Translate

Minggu, 31 Maret 2013

Sekilas Santet

Santet bukan hal baru atau aneh bagi masyarakat Indonesia, sejak jaman dulu hingga jaman teknologi canggih sepeti sekarang, praktek santet masih dilakukan di Indonesia. Motif santet macam-macam, mulai dari karena jatuh cinta tapi ditolak melulu sampai untuk kelancaran karir, dengan menyantet orang dengan posisi lebih tinggi sehingga posisi tersebut bisa kita duduki. Naudzubillah Mindzalik.

Saya menulis ini karena saat ini santet sedang menjadi topik hangat, baik itu berita politik maupun berita infotainment.

Kasus Adi Bing Slamet vs Eyang Subur menjadi berita utama infotainment. Masing-masing kubu mengeluarakan pernyataan disertai keterangan tambahan dari para pendukungnya. Siapa yang salah siapa yang benar hanya Tuhan yang maha tahu.

Yang lucu bin menggelikan adalah justru datang dari dunia pemerintahan kita. Kabarnya Komisi III DPR akan melakukan kunjungan kerja ke beberapa negara di Eropa untuk melakukan studi banding terkait pasal tentang santet dalam penyusunan RUU KUHP.

Banyak yang mencemooh dan bersikap skeptis mengenai hal tersebut. Ya iya lah, karena yang kita tahu  didunia barat hal seperti ini tidak populer dan tidak lazim dilakukan.

Ministry of Magic Logo - Harry Potter
Ok, mari kita berandai-andai. Seandainya para anggota Komisi III DPR yang terhormat itu betul-betul melakukan kujungan kerja terkait pasal santet, dan ternyata membawa hasil, lalu selanjutnya apa? Apa akan dibentuk Komisi Pemberantasan Santet? Atau lebih keren Kementrian Hukum Santet dan Ilmu Sihir Lainnya? Kok saya jadi berpikir bahwa cerita Harry Potter itu bukan fiksi, tapi based on true story.

Dunia barat bukannya tidak mengenal ilmu santet, klenik dan sebagainya. Mereka juga mengenal hal-hal seperti ini, misalnya voodoo  dan pemanggilan arwah. Tetapi seperti saya bilang sebelumnya, bahwa hal-hal terkait ilmu gaib seperti ini sudah tidak terlalu populer dilakukan.

Karena jika memang santet dan klenik dilakukan, bisa dipastikan setelah pertandingan tidak akan ada acara tukar kostum antar pemain La Liga  atau  British Premier League. Bisa-bisa keringat yang menempel basah dikostum, ditambah rambut dan ketombe yang rontok, diserahkan kedukun untuk disantet.


Hmmm... Sepertinya tulisan saya ini malah memberikan ide bagi para pemain bola sebagai salah satu cara untuk melumpuhkan lawan main. Ngga boleh yaa teman-teman,  fair play.. yaa.. fair play.. ok?!


Jumat, 29 Maret 2013

Ungkapan Rasa Cinta (It's Only a Joke)

I C U

"I Cinta U"*

Diungkapkan oleh seseorang yang ga jelas bahasa ibunya bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Ga jelas juga orientasi seksualnya, suka dengan lawan jenis atau sesama jenis.

I C C U

"I Cangat Cinta U"*

Pantang menyerah, udah ditolak masih merajuk dengan bahasa imut-imut.

N I C U

"Neeeekk.. I Cinta U"*

Nah kaan.. Maksa..

Dari siapa untuk siapa ungkapan-ungkapan tersebut? Entah, silahkan berimajinasi sendiri.

Ungkapan rasa cinta lainnya....

P I C U

"Pap.. I Cinta U"*

Rayuan seorang wanita, wanita resmi (istri) atau wanita tidak resmi (simpanan) yang lagi ada maunya. Apa maunya? Silahkan tanya kepada para Papa.

M I C U

"Mam.. I Cinta U"*

Rayuan seorang suami kepada istri, setelah ditinggal selingkuhannya yang lari dengan pramugari.

Pertanyaan:
Siapakah selingkuhan sang suami? Berjenis kelamin pria atau wanita?


----

*Baca You



Minggu, 17 Maret 2013

Berawal Dari Mimpi

...hidup berawal dari mimpi...


Sepenggal lirik dari lagu milik Bondan & Fade2Black, memacu kita untuk terus mengejar mimpi, tak pernah berhenti bermimpi untuk kehidupan yang lebih baik, tentunya dengan diiringi doa dan usaha.


Tidak mungkin kita mengejar mimpi hanya dengan doa tanpa melakukan usaha. Tidak mungkin juga kita meraih mimpi hanya dengan usaha tanpa memohon doa dan restu kepada Yang Maha Kuasa.

Memiliki mimpi indah menyenangkan, membuat hidup lebih semangat. Tapi apa jadinya kalau mimpi betul-betul menjadi hanya sekedar mimpi? Get down? Ngga lah, Tuhan pasti selalu memberikan yang terbaik untuk umatnya. Doa itu penting dalam mengejar mimpi. Kita bukan saja berdoa agar mimpi kita tercapai, tetapi juga berdoa untuk tetap tegar ketika mimpi hanya sebatas angan, atau ketika mimpi menjadi kenyataan sekaligus cobaan.

Lalu apakah dengan tercapainya mimpi kita, semua selesai? Tidak, selalu ada hitam dibalik putih.

Saya masih ingat bagaimana Fade2Black meniti meraih mimpi. Ketika masih sebatas band lokal, mengisi berbagai acara musik lokal, dengan bayaran harga teman, kadang tidak dibayar juga.

Pernah juga diundang sebagai pengisi satu acara, namun entah bagaimana EO tersebut mengatur rundown acara, ternyata spot pengisi acara sudah penuh, sehingga Fade2Black pun batal manggung.


Masih ingat juga ketika mengisi satu acara yang disponsori oleh A Mild, dengan bintang utama Neo, Slank (sisanya saya lupa) bagaimana rasa gugup menghinggapi semua personil. Tapi rasa gugup tidak membuat kacau permainan musik mereka, semua berjalan lancar, pulang kerumah dengan penuh senyum dan rasa bangga. Yang selalu dikenang dari cerita ini yaitu ketika perjalanan pulang. Personil, kru, dan beberapa teman berada dalam satu mobil kijang kapsul, berhimpitan dengan alat-alat musik seperti gitar, bass, dan synthesizer, saking penuh pintu belakang mobil pun terpaksa dibuka.

Ritual yang juga tidak pernah terlupakan yaitu makan diwarung soto lamongan atau roti bakar dibilangan Jl. Pajajaran, Bogor.

Lalu bagaimana ketika sekarang semua sudah tercapai? Apakah betul-betul indah?

Pasti ada hitam dibalik putih. Dibalik jadwal manggung yang padat ada rasa lelah pastinya, namun tetap harus mempertahankan performa demi menampilkan kualitas terbaik. Jarang berkumpul bersama keluarga dan teman juga menjadi resiko tersendiri.

Bahkan pernah harus kehilangan salah satu teman terbaik karena kanker yang dideritanya. Para personil Fade2Black hanya bisa menangis dikamar hotel tanpa bisa mengucapkan salam terakhir untuk teman tercinta karena sedang tur luar kota.

Dunia musik yang bergerak cepat juga menjadi tantangan tersendiri. Istilahnya kalau pasar sedang sepi, dalam satu bulan manggung hanya satu kali sudah Alhamdulillah.

Setelah sukses dengan bermusik personil Fade2Black pun mengembangkan sayap dengan membuat satu clothing line merk WORDZ!

Walaupun memiliki fans setia yang merupakan pasar empuk bagi pemasaran produk-produk WORDZ, tetapi yang namanya usaha memiliki dinamika pasang surut sendiri.

Ucapan syukur tentu tidak lupa diucapkan kepada Allah SWT atas semua pencapaian selama ini. Melalui acara syukuran yang diadakan pada hari Minggu, 10 Maret 2013, seuntai doa terucap agar segala niat baik yang ada dilancarkan-Nya dan menjadi berkah bagi semua. Amin.

---

Rest In Peace Anan & Indri Noviari, We LOVE You!




"Ya.. Ya.. Ya.."

Kata "Iya" atau "Ya" merupakan kata yang menyatakan persetujuan dari suatu pernyataan atau pertanyaan. Tapi apa iya seperti itu?

Kaum pria suka meng-iya-kan pernyataan atau pertanyaan pasangannya agar pernyataan atau pertanyaan tidak semakin melebar. Alasannya "Biar cepat, biar ga merepet (cerewet) kemana-mana"

Saya pun pernah menggunakan kata mujarab ini agar pembicaraan cepat selesai, karena kalau saya berkata "Tidak", akan ada pertanyaan lanjutan "Kenapa?"

Bukan maksud untuk sekedar menyenangkan lawan bicara atau tidak punya prinsip, tapi jengah juga kan kalau terus mendengar pernyataan atau pertanyaan yang sama berulang-ulang.

Apalagi kalau yang dihadapi adalah orang dengan posisi tertentu, entah itu orang yang lebih tua, atasan, atau orang dengan strata sosial ekonomi A, yang biasanya tidak suka dengan jawaban "Tidak". Untuk hal-hal yang tidak prinsip, daripada pusing dengan pertanyaan lanjutan "Kenapa?" dan pembahasan jadi lebih panjang, saya memilih "Iya" aja deh. Done, mereka pun diam.

Hal yang sama saya lakukan kalau pembahasan ngga penting banget. Iya.. Iya.. Aja deh, wong ngga penting juga :)

Pengalaman bekerja sebagai pramugari juga jadi cerita tersendiri. Kita diajarkan untuk mendengarkan apa yang penumpang katakan, entah itu manis atau pahit.

Complain penumpang merupakan hal yang paling jengah yang harus dihadapi, tapi karena sudah menjadi bagaian dari pekerjaan, kata mujarab "Iya" dan "Maaf" cukup ampuh meredam amarah mereka. Biasanya penumpang yang complain pada akhirnya malu sendiri, apa lagi kalau mereka marah-marahnya dengan intonasi suara tingkat tinggi sampai satu pesawat tahu.

Lalu dengan bersikap seperti itu apakah kita menjadi manusia rendah, padahal belum tentu kita yang salah? Tidak, justru itu menunjukkan sikap kedewasaan, bagaimana kita menghadapai dan menyikapi orang lain. Istilahnya api jangan dilawan dengan api.

Lalu apakah kata "Iya" yang sekedar meng-iya-kan merupakan bentuk ketidakpedulian, tidak respek kepada orang lain? Menurut saya tidak juga. Kadang orang mengeluarkan pernyataan atau pertanyaan bukan untuk menjadi bahan argumentasi, tetapi hanya untuk mengungkapkan isi hati. Apa lagi kalau hal-hal yang dinyatakan atau ditanyakan bukan hal prinsip, buat apa membuang energi berargumentasi untuk hal-hal tidak penting bukan?!


Jumat, 15 Maret 2013

Toleransi

Kata toleransi sudah sangat akrab ditelinga sejak kita masih duduk dibangku Sekolah Dasar. Sejak kecil kita sudah diajarkan untuk bertoleransi dengan sesama.

Ada toleransi antar umat beragama, yang mengajarkan kita untuk saling menghormati dan menghargai antar sesama umat beragama walaupun berbeda keyakinan. Toleransi suku dan budaya, dimana Indonesia memiliki banyak suku dengan banyak budaya berbeda yang dapat dengan mudah terjadi pergesekan antara satu suku dengan suku lainnya.

Inti dari toleransi adalah menghargai dan menghormati perbedan yang ada, tanpa menjadikan perbedaan tersebut menjadi penghalang dalam hubungan antar manusia.

Namun kenyataannya toleransi saat ini hanya sebuah kata. Kita bisa melihat bagaimana sebuah ormas melakukan razia terhadap warung dan rumah makan yang tetap beroperasi disiang hari pada saat bulan Ramadhan dengan dalih harus menghormati orang yang sedang menjalankan ibadah puasa. Bukannya sikap mereka justru menodai ibadah puasa mereka sendiri karena mengganggu ketertiban umum? Selain itu, ini Indonesia Bung! Yang tinggal disini bukan hanya umat muslim, tapi juga umat-umat dari agama lain, yang tetap harus melakukan rutinitas makan siang diwarung, rumah makan atau resto favorit. Dimana toleransi antar umat beragama?

Kita pun pernah dikejutkan dengan perang antar suku didataran Kalimantan yang aksinya cukup sadis hingga menjadi sorotan media asing. Kemana rasa kebhinekaan kita?

Kalau bicara hal-hal tersebut sepertinya cukup berat untuk dibahas disini. Bagaimana dengan toleransi dilingkup terkecil kita? Seperti lingkungan keluarga, tetangga, sekolah, dan lingkungan kerja.

Ini juga sepertinya sudah mulai luntur. Saya pernah melihat disatu lingkungan sosial bagaimana para orang tua ingin mengaktifkan para pemuda dilingkungannya, dengan cara dan pemikiran para orang tua, tanpa melihat bagaimana pemikiran para pemuda yang akan menjadi motor penggerak kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan. Hasilnya? Nihil, karena tidak ada toleransi antara pihak yang satu dengan yang lain, jadinya tidak pernah nyambung.

Dilingkungan kerja kita bisa merasakan bagaimana para atasan lebih sering tidak bertoleransi terhadap bawahan. Seakan-akan si bawahan harus selalu doing right, knows everything.

Dilingkungan keluarga bagaimana istri harus bertoleransi dengan hobi otomotif suami yang menghabiskan rupiah cukup banyak, sedangkan suami complain ketika istri nyalon. Atau bagaimana suami bertoleransi dengan kegiatan arisan istrinya, yang setiap arisan selalu ada barang cicilan baru, tetapi sang istri malah senewen dengan kongkow-kongkow suami dan rekan-rekan kantornya, walaupun hanya sekedar ngopi-ngopi di Starbucks.

Lebih ironis lagi ada seorang teman pria, suatu kali pernah menolak ajakan teman-teman semasa kuliah untuk kumpul-kumpul, setelah Senin hingga Jumat lebih banyak dengan urusan pekerjaan, teman saya ini memilih untuk menghabiskan akhir pekan bersama istri dan anak tercinta, malah menerima komentar pedas dari seorang teman yang masih single  "Kenapa? Lo dilarang bini lo? Ah payah lo ISTI"*
Melihat sikap temannya yang tidak menghormati perubahan fase hidup seseorang, akhirnya teman saya membatasi acara kumpul-kumpul dengan teman-temannya itu.

Saya pun pernah mengalami hal tidak mengenakkan dengan seorang teman yang saya kenal sejak masih Sekolah Dasar. Hanya karena saya dan beberapa teman di facebook, membahas tentang satu acara yang  akan diadakan disebuah resto & bar milik seorang DJ terkenal, tiba-tiba muncul komentar dari teman saya itu "Masih aja Ta? Ga inget umur? Mending pengajian kali". Mungkin maksud teman saya itu baik, mengingat perubahan gaya hidupnya yang lebih agamis. Tapi bukankah semakin dekat dengan Tuhan seharusnya semakin bisa menghargai dan menghormati orang lain, menerima perbedaan-perbedaan yang ada tanpa harus ikut-ikutan? Apa lagi dalam kehidupan social media, dimana orang bisa sesuka hati memuat apa saja di akun social media mereka (baca: eksis, narsis) dan kita harus memaklumi hal tersebut.

Dalam hubungan yang masih sebatas pacaran bisa lebih parah lagi. Sampai ada istilah "Lebih sulit berkompromi dengan pacar dibandingkan orang tua sendiri". Nah loh?!

Lalu bagaimana kita menyikapi hal-hal seperti itu? Saya pribadi memilih no comment. Untuk beberapa kasus kadang dibarengi sikap perlahan mundur teratur dari orang-orang yang sulit bertoleransi dengan orang lain. Bukan tidak mau bertoleransi dengan sikap orang lain, tapi cape juga kan kalau sering menghadapi sikap-sikap seperti itu. Saya kira kita pun harus memiliki batasan seberapa jauh kita bisa mentoleransi sikap-sikap orang lain yang sulit bertoleransi terhadap keadaan dan perubahan yang ada.

Mungkin memang dinamika kehidupan sengaja dibuat Tuhan seperti itu, agar kita bisa belajar dan mengambil hikmah, untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi.

---

*ISTI : Ikatan Suami Takut Istri


Jumat, 08 Maret 2013

Bisikan Hati

Terdengar satu bisikan
Bisikan dari hati
Yang menggugah hati
Juga menggoda hati
Untuk bermain hati

Terdengar satu bisikan
Bisikan dari hati
Ketukan suara hati
Agar tidak bermain hati
Takut ada yang sakit hati

Terdengar satu bisikan
Bisikan dari hati
Untuk berhati-hati
Agar jangan bermain hati
Kalau tidak mau sakit hati

---

Thanks to Diana Sefiani, Nani Corazon, Marissa Tanuwijaya
"Even in silliness there are creativeness" ;)

Minggu, 03 Maret 2013

Ulasan Hati

Thanks to Hilbram Dunar, bukunya yang berjudul Main Hati menggelitik hati dan pikiran saya. Halaman demi halaman saya baca, saya tersenyum karena beberapa penggalan kalimatnya seperti merefleksikan isi hati.

Kalimat yang tertulis di cover depan "Karena Cinta Tidak Bisa Mati Tapi Bisa Pergi Kalau Tidak Dijaga Sepenuh Hati" membuat saya tertarik membaca buku ini.

Saya mengalami sendiri bagaimana cinta pergi karena cinta yang ada hanya sebuah kata, bukan suatu bentuk perilaku atau sikap yang membuat suatu hubungan tetap terjaga indah dan abadi.

Ketika cinta hanya sebuah kata belaka "Aku putuskan untuk check-out dari cinta yang berakhir dengan tidak bercinta" - Check-out.

Ketika keputusan tersebut dibuat muncul pertanyaan "Kenapa?"

Karena "Janjimu tidak pernah terwujud sementara aku pun sudah muak menuntut" - Cinta Tanpa Arah.

Ya! "Perempuan dilahirkan untuk menjadi ahli sejarah yang tidak akan lupa janji dan perlakuan laki-laki terhadapnya. Sementara laki-laki selalu menjadi penderita amnesia yang hilang ingatan setiap terjadi perdebatan dengan perempuan" - Cinta Tanpa Arah.

Perjalanan cinta tanpa arah, tidak masuk akal, membuat saya check-out.

"...saatnya mengakhiri cinta supaya tidak makin tersesat..." - Cinta Tanpa Arah

"...cinta tanpa arah harus berhenti" - Cinta Tanpa Arah

"Kebahagiaan memang tidak permanen, dia selalu bergerak. Tidak mungkin kita berharap mendapat kebahagiaan yang sama dengan cara yang sama. Bahkan kebahagiaan juga terkadang sering pergi entah kemana, saat kita terlena" - Tidak Masuk Akal

Sebait pesan terucap untuk seseorang yang masih menjadi rahasia Tuhan "Tolong jaga hatiku. Aku sudah lelah mencari cinta sejati. Untukmu aku akan menjadi cinta sejati. Karena aku mencintaimu melebihi apa yang bisa ditampung oleh hati" - Ketenangan vs Ketenaran

---

Dear Hilbram Dunar,
That's my story, thanks :)




Sabtu, 02 Maret 2013

Cerita Hari Ini

Sabtu, 2 Maret 2013

04.00 - Rumah, Bogor

"Tut..tut..tut.."
Suara alarm di handphone berbunyi, tapi saya hanya bangun untuk menekan menu snooze. Setelah tiga kali berbunyi akhirnya saya bangun. Saya lihat waktu sudah menunjukan pukul 04.15, saya pun bergegas mandi,  solat, lalu bersiap-siap pergi.

---

Memang tidak biasanya hari sabtu saya bangun pagi-pagi sekali. Tetapi panggilan telepon kemarin siang membuat hari Sabtu ini seperti hari Senin. Hari ini saya diminta untuk bertemu direktur salah satu perusahaan dibidang telekomunikasi dan IT. "Jam 9, lantai 30 yaa Mbak?" pesan salah satu stafnya melalui telepon.

"Ok" jawab saya singkat.

---

06.30 - Stasiun, Bogor

Selesai membeli tiket kereta saya menanyakan kepada petugas peron "Kereta ke Tanah Abang jam berapa?"

"Baru saja berangkat"

"Ada lagi jam berapa?"

"Jam 07.10"

Saya mulai menghitung waktu, sepertinya terlalu mepet kalau saya naik kereta pukul 07.10. Akhirnya saya memutuskan naik kereta yang akan segera berangkat, tujuan Kota.

07.30 - Stasiun Cawang, Jakarta

Saya melihat jam "Masih lama" pikir saya. Saya berjalan santai saja, mencari taksi agar tiba dilokasi masih terlihat segar. Ojek bukan pilihan yang tepat untuk momen seperti ini, bisa-bisa sampai dilokasi saya terlihat kacau balau.

08.00 - Lantai 30, Jakarta

Sang direktur belum datang, karena janji temu pun masih satu jam lagi. Saya melanjutkan membaca buku kumpulan cerpen yang baru saya beli, sambil mendengarkan lagu di handphone melalui earphone.

09.00 - Lantai 30, Jakarta

Masih belum datang, dan kantuk pun mulai mendera. Saya mendapat kabar sang direktur akan datang terlambat.

09.50 - Lantai 30, Jakarta

Akhirnya orang yang ditunggu datang. Tersenyum menghampiri saya "Maaf terlambat, tadi habis sepedaan dulu keliling-keliling disini"

Dia mempersilahkan saya duduk.

"Hmmm..." gumamnya sambil menatap beberapa lembar kertas dimeja yang memisahkan antara dia & saya.

"Kamu baiknya dibagian Training and Development, saya liat kamu memiliki kemampuan untuk encourage people, nanti saya akan bicara dengan GM Training and Development, setelah itu saya akan hubungi kamu lagi"

"Ok, thank you" jawab saya

Sambil berdiri dan mengulurkan tangan sang direktur berkata "Ok, makasih ya sudah datang hari ini"

Kami pun berjabat tangan, lalu saya bergegas pergi dari lantai 30.

Thats it! Tidak sampai 10 menit pertemuan tersebut. Orang mungkin akan berkomentar "Buang-buang waktu" tapi saya punya pemikiran lain, pemikiran yang positif pastinya.

10.05 - Mall, Jakarta

Ya! Saya memilih mengunjungi mall yang memang bersebelahan dengan gedung tempat saya bertemu sang direktur, karena menurut saya masih terlalu pagi untuk kembali pulang ke Bogor. Lagi pula Jakarta hari ini cukup cerah dan ramah.

Ketika saya memasuki mall, suasana masih sepi entah karena masih pagi atau memang mall ini tidak terlalu banyak pengunjungnya karena segmen pasarnya adalah kelas atas, bukan kelas menengah atas.

Niat hanya window shopping akhirnya tergoda juga untuk shopping betulan karena tergoda tag "SALE".

12.00 - Mall, Jakarta

Makan siang.

14.00 - Stasiun Sudirman, Jakarta

Pulang!