PRIA POSESIF atau PRIA YANG MEMBERIKAN KEBEBASAN?

Saya sangat mencintai kebebasan, makanya sejak dulu saya mencari pria yang bisa memberikan saya banyak ruang gerak. Karena menurut saya itu adalah hak hidup yang diberikan Tuhan untuk kita nikmati. Untuk apa punya pasangan tetapi kita malah tidak berkembang atau malah menjadi jauh dengan teman dan kerabat.

Ternyata tidak selamanya kebebasan itu indah. Saya memiliki pengalaman buruk dengan pria yang memberikan saya cukup banyak kebebasan. Alih-alih memberikan kebebasan ternyata dia memang tipe pria yang super cuek. Rasanya saya hanya sekedar pajangan dan status saja, saya pun memilih mundur.

Tapi dengan pria posesif ternyata lebih parah. Saya harus memberikan laporan terbaru setiap saya pergi, padahal ibu saya saja tidak seperti itu. Kalau saya lupa memberi kabar dia bisa marah. Akhirnya saya lebih sering mematikan handphone. Belum lagi kecurigaannya terhadap teman-teman saya yang memang mayoritas berjenis kelamin pria. Tidak tahan dengan sikapnya, saya pun lebih memilih mengakhiri hubungan.

Dari studi banding dua karakter tersebut (tsssaaah..gaya bener yaa..) ternyata pria posesif sedikit lebih baik (sedikit aja yaaa...).
Karena keposesifan mereka menandakan memang mereka memiliki perhatian dan rasa sayang kepada kita. Asal sikap posesifnya tidak berlebihan hingga mengarah kepada posesif, obsesif, kompulsif. Seperti difilm-film thriller, dimana temen-temen pria si wanita dibunuh satu-satu, yang akhirnya si wanita tercinta pun dibunuhnya.


PRIA CUEK atau PRIA TIDAK CUEK?

Cuek atau tidak cuek disini maksudnya dalam hal penampilan, kerapihan, dan kebersihan.

Pasti semua memilih pria yang tidak cuek. Iyalah, siapa juga yang mau jalan dengan pria yang tidak bisa membedakan mana pakaian untuk acara resmi dan mana pakaian untuk dirumah. Atau mungkin pasangan anda termasuk kategori waterproof alias susah mandi? Sesekali malas mandi pagi bolehlah yaa.. asal jangan ketika mengajak anda kencan malam hari, mandinya hanya sekali, pagi saja.

Pria tidak cuek ada batasnya. Terlalu perhatian dengan penampilan bisa mengganggu hubungan juga. Apa lagi jika dia menjadi komentator dari setiap penampilan kita. Senang sih ada yang memberikan perhatian dan masukan positif dalam hal penampilan. Tapi kalau setiap penampilan kita dikomentari, mulai dari matching atau tidak antara warna baju dan warna lipstik, sampai kalau mau membeli baju baru harus selalu dengan dia karena khawatir anda salah pilih model atau warna, ganggu juga kan. Jadi sebetulnya dia pasangan kita atau penata gaya pribadi?

Hati-hati juga dengan tipe pria tidak cuek mengarah kepada perfeksionis, obsesif, kompulsif. Seperti kalau mengenakan kaos kaki tingginya harus sama rata, tidak boleh beda se-mili pun (padahal kaos kakinya juga tertutup celana panjangnya). Atau dia terbiasa menaruh barang-barangnya pada tempat semula, benar-benar tempat semula tidak bergeser satu senti pun. Bisa-bisa kita kena omelan dia hanya gara-gara menaruh remote tv yang tidak sejajar dengan remote dvd.

Menurut saya pria tidak cuek yang pas adalah pria yang memperhatikan penampilan, kebersihan dan kerapihan dirinya dengan baik, tidak berlebihan. Bukan pesolek yang heboh menutupi kantong mata dengan concealer akibat begadang setelah menonton pertandingan sepak bola.


PUNYA PASANGAN atau TIDAK PUNYA PASANGAN?

Setelah membahas beberapa tipe pria, apakah sudah memiliki gambaran akan memilih tipe pria seperti apa untuk dijadikan pasangan? Atau malah memilih untuk tidak punya pasangan?

Tuhan menciptakan makhluknya berpasang-pasangan. Namun terkadang kita mendapatkan pasangan yang tidak pas. Manusia tidak ada yang sempurna, seberapa bisa kita menerima ke-tidak-pas-an antara kita dan pasangan?

Selama hal-hal yang tidak pas tersebut masih bisa dalam batas wajar, bukan hal prinsip dan masih bisa dibicarakan, itu lumrah. Tidak ada manusia yang sama atau sesuai dengan keinginan kita. Toh kita pun tidak lepas dari segala kekurangan, maka bersyukur jika memiliki pasangan yang tidak komplain dan cerewet dengan kekurangan-kekurangan kita.

Tapi jika hal yang tidak pas tersebut merupakan hal prinsip, apa lagi tidak ada niat dari pasangan untuk mencoba memperbaiki. Saya sih memilih untuk tidak memiliki pasangan. Buat apa memiliki pasangan tetapi malah pusing dan makan hati.

Saya pernah memilih tidak memiliki pasangan selama 3 tahun. Padahal saat itu berstatus sebagai pramugari, most wanted girl in the world (lebay). Saat itu saya memilih tidak memiliki pasangan karena tidak mau ribet dengan segala komitmen. Daripada mendapat komplain karena tidak punya waktu untuk pasangan, dimana waktu saya saat itu lebih banyak untuk bekerja. Belum lagi kalau memiliki pasangan yang bawaannya curiga dengan hubungan saya dan rekan-rekan kerja, seperti pramugara, pilot dan co-pilot, yang ada malah bikin ribet.

Ketika akhirnya memutuskan untuk memiliki pasangan, saya memilih pria yang menurut saya pas, tidak hanya sebagai teman tetapi partner hidup. Teman berbagi cerita, suka dan duka, juga perjalanan hidup kedepan. Tetapi ternyata Tuhan belum memberikan yang betul-betul pas. Tuhan masih ingin saya membuat suatu cerita kehidupan.  Dengan jalan cerita baru yang entah seperti apa. Kini saya pun kembali memilih untuk tidak memiliki pasangan ;)

Kenapa? Silahkan baca http://www.agitamaulani.com/2013/03/ulasan-hati.html

*

*LDR : Long Distance Relationship
*HTS : Hubungan Tanpa Status


Selasa, 16 April 2013

Pilih Mana? (Bagian 1)

DIET atau TIDAK DIET?

Dengan lantang saya memilih untuk TIDAK DIET. Bukan tidak sayang tubuh atau tidak menjaga kesehatan, tetapi saya memang doyan makan. Kalau ditanya makanan apa yang saya tidak suka, saya pasti bingung menjawabnya.

Tidak diet bukan berarti saya makan seenaknya. Saya tetap menjaga porsi makan dan jenis makanannya. Setelah mencoba memahami tubuh sendiri akhirnya saya mendapat kesimpulan bahwa tubuh saya amat sangat bersahabat dengan karbohidrat. Zat tersebut dengan mudah diserap tubuh saya. Akhirnya saya pun memilih untuk menjaga asupan karbohidrat agar tidak berlebihan.

Apakah yang saya lakukan termasuk diet karbohidrat?
Tidak, karena saya masih doyan mengonsumsi nasi kebuli dan mi ayam. Saya juga masih suka ngemil.

Untuk menyeimbangkan hobi makan, saya teratur mengonsumsi teh Oolong, kadar antikosidan yang tinggi dalam teh tersebut sangat baik untuk menjaga kondisi tubuh. Yang tidak kalah penting yaitu konsumsi sayur dan buah setiap hari.


OLAHRAGA atau TIDAK OLAHRAGA?

Tentu pilihannya adalah OLAHRAGA, walaupun saya malaaaaasssss sekali berolahraga. Bukan cuma malas, tapi juga jenuh dan bosan.

15 Juni 1997, Ujian Geup 6
Sejak kelas 1 SMP hingga kelas 3 SMA saya menekuni olahraga tae kwon do. Dengan tae kwon do pula saya sempat merasakan latihan intensif setiap hari tanpa libur selama kurang lebih 4 bulan. Latihan intensif ini dilakukan 2x sehari, yaitu pagi pukul 06.00 - 08.00 untuk latihan stamina dan dan fisik, pukul 16.00 - 20.00 untuk latihan teknik.

Hasilnya tentu tubuh yang sehat, bebas makan apa saja, tanpa khawatir dengan berat badan. Pada saat itu sekali makan mi instan saya bisa menghabiskan 2 porsi sekaligus looohh.. :D

Konsekuensi dari latihan intensif yaitu rasa lelah yang mengakibatkan saya suka mengantuk didalam kelas, tubuh saya pun sering dihiasi lecet, lebam atau cedera ringan.

Selain tae kwon do, saya pun pernah coba nge-gym. Pertamanya sih semangat, selanjutnya sering absen, akhirnya berhenti total.

Sekarang paling hanya sesekali jalan pagi atau lari pagi saja (sesekali alias jarang-jarang).


IBU RUMAH TANGGA atau BEKERJA?

Dulu saya idealis dengan memilih menjadi ibu rumah tangga saja. Karena menurut saya jaman sekarang sudah berbeda dengan jaman saya dulu. Dulu seorang ibu tidak perlu khawatir meninggalkan anaknya hanya dengan pembantu atau pengasuh dirumah, sementara ia pergi bekerja, mencari tambahan untuk membantu ekonomi keluarga. Sekarang perubahan jaman membuat para ibu harus ekstra menjaga anak-anaknya. Kurang pengawasan salah-salah anak terjebak dalam pergaulan yang tidak baik atau malah jadi korban pengasuhnya sendiri.

Seiring waktu berjalan idealisme saya berubah. Saya memilih menjadi IBU BEKERJA. Alasannya bukan karena faktor ekonomi saja, tetapi lebih kepada kemandirian seorang perempuan, dimana hal tersebut sangat penting. Kita tidak pernah tahu jalan hidup kedepan akan seperti apa. Jika seorang perempuan bisa mandiri, apapun rintangan didepan pasti dapat dihadapinya.

Bekerja tidak hanya asal bekerja, tidak sekedar mencari kegiatan positif namun menghasilkan. Tetapi juga harus memperhitungkan pendapatan versus pengeluarannya. Jangan sampai gaji kita hanya habis untuk biaya transport dan makan siang dikantor.

Lalu pertimbangkan juga seberapa bisa kita menerima tingkat stres dari pekerjaan tersebut. Jangan sampai beban pekerjaan dikantor terbawa kerumah, pasangan dan anak terkena imbasnya.


MENGIKUTI TREND atau TIDAK MENGIKUTI TREND?

Saya memilih MENGIKUTI TREND, tetapi yang sesuai dengan pribadi saya. Saya cendrung tomboy dan santai, jadi saya akan memilih flat shoes atau wedges daripada memakai sepatu dengan hak setinggi 13cm untuk sekedar jalan-jalan di mall.

*Thumbs up buat para wanita yang rela meninggalkan kenyamanan demi sebuah gaya.



BRANDED, TIDAK BRANDED, atau BARANG PALSU (KW)?

Dalam mengikuti trend tentu produk branded menjadi pilihan utama. Begitu juga saya, tetapi saya memilih produk branded yang sesuai dengan kemampuan kantong.

Jangan maksa! Kalau tidak mampu beli tas Hermes ya ga usah juga beli yang palsunya. Biar pun kata pedagang tas palsu tersebut berkualitas super duper tetap saja itu bukan produk original.



Walaupun suka dengan produk branded, saya tetap merasa aneh kalau memakai T-shirt dengan tulisan/sablon/aplikasi mute/glitter segede gaban dibagian depan (walaupun t-shirt tersebut juga dipakai oleh Sarah Jessica Parker).

Saya suka dengan produk branded bukan karena gaya-gayaan atau karena gengsi, tetapi lebih karena produk-produk tersebut memiliki kualitas baik. Membeli produk dengan kualitas yang baik termasuk penghematan karena produk tersebut bisa dipakai lama. Karena bisa dipakai lama, maka pilihlah model yang timeless. Kalau kira-kira modelnya hanya akan bertahan beberapa bulan saja lebih baik tidak usah dibeli, daripada nantinya hanya memenuhi lemari saja.

Suka dengan produk branded bukan berarti saya anti dengan produk tidak branded. Banyak kok produk-produk tidak branded yang saya gunakan. Karena menurut saya yang paling penting adalah kualitas dari barang tersebut dan kenyamanan saat menggunakannya.

Menggunakan produk branded bukan juga tidak cinta produk Indonesia. Justru sekarang banyak produk branded buatan (dibuat) Indonesia, dengan kualitas yang sangat baik tentunya, misal merk Gobelini dan Roteli. Bahkan pakaian dalam merk terkenal Victoria's Secret pun diproduksi di Indonesia. Padahal pakaian dalam merk tersebut tidak dijual di Indonesia. Store  yang baru dibuka disalah satu mall di Jakarta saja hanya menjual body care, body mist, parfum dan aksesori seperti tas dan sunglasses. Rasanya ngoook banget beli produk tersebut dinegeri nun jauh disana, eh dilabel tertulis dengan jelasnya MADE IN INDONESIA.

*Mestinya kan kalau diproduksi di Indonesia dijual di Indonesia juga yaa..

Lalu bagaimana dengan produk palsu? Saya pun pernah sekali membeli sebuah tas palsu alias kw disebuah online store. Ketika barang saya terima, ternyata tidak begitu bagus, akhirnya tas tersebut saya jual kembali. Karena permintaan tas-tas kw tersebut cukup tinggi, saya dan sepupu juga pernah menjadi re-seller tas-tas kw, tetapi akhirnya berhenti. Kata kakak ipar yang berprofesi sebagai pengacara "Itu pelanggaran".

---

Pilihan yang penting ngga penting yaaa... Yang pasti sebelum mengambil keputusan, dalam urusan pilih memilih (hal apa pun itu) kita harus melihatnya dari segala sisi, baik itu sisi positif maupun negatif. Dan kalau ternyata apa yang kita pilih salah, bukan berarti kita gagal total. Justru kita bisa belajar dari kesalahan tersebut, agar tidak terulang dikemudian hari.

Lalu, apa pilihanmu?



Minggu, 31 Maret 2013

Sekilas Santet

Santet bukan hal baru atau aneh bagi masyarakat Indonesia, sejak jaman dulu hingga jaman teknologi canggih sepeti sekarang, praktek santet masih dilakukan di Indonesia. Motif santet macam-macam, mulai dari karena jatuh cinta tapi ditolak melulu sampai untuk kelancaran karir, dengan menyantet orang dengan posisi lebih tinggi sehingga posisi tersebut bisa kita duduki. Naudzubillah Mindzalik.

Saya menulis ini karena saat ini santet sedang menjadi topik hangat, baik itu berita politik maupun berita infotainment.

Kasus Adi Bing Slamet vs Eyang Subur menjadi berita utama infotainment. Masing-masing kubu mengeluarakan pernyataan disertai keterangan tambahan dari para pendukungnya. Siapa yang salah siapa yang benar hanya Tuhan yang maha tahu.

Yang lucu bin menggelikan adalah justru datang dari dunia pemerintahan kita. Kabarnya Komisi III DPR akan melakukan kunjungan kerja ke beberapa negara di Eropa untuk melakukan studi banding terkait pasal tentang santet dalam penyusunan RUU KUHP.

Banyak yang mencemooh dan bersikap skeptis mengenai hal tersebut. Ya iya lah, karena yang kita tahu  didunia barat hal seperti ini tidak populer dan tidak lazim dilakukan.

Ministry of Magic Logo - Harry Potter
Ok, mari kita berandai-andai. Seandainya para anggota Komisi III DPR yang terhormat itu betul-betul melakukan kujungan kerja terkait pasal santet, dan ternyata membawa hasil, lalu selanjutnya apa? Apa akan dibentuk Komisi Pemberantasan Santet? Atau lebih keren Kementrian Hukum Santet dan Ilmu Sihir Lainnya? Kok saya jadi berpikir bahwa cerita Harry Potter itu bukan fiksi, tapi based on true story.

Dunia barat bukannya tidak mengenal ilmu santet, klenik dan sebagainya. Mereka juga mengenal hal-hal seperti ini, misalnya voodoo  dan pemanggilan arwah. Tetapi seperti saya bilang sebelumnya, bahwa hal-hal terkait ilmu gaib seperti ini sudah tidak terlalu populer dilakukan.

Karena jika memang santet dan klenik dilakukan, bisa dipastikan setelah pertandingan tidak akan ada acara tukar kostum antar pemain La Liga  atau  British Premier League. Bisa-bisa keringat yang menempel basah dikostum, ditambah rambut dan ketombe yang rontok, diserahkan kedukun untuk disantet.


Hmmm... Sepertinya tulisan saya ini malah memberikan ide bagi para pemain bola sebagai salah satu cara untuk melumpuhkan lawan main. Ngga boleh yaa teman-teman,  fair play.. yaa.. fair play.. ok?!


Jumat, 29 Maret 2013

Ungkapan Rasa Cinta (It's Only a Joke)

I C U

"I Cinta U"*

Diungkapkan oleh seseorang yang ga jelas bahasa ibunya bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Ga jelas juga orientasi seksualnya, suka dengan lawan jenis atau sesama jenis.

I C C U

"I Cangat Cinta U"*

Pantang menyerah, udah ditolak masih merajuk dengan bahasa imut-imut.

N I C U

"Neeeekk.. I Cinta U"*

Nah kaan.. Maksa..

Dari siapa untuk siapa ungkapan-ungkapan tersebut? Entah, silahkan berimajinasi sendiri.

Ungkapan rasa cinta lainnya....

P I C U

"Pap.. I Cinta U"*

Rayuan seorang wanita, wanita resmi (istri) atau wanita tidak resmi (simpanan) yang lagi ada maunya. Apa maunya? Silahkan tanya kepada para Papa.

M I C U

"Mam.. I Cinta U"*

Rayuan seorang suami kepada istri, setelah ditinggal selingkuhannya yang lari dengan pramugari.

Pertanyaan:
Siapakah selingkuhan sang suami? Berjenis kelamin pria atau wanita?


----

*Baca You



Minggu, 17 Maret 2013

Berawal Dari Mimpi

...hidup berawal dari mimpi...


Sepenggal lirik dari lagu milik Bondan & Fade2Black, memacu kita untuk terus mengejar mimpi, tak pernah berhenti bermimpi untuk kehidupan yang lebih baik, tentunya dengan diiringi doa dan usaha.


Tidak mungkin kita mengejar mimpi hanya dengan doa tanpa melakukan usaha. Tidak mungkin juga kita meraih mimpi hanya dengan usaha tanpa memohon doa dan restu kepada Yang Maha Kuasa.

Memiliki mimpi indah menyenangkan, membuat hidup lebih semangat. Tapi apa jadinya kalau mimpi betul-betul menjadi hanya sekedar mimpi? Get down? Ngga lah, Tuhan pasti selalu memberikan yang terbaik untuk umatnya. Doa itu penting dalam mengejar mimpi. Kita bukan saja berdoa agar mimpi kita tercapai, tetapi juga berdoa untuk tetap tegar ketika mimpi hanya sebatas angan, atau ketika mimpi menjadi kenyataan sekaligus cobaan.

Lalu apakah dengan tercapainya mimpi kita, semua selesai? Tidak, selalu ada hitam dibalik putih.

Saya masih ingat bagaimana Fade2Black meniti meraih mimpi. Ketika masih sebatas band lokal, mengisi berbagai acara musik lokal, dengan bayaran harga teman, kadang tidak dibayar juga.

Pernah juga diundang sebagai pengisi satu acara, namun entah bagaimana EO tersebut mengatur rundown acara, ternyata spot pengisi acara sudah penuh, sehingga Fade2Black pun batal manggung.


Masih ingat juga ketika mengisi satu acara yang disponsori oleh A Mild, dengan bintang utama Neo, Slank (sisanya saya lupa) bagaimana rasa gugup menghinggapi semua personil. Tapi rasa gugup tidak membuat kacau permainan musik mereka, semua berjalan lancar, pulang kerumah dengan penuh senyum dan rasa bangga. Yang selalu dikenang dari cerita ini yaitu ketika perjalanan pulang. Personil, kru, dan beberapa teman berada dalam satu mobil kijang kapsul, berhimpitan dengan alat-alat musik seperti gitar, bass, dan synthesizer, saking penuh pintu belakang mobil pun terpaksa dibuka.

Ritual yang juga tidak pernah terlupakan yaitu makan diwarung soto lamongan atau roti bakar dibilangan Jl. Pajajaran, Bogor.

Lalu bagaimana ketika sekarang semua sudah tercapai? Apakah betul-betul indah?

Pasti ada hitam dibalik putih. Dibalik jadwal manggung yang padat ada rasa lelah pastinya, namun tetap harus mempertahankan performa demi menampilkan kualitas terbaik. Jarang berkumpul bersama keluarga dan teman juga menjadi resiko tersendiri.

Bahkan pernah harus kehilangan salah satu teman terbaik karena kanker yang dideritanya. Para personil Fade2Black hanya bisa menangis dikamar hotel tanpa bisa mengucapkan salam terakhir untuk teman tercinta karena sedang tur luar kota.

Dunia musik yang bergerak cepat juga menjadi tantangan tersendiri. Istilahnya kalau pasar sedang sepi, dalam satu bulan manggung hanya satu kali sudah Alhamdulillah.

Setelah sukses dengan bermusik personil Fade2Black pun mengembangkan sayap dengan membuat satu clothing line merk WORDZ!

Walaupun memiliki fans setia yang merupakan pasar empuk bagi pemasaran produk-produk WORDZ, tetapi yang namanya usaha memiliki dinamika pasang surut sendiri.

Ucapan syukur tentu tidak lupa diucapkan kepada Allah SWT atas semua pencapaian selama ini. Melalui acara syukuran yang diadakan pada hari Minggu, 10 Maret 2013, seuntai doa terucap agar segala niat baik yang ada dilancarkan-Nya dan menjadi berkah bagi semua. Amin.

---

Rest In Peace Anan & Indri Noviari, We LOVE You!




"Ya.. Ya.. Ya.."

Kata "Iya" atau "Ya" merupakan kata yang menyatakan persetujuan dari suatu pernyataan atau pertanyaan. Tapi apa iya seperti itu?

Kaum pria suka meng-iya-kan pernyataan atau pertanyaan pasangannya agar pernyataan atau pertanyaan tidak semakin melebar. Alasannya "Biar cepat, biar ga merepet (cerewet) kemana-mana"

Saya pun pernah menggunakan kata mujarab ini agar pembicaraan cepat selesai, karena kalau saya berkata "Tidak", akan ada pertanyaan lanjutan "Kenapa?"

Bukan maksud untuk sekedar menyenangkan lawan bicara atau tidak punya prinsip, tapi jengah juga kan kalau terus mendengar pernyataan atau pertanyaan yang sama berulang-ulang.

Apalagi kalau yang dihadapi adalah orang dengan posisi tertentu, entah itu orang yang lebih tua, atasan, atau orang dengan strata sosial ekonomi A, yang biasanya tidak suka dengan jawaban "Tidak". Untuk hal-hal yang tidak prinsip, daripada pusing dengan pertanyaan lanjutan "Kenapa?" dan pembahasan jadi lebih panjang, saya memilih "Iya" aja deh. Done, mereka pun diam.

Hal yang sama saya lakukan kalau pembahasan ngga penting banget. Iya.. Iya.. Aja deh, wong ngga penting juga :)

Pengalaman bekerja sebagai pramugari juga jadi cerita tersendiri. Kita diajarkan untuk mendengarkan apa yang penumpang katakan, entah itu manis atau pahit.

Complain penumpang merupakan hal yang paling jengah yang harus dihadapi, tapi karena sudah menjadi bagaian dari pekerjaan, kata mujarab "Iya" dan "Maaf" cukup ampuh meredam amarah mereka. Biasanya penumpang yang complain pada akhirnya malu sendiri, apa lagi kalau mereka marah-marahnya dengan intonasi suara tingkat tinggi sampai satu pesawat tahu.

Lalu dengan bersikap seperti itu apakah kita menjadi manusia rendah, padahal belum tentu kita yang salah? Tidak, justru itu menunjukkan sikap kedewasaan, bagaimana kita menghadapai dan menyikapi orang lain. Istilahnya api jangan dilawan dengan api.

Lalu apakah kata "Iya" yang sekedar meng-iya-kan merupakan bentuk ketidakpedulian, tidak respek kepada orang lain? Menurut saya tidak juga. Kadang orang mengeluarkan pernyataan atau pertanyaan bukan untuk menjadi bahan argumentasi, tetapi hanya untuk mengungkapkan isi hati. Apa lagi kalau hal-hal yang dinyatakan atau ditanyakan bukan hal prinsip, buat apa membuang energi berargumentasi untuk hal-hal tidak penting bukan?!


Jumat, 15 Maret 2013

Toleransi

Kata toleransi sudah sangat akrab ditelinga sejak kita masih duduk dibangku Sekolah Dasar. Sejak kecil kita sudah diajarkan untuk bertoleransi dengan sesama.

Ada toleransi antar umat beragama, yang mengajarkan kita untuk saling menghormati dan menghargai antar sesama umat beragama walaupun berbeda keyakinan. Toleransi suku dan budaya, dimana Indonesia memiliki banyak suku dengan banyak budaya berbeda yang dapat dengan mudah terjadi pergesekan antara satu suku dengan suku lainnya.

Inti dari toleransi adalah menghargai dan menghormati perbedan yang ada, tanpa menjadikan perbedaan tersebut menjadi penghalang dalam hubungan antar manusia.

Namun kenyataannya toleransi saat ini hanya sebuah kata. Kita bisa melihat bagaimana sebuah ormas melakukan razia terhadap warung dan rumah makan yang tetap beroperasi disiang hari pada saat bulan Ramadhan dengan dalih harus menghormati orang yang sedang menjalankan ibadah puasa. Bukannya sikap mereka justru menodai ibadah puasa mereka sendiri karena mengganggu ketertiban umum? Selain itu, ini Indonesia Bung! Yang tinggal disini bukan hanya umat muslim, tapi juga umat-umat dari agama lain, yang tetap harus melakukan rutinitas makan siang diwarung, rumah makan atau resto favorit. Dimana toleransi antar umat beragama?

Kita pun pernah dikejutkan dengan perang antar suku didataran Kalimantan yang aksinya cukup sadis hingga menjadi sorotan media asing. Kemana rasa kebhinekaan kita?

Kalau bicara hal-hal tersebut sepertinya cukup berat untuk dibahas disini. Bagaimana dengan toleransi dilingkup terkecil kita? Seperti lingkungan keluarga, tetangga, sekolah, dan lingkungan kerja.

Ini juga sepertinya sudah mulai luntur. Saya pernah melihat disatu lingkungan sosial bagaimana para orang tua ingin mengaktifkan para pemuda dilingkungannya, dengan cara dan pemikiran para orang tua, tanpa melihat bagaimana pemikiran para pemuda yang akan menjadi motor penggerak kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan. Hasilnya? Nihil, karena tidak ada toleransi antara pihak yang satu dengan yang lain, jadinya tidak pernah nyambung.

Dilingkungan kerja kita bisa merasakan bagaimana para atasan lebih sering tidak bertoleransi terhadap bawahan. Seakan-akan si bawahan harus selalu doing right, knows everything.

Dilingkungan keluarga bagaimana istri harus bertoleransi dengan hobi otomotif suami yang menghabiskan rupiah cukup banyak, sedangkan suami complain ketika istri nyalon. Atau bagaimana suami bertoleransi dengan kegiatan arisan istrinya, yang setiap arisan selalu ada barang cicilan baru, tetapi sang istri malah senewen dengan kongkow-kongkow suami dan rekan-rekan kantornya, walaupun hanya sekedar ngopi-ngopi di Starbucks.

Lebih ironis lagi ada seorang teman pria, suatu kali pernah menolak ajakan teman-teman semasa kuliah untuk kumpul-kumpul, setelah Senin hingga Jumat lebih banyak dengan urusan pekerjaan, teman saya ini memilih untuk menghabiskan akhir pekan bersama istri dan anak tercinta, malah menerima komentar pedas dari seorang teman yang masih single  "Kenapa? Lo dilarang bini lo? Ah payah lo ISTI"*
Melihat sikap temannya yang tidak menghormati perubahan fase hidup seseorang, akhirnya teman saya membatasi acara kumpul-kumpul dengan teman-temannya itu.

Saya pun pernah mengalami hal tidak mengenakkan dengan seorang teman yang saya kenal sejak masih Sekolah Dasar. Hanya karena saya dan beberapa teman di facebook, membahas tentang satu acara yang  akan diadakan disebuah resto & bar milik seorang DJ terkenal, tiba-tiba muncul komentar dari teman saya itu "Masih aja Ta? Ga inget umur? Mending pengajian kali". Mungkin maksud teman saya itu baik, mengingat perubahan gaya hidupnya yang lebih agamis. Tapi bukankah semakin dekat dengan Tuhan seharusnya semakin bisa menghargai dan menghormati orang lain, menerima perbedaan-perbedaan yang ada tanpa harus ikut-ikutan? Apa lagi dalam kehidupan social media, dimana orang bisa sesuka hati memuat apa saja di akun social media mereka (baca: eksis, narsis) dan kita harus memaklumi hal tersebut.

Dalam hubungan yang masih sebatas pacaran bisa lebih parah lagi. Sampai ada istilah "Lebih sulit berkompromi dengan pacar dibandingkan orang tua sendiri". Nah loh?!

Lalu bagaimana kita menyikapi hal-hal seperti itu? Saya pribadi memilih no comment. Untuk beberapa kasus kadang dibarengi sikap perlahan mundur teratur dari orang-orang yang sulit bertoleransi dengan orang lain. Bukan tidak mau bertoleransi dengan sikap orang lain, tapi cape juga kan kalau sering menghadapi sikap-sikap seperti itu. Saya kira kita pun harus memiliki batasan seberapa jauh kita bisa mentoleransi sikap-sikap orang lain yang sulit bertoleransi terhadap keadaan dan perubahan yang ada.

Mungkin memang dinamika kehidupan sengaja dibuat Tuhan seperti itu, agar kita bisa belajar dan mengambil hikmah, untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi.

---

*ISTI : Ikatan Suami Takut Istri


Jumat, 08 Maret 2013

Bisikan Hati

Terdengar satu bisikan
Bisikan dari hati
Yang menggugah hati
Juga menggoda hati
Untuk bermain hati

Terdengar satu bisikan
Bisikan dari hati
Ketukan suara hati
Agar tidak bermain hati
Takut ada yang sakit hati

Terdengar satu bisikan
Bisikan dari hati
Untuk berhati-hati
Agar jangan bermain hati
Kalau tidak mau sakit hati

---

Thanks to Diana Sefiani, Nani Corazon, Marissa Tanuwijaya
"Even in silliness there are creativeness" ;)

Minggu, 03 Maret 2013

Ulasan Hati

Thanks to Hilbram Dunar, bukunya yang berjudul Main Hati menggelitik hati dan pikiran saya. Halaman demi halaman saya baca, saya tersenyum karena beberapa penggalan kalimatnya seperti merefleksikan isi hati.

Kalimat yang tertulis di cover depan "Karena Cinta Tidak Bisa Mati Tapi Bisa Pergi Kalau Tidak Dijaga Sepenuh Hati" membuat saya tertarik membaca buku ini.

Saya mengalami sendiri bagaimana cinta pergi karena cinta yang ada hanya sebuah kata, bukan suatu bentuk perilaku atau sikap yang membuat suatu hubungan tetap terjaga indah dan abadi.

Ketika cinta hanya sebuah kata belaka "Aku putuskan untuk check-out dari cinta yang berakhir dengan tidak bercinta" - Check-out.

Ketika keputusan tersebut dibuat muncul pertanyaan "Kenapa?"

Karena "Janjimu tidak pernah terwujud sementara aku pun sudah muak menuntut" - Cinta Tanpa Arah.

Ya! "Perempuan dilahirkan untuk menjadi ahli sejarah yang tidak akan lupa janji dan perlakuan laki-laki terhadapnya. Sementara laki-laki selalu menjadi penderita amnesia yang hilang ingatan setiap terjadi perdebatan dengan perempuan" - Cinta Tanpa Arah.

Perjalanan cinta tanpa arah, tidak masuk akal, membuat saya check-out.

"...saatnya mengakhiri cinta supaya tidak makin tersesat..." - Cinta Tanpa Arah

"...cinta tanpa arah harus berhenti" - Cinta Tanpa Arah

"Kebahagiaan memang tidak permanen, dia selalu bergerak. Tidak mungkin kita berharap mendapat kebahagiaan yang sama dengan cara yang sama. Bahkan kebahagiaan juga terkadang sering pergi entah kemana, saat kita terlena" - Tidak Masuk Akal

Sebait pesan terucap untuk seseorang yang masih menjadi rahasia Tuhan "Tolong jaga hatiku. Aku sudah lelah mencari cinta sejati. Untukmu aku akan menjadi cinta sejati. Karena aku mencintaimu melebihi apa yang bisa ditampung oleh hati" - Ketenangan vs Ketenaran

---

Dear Hilbram Dunar,
That's my story, thanks :)




Sabtu, 02 Maret 2013

Cerita Hari Ini

Sabtu, 2 Maret 2013

04.00 - Rumah, Bogor

"Tut..tut..tut.."
Suara alarm di handphone berbunyi, tapi saya hanya bangun untuk menekan menu snooze. Setelah tiga kali berbunyi akhirnya saya bangun. Saya lihat waktu sudah menunjukan pukul 04.15, saya pun bergegas mandi,  solat, lalu bersiap-siap pergi.

---

Memang tidak biasanya hari sabtu saya bangun pagi-pagi sekali. Tetapi panggilan telepon kemarin siang membuat hari Sabtu ini seperti hari Senin. Hari ini saya diminta untuk bertemu direktur salah satu perusahaan dibidang telekomunikasi dan IT. "Jam 9, lantai 30 yaa Mbak?" pesan salah satu stafnya melalui telepon.

"Ok" jawab saya singkat.

---

06.30 - Stasiun, Bogor

Selesai membeli tiket kereta saya menanyakan kepada petugas peron "Kereta ke Tanah Abang jam berapa?"

"Baru saja berangkat"

"Ada lagi jam berapa?"

"Jam 07.10"

Saya mulai menghitung waktu, sepertinya terlalu mepet kalau saya naik kereta pukul 07.10. Akhirnya saya memutuskan naik kereta yang akan segera berangkat, tujuan Kota.

07.30 - Stasiun Cawang, Jakarta

Saya melihat jam "Masih lama" pikir saya. Saya berjalan santai saja, mencari taksi agar tiba dilokasi masih terlihat segar. Ojek bukan pilihan yang tepat untuk momen seperti ini, bisa-bisa sampai dilokasi saya terlihat kacau balau.

08.00 - Lantai 30, Jakarta

Sang direktur belum datang, karena janji temu pun masih satu jam lagi. Saya melanjutkan membaca buku kumpulan cerpen yang baru saya beli, sambil mendengarkan lagu di handphone melalui earphone.

09.00 - Lantai 30, Jakarta

Masih belum datang, dan kantuk pun mulai mendera. Saya mendapat kabar sang direktur akan datang terlambat.

09.50 - Lantai 30, Jakarta

Akhirnya orang yang ditunggu datang. Tersenyum menghampiri saya "Maaf terlambat, tadi habis sepedaan dulu keliling-keliling disini"

Dia mempersilahkan saya duduk.

"Hmmm..." gumamnya sambil menatap beberapa lembar kertas dimeja yang memisahkan antara dia & saya.

"Kamu baiknya dibagian Training and Development, saya liat kamu memiliki kemampuan untuk encourage people, nanti saya akan bicara dengan GM Training and Development, setelah itu saya akan hubungi kamu lagi"

"Ok, thank you" jawab saya

Sambil berdiri dan mengulurkan tangan sang direktur berkata "Ok, makasih ya sudah datang hari ini"

Kami pun berjabat tangan, lalu saya bergegas pergi dari lantai 30.

Thats it! Tidak sampai 10 menit pertemuan tersebut. Orang mungkin akan berkomentar "Buang-buang waktu" tapi saya punya pemikiran lain, pemikiran yang positif pastinya.

10.05 - Mall, Jakarta

Ya! Saya memilih mengunjungi mall yang memang bersebelahan dengan gedung tempat saya bertemu sang direktur, karena menurut saya masih terlalu pagi untuk kembali pulang ke Bogor. Lagi pula Jakarta hari ini cukup cerah dan ramah.

Ketika saya memasuki mall, suasana masih sepi entah karena masih pagi atau memang mall ini tidak terlalu banyak pengunjungnya karena segmen pasarnya adalah kelas atas, bukan kelas menengah atas.

Niat hanya window shopping akhirnya tergoda juga untuk shopping betulan karena tergoda tag "SALE".

12.00 - Mall, Jakarta

Makan siang.

14.00 - Stasiun Sudirman, Jakarta

Pulang!


Selasa, 26 Februari 2013

Don't Judge a Book By Its Cover

Buku ini sebetulnya bukan buku baru, terbit tahun 2002. Namun baru sebulan lalu saya selesai membacanya.

Awal ketertarikan pada buku tersebut karena judulnya Diary Pramugari "Seks, Cinta & Kehidupan". Judul tersebut seperti mengesankan kehidupan yang wow dari profesi pramugari. Wow profesinya, wow gaya hidupnya.

Sebagai mantan pramugari saya tertarik membacanya, karena saya  merasa bahwa profesi tersebut tidak seperti itu.

Ternyata buku tersebut memang menceritakan sisi kehidupan seorang pramugari yang sebenarnya. Bagaimana wanita-wanita dari berbagai kota bersaing untuk ada diposisi tersebut dengan melalu berbagai tahap wawancara dan tes. Tidak sampai disitu, sebelum betul-betul menyandang predikat pramugari, para wanita tersebut masih harus mengikuti berbagai macam pelatihan.

Dalam pelatihan-pelatihan ini bukan wajah cantik yang diperlukan, melainkan otak cerdas, fisik dan mental yang kuat. Mereka dilatih bagaimana menjadi company representative yang baik, safety officer yang tangguh, dokter yang cekatan, juga mengerti, paham, dan dapat menjalankan hukum dan peraturan penerbangan, baik yang berlaku di Indonesia maupun Internasional.

Sayangnya profesi ini sering dipandang dari segi prestigious saja, bukan dari keahlian yang kami miliki. Bahkan tidak sedikit orang yang memiliki persepsi negatif dengan profesi ini.

Dari segi prestigious kami bangga dengan profesi kami. Ya! Karena kami adalah wanita dengan 3B1H1W; brain, beauty, behavior, healthy and wealthy. Tidak semua wanita berparas cantik dan memiliki tubuh proposional bisa lolos dengan sempurna untuk menjadi seorang pramugari. Bahkan para  Miss kecantikan pun belum tentu bisa menjalankan profesi ini.

Tapi kami juga jengah dengan anggapan bahwa pramugari "bisa dipake", kehidupannya ga jauh dari seputar night life, dugem, alkohol, free sex, dll.

Seperti yang diceritakan dalam buku Diary Pramugari "Seks, Cinta & Kehidupan", semua itu kembali kepada individu masing-masing.

Saya sendiri melihat lebih banyak pramugari yang baik, bertanggung jawab dengan profesinya, dibandingkan dengan pramugari yang di stereotipe-kan oleh masyarakat. Karena kami sadar akan tanggung jawab yang kami emban. Tidak mungkin kami rajin dugem dan minum alkohol dengan kondisi jadwal terbang yang padat. Selain itu sangsi berat siap menghampiri kami, yang terburuk yaitu pencabutan ijin terbang seumur hidup.

Saya tidak mau munafik, saya pun sesekali suka menikmati kehidupan malam disela-sela jadwal terbang yang padat. Pembenaran yang saya buat adalah setelah terbang sejak pagi hingga senja, tidak ada salahnya memberikan hadiah bagi diri sendiri, menikmati waktu sambil bersantai bersama teman-teman dan kerabat. Dengan catatan, besok jadwal saya adalah Day Off.


Rabu, 20 Februari 2013

Yes! I Made It

Ngga disangka-sangka keisengan hari ini berbuah satu kemajuan.

Ya! akhirnya blog ini memiliki domain yang lebih personalized.

Rencananya hari ini saya hanya ingin merubah sedikit tampilan blog, namun sebuah opsi pada bagian setting menarik perhatian saya, yaitu add your own domain.

Ketika saya klik opsi tersebut, isinya ternyata panduan untuk membuat domain pribadi.

Saya ikuti tahapannya satu persatu, ternyata opsi ini merupakan opsi berbayar. Agak malas juga pas tahu mesti bayar, tapi setelah dipikir-pikir tidak ada salahnya dicoba.

Dan.... Jadilah domain pribadi saya.

Ladies and gentlemen, please welcome www.agitamaulani.com

Enjoy.... ;)


Kemana Perginya Hati Nurani?

Satu bulan lebih Indonesia mengalami serangkaian bencana alam. Mulai dari banjir, longsor, sampai gempa bumi. Tidak hanya kota Jakarta yang mengalami banjir parah, beberapa kota dipulau Sumatera, Sulawesi, bahkan Kalimantan yang masih memiliki banyak hutan pun kini dilanda banjir.

Mestinya bencana ini menjadi perhatian utama bagi pemerintah kita. Sayang karena menjelang PEMILU 2014, sepertinya mereka sibuk rekonsiliasi dipartai masing-masing guna memenangkan perhelatan akbar tersebut.

Entah saya yang kurang mengikuti berita atau memang pemerintah kita sedang kurang peduli. Saya tidak banyak melihat aksi mereka dalam penanggulangan bencana ini.

Hanya sedikit pejabat yang betul-betul menunjukan kepeduliannya akan kondisi yang dialami masyarakat didaerah yang tertimpa bencana. Lebih banyak pihak swasta, LSM, bahkan artis, yang ikut turun membantu para korban bencana.

Sedangkan para elit sibuk dengan partai masing-masing. Ada yang sibuk rekonsiliasi karena anggota partainya terkait kasus korupsi. Ada yang sibuk merapatkan barisan karena salah satu petinggi partainya pindah ke partai lain, dan diikuti oleh kader-kader lainnya. Bahkan Presiden SBY pun sempat menjadi sorotan karena belakangan dia lebih terlihat sibuk dengan permasalahan partainya.

Kemanakah hati nurani para pejabat & wakil rakyat?
Padahal rakyat yang memilih mereka, memberikan kepercayaan dan harapan untuk hari esok yang lebih baik.

Atau memang Tuhan sedang menunjukan kepada kita, seperti apa sesungguhnya para pemimpin bangsa ini.


Minggu, 17 Februari 2013

Apa Arti Nasionalisme?

Apa sih arti nasionalisme? Cinta tanah air? Memakai Batik & beli produk-produk asli Indonesia apa bisa dikategorikan sebagai bentuk nasionalisme?

Entahlah, yang pasti sebagai warga negara Indonesia, saya termasuk yang tidak puas dengan pemerintahan negara saya ini.

Kennedy bilang "Jangan tanya apa yang negara berikan padamu, tetapi tanyakan apa yang sudah kamu berikan untuk negaramu".

Hmmmm.... Yang pasti sih saya bayar pajak, sayangnya pajaknya dikorupsi.

Nah, yang perlu dipertanyakan masalah nasionalisme itu bukan saya atau atau warga Indonesia lainnya, tapi pertanyaan itu mesti diajukan kepada para pemangku jabatan, pembuat kebijakan dinegara ini, apa mereka orang yang nasionalis?

Kalau jawabannya "Iya", berarti mereka bohong, karena seorang nasionalis seharusnya bisa membuat kebijakan-kebijakan yang baik untuk masyarakat dan negaranya. Bukannya membuat kebijakan hanya agar populer. Apa lagi kebijakan yang hanya menguntungkan diri sendiri dan teman-teman dekat.

Lalu apa saya seorang yang nasionalis? Mmmmm... Sepertinya iya!
Toh, walaupun pemerintahan yang ada lebih sering menyebalkan dibandingkan menyenangkan, saya masih baik, tidak menjadi antek-antek pihak asing yang mau ambil untung dari Indonesia.