Translate

Selasa, 17 Desember 2019

Laga Pamungkas


Untuk klubmu dan untuk Indonesia, kau adalah salah satu pemain terbaik yang pernah ada
Rekan satu tim menghormatimu, lawan segan pada dirimu
Jatuh bangun dunia sepak bola kau alami
Kalah menang biasa kau sesap
Kau paham betul apa itu perjuangan
Dari nol hingga menjadi seorang legenda
Kau menginspirasi banyak orang

Setelah perjalanan panjang dan banyak prestasi diraih, kau putuskan berhenti mengejar si kulit bundar
Hari ini menjadi laga pamungkas dalam catatan sejarah karirmu
Nama besarmu akan selalu diingat
Selamat jalan, semoga sukses di karir selanjutnya
Terima kasih untuk semua kontribusimu
Berhenti tak berarti berakhir
Buah pikiranmu dinanti untuk kemajuan sepak bola Indonesia


17.12.2019 - 17:06
Agita Maulani


***



Kamis, 28 November 2019

SINER91


Awalnya tak pernah memperhatikan
Tanpa terduga, jalan cerita membawaku mengenalmu lebih jauh

Meski bukan seorang fanatik, aku senang melihatmu berjuang
Tak menyerah di saat kalah, bangkit meraih kemenangan

Ukir sejarah dengan prestasi 
Semoga kesuksesan dan keberkahan selalu menyertai

Dirgahayu Persija
Teruslah bersinergi untuk menjadi klub terbaik


28.11.2019 - 16:48
Agita Maulani

***

Rabu, 27 November 2019

Memaafkan


Memaafkan bukan berarti lemah
Memaafkan justru menunjukan kekuatan hati untuk memahami dan menerima kesalahan

Lemah adalah saat diri tak mampu mengelola amarah
Buta hati karena kalah dengan ego sendiri

Tak ada insan tanpa cela
Kodrat manusia memiliki dua sisi: baik dan buruk

Hari ini dia berbuat salah, esok mungkin kau yang salah langkah
Sekarang memaafkan, suatu hari bisa jadi kau yang berucap, “Maaf.”

Lapangkan hati
Damaikan diri

Jangan diperbudak emosi
Memaafkan lebih baik daripada bergelut dengan perih


16.01.2019 - 14:43
Agita Maulani


*** 



Sabtu, 14 September 2019

Dalam Kenangan


Innaa lillahi wa innaa illaihi rooji’uun. Telah meninggal dunia Presiden ke-3 Indonesia Burchanudin Jusuf Habibie pada Rabu, 11 September 2019, pukul 18.03. Indonesia berduka. Bendera setengah tiang dikibarkan.

Hingga hari ini, portal-portal berita masih mengisahkan tentang dirinya. Memutar balik cerita hidup, prestasi dan jasa-jasanya.

Bagi anak-anak angkatan orde baru, nama pak Habibie begitu melekat di kepala, karena pada masa itu setiap siswa wajib menghafal nama-nama menteri. Menteri yang mudah diingat adalah pak Habibie, karena beliau tidak pernah berganti posisi. 20 tahun beliau dipercaya sebagai Menteri Riset dan Teknologi (mohon koreksi jika salah).

Beliau dipercaya karena keahliannya di bidang teknologi. Saat itu tidak ada orang yang memiliki kemampuan seperti beliau.

Pak Habibie menjadi acuan kecerdasan, “Pokoknya pintar tuh kaya pak Habibie”. Anak-anak pun bercita-cita ingin seperti pak Habibie. Jungkir balik giat belajar, nyatanya sampai saat ini belum ada yang setara dengan beliau.
 
Meski lama bermukim di luar negeri, pak Habibie tidak lupa dengan tanah air. Dedikasinya untuk Indonesia begitu besar. Tanpa deklarasi “Saya Indonesia, Saya Pancasila”, nasionalisme ia buktikan dengan memberi kontribusi untuk negeri.

Belum ada lagi putra bangsa seperti pak Habibie. Beliau sungguh istimewa. Sosok pemimpin yang dicintai, memiliki tempat tersendiri di hati rakyat.

Kini ia telah tiada, yang tertinggal adalah karya dan pemikirannya. Menjadi sebuah wasiat bagi seluruh rakyat agar  apa yang dilakukannya, diteruskan demi kemajuan bangsa.

Pelajaran berharga yang dapat diambil dari pak Habibie, yaitu selalu menanam kebaikan dan berkarya menebar manfaat, karena apa yang dilakukan hasilnya akan kembali kepada diri sendiri.

Pak Habibie membuktikannya. Kepergiannya ditangisi, kebaikan-kebaikannya dikenang . Terima kasih untuk semua jasa-jasamu, Pak. Teriring doa dari seluruh rakyat Indonesia



12.09.2019 - 22:25
Agita Maulani


***

 

Kamis, 29 Agustus 2019

Memaafkan Keadaan


Tak selamanya mendapat apa yang diinginkan.
Jalan cerita tak selalu seperti yang dimau.
Rencana sudah disusun dengan sempurna, seketika bisa berantakan.
Segala upaya dilakukan ternyata hasilnya tak sesuai harapan.

Manusia pandai menduga, seakan bisa mendapat apa yang diinginkan sesuai rencana dan yang diusahakan.
Padahal ketetapan adalah milik-Nya.
Simpan kecewa, ambil pelajaran dari setiap kejadian yang menimpa.
Maafkan keadaan yang tak sesuai harapan agar hati lapang menerima keputusan-Nya.


25.08.2019 - 21:32
Agita Maulani


***


Sabtu, 15 Juni 2019

Hakikat Usia


Masa demi masa terlewati
Tanpa terasa usia berganti
Sudahkah memberi arti?
Menjalani hari penuh makna
Taat pada Sang Pencipta
Atau terlena dengan dunia?
Lupa semua hanya sementara
Usia berlalu sia-sia

Sejenak tundukan hati
Renungi kisah diri
Cerita lalu, sekarang, dan yang akan datang
Perbaiki kekurangan, perbanyak kebaikan
Memberi manfaat bagi orang-orang di sekitar
Bijak menapaki alur kehidupan
Sebelum semua terhenti, kembali pada Ilahi



بَارَكَ اللهُ فِيكَ


15.06.2019 - 08:59
Agita Maulani


***







Selasa, 04 Juni 2019

Merenungi Kepergian


Bersimpuh di atas sajadah
Merenungi kepergian
Mengingat hari-hari yang dilalui
Mengukur kualitas diri
Sudahkah ramadhan memberi arti, membuat diri menjadi lebih baik?
Atau hanya tenggelam dalam ephoria silah ukhuwah bernama buka puasa bersama, lalai dengan kewajiban sesungguhnya?

Ramadhan,
Sungguh besar harapan untuk bertemu kembali denganmu
Menjalani hari-hari penuh makna
Beristirahat sejenak dari hiruk pikuk dunia
Menjalani ibadah sebaik mungkin demi bekal di hari akhir


04.06.2019 - 17:35
Agita Maulani


***

Kamis, 23 Mei 2019

Baik-Baik Saja


Negeri ini tidak sedang gawat
Masih banyak warga duduk di Starbucks
Berbagi cerita sambil menikmati kopi hangat

Negeri ini tidak dalam kondisi darurat
Lalu lintas masih saja padat merayap
Dihiasi pejalan kaki yang menyusuri trotoar dengan cepat

Negeri ini tidak sekarat
Roda perekonomian tetap menggeliat
Dagangan dijajakan pada aparat yang bertugas tanpa rasa was-was

Negeri ini baik-baik saja, kecuali
nurani pemegang amanat
Memakai topeng kerakyatan menutupi hati yang berkarat
Menghalalkan segala cara demi menyandang predikat pejabat



23.05.2019 - 14:16
Agita Maulani


***

Selasa, 21 Mei 2019

Jalan Keadilan


Keadilan selalu berada di depan
Berkawan kebenaran
Musuh besar para pengkhianat

Tak mungkin dibungkam
Keadilan selalu menang
Hari ini mungkin ia tenggelam tapi bukan akhir perjuangan

Biarkan pengkhianat tertawa girang
Riang di atas kebohongan
Pongah memangku jabatan

Berlagak menantang keadilan
Padahal ia bukan tandingan
Keadilan tak akan hilang meski dikubur rintangan

Tak perlu ditakuti
Ada Sang Kuasa mengawasi
Hukum Tuhan akan menghapus tirani

Tak ada ke-bathil-an abadi
Langkahnya kelak terhenti
Pengkhianat pasti pergi



21.05.2019 - 11:04
Agita Maulani


***

Rabu, 24 April 2019

Lepaskan


Layar kaca tempat bersandiwara, namun tidak di dunia nyata
Pada mereka kau bisa sembunyikan gundah, tapi tidak denganku

Meski kau diam, aku merasakan ada gelisah yang mengganggu pikiranmu
Semua terpancar jelas dari matamu

Kau berkata, “Lepaskan"
Benarkah kau telah melepaskan, membuka yang tersembunyi di balik wajah itu?

Ataukah masih ada ragu?
Khawatir tentang pikiran mereka padamu, hingga kau tutupi resah dengan senyuman

Jangan berlama-lama menyimpan semua sendirian
Jangan biarkan sempit terus menghimpit

Bersandarlah, bisikan gundah gelisah
Tuturkan semua kisah

Lepaskan beban dipundak
Lapangkan hati dan pikiran

Tidak perlu takut terlihat lemah
Biarkan dada menghirup kelegaan

Jika masih bimbang, bersujudlah

Lepaskan semua pada Dia tempat mengadu segala rasa



25.08.2017 - 20.32
Agita Maulani


***

Jumat, 19 April 2019

Selalu Tenang


Suka dan duka datang silih berganti
Bukan untuk sekedar dinikmati atau diratapi, tetapi untuk diresapi maknanya


Tidak ada yang salah, semua sesuai takaran-Nya
Allah memberi sesuai kemampuan

Saat suka menyapa tak lantas pongah dan tenggelam dalam keriuhan sesaat
Kala duka tak jua berputus asa

Bersyukurlah atas nikmat dan bahagia yang kau rasa
Bagilah suka citamu pada orang-orang terkasih
Biarkan mereka ikut menikmati

Bersujudlah saat duka melanda
Simpan sedihmu di tempat paling tersembunyi
Bagi dukamu hanya dengan-Nya

Serahkan segala urusan ditangan-Nya
Apapun yang dihadapi, jiwa akan selalu tenang, karena hati telah kau gantungkan pada satu-satunya yang Maha Adil



06.08.18 - 22:10
Agita Maulani


***


Rabu, 17 April 2019

Menetapkan Pilihan


Selama kurang lebih 8 bulan, cerita politik tersaji dalam rangka pemilihan kepala negara dan anggota legislatif.
Partai-partai politik, calon-calon anggota legislatif, para calon presiden dan calon wakil presiden bersaing untuk menarik hati masyarakat.

Para simpatisan pun tidak mau kalah, mereka saling beradu untuk pilihannya.
Ada yang beradu intelektualitas, ada juga yang saling menebar caci.

Beberapa menjadi perkara di meja hijau.
Bisa dibilang ini adalah kondisi politik terpanas yang pernah ada di Indonesia.

Kampanye seharusnya menjadi ajang untuk menunjukan kualitas diri, bukan  saling menjatuhkan.
Pemilu bukan arena untuk mencari pemenang, tetapi sebuah media untuk menentukan siapa yang akan memimpin Indonesia 5 tahun ke depan.

Kemenangan bukan milik peraih suara terbanyak.
Kekalahan bukan pula karena sedikit jumlah suara yang didapat.

Menang dan kalah mutlak milik seluruh rakyat Indonesia.
Ada resiko yang tak main-main untuk jalan cerita selama 5 tahun yang akan datang.

Nikmat kemenangan akan terasa jika yang terpilih dapat menjalankan tugas dengan baik.
Namun jika si pemegang amanat lalai,  maka akibatnya akan dirasakan juga oleh seluruh warga negara Indonesia.

Hari ini waktunya untuk menetapkan pilihan.
Berikan suara pada mereka yang dianggap mampu menjaga amanat, mampu menjalankan tugas agar Indonesia menjadi lebih baik -menjadi Indonesia yang adil dan makmur.

Selamat mencoblos.

17.04.2019 - 00:41
Agita Maulani


***


Senin, 04 Maret 2019

Menertawai Masalah


Saat dirundung masalah, tak usah gundah
Santai saja, tertawalah
Tertawai kebodohan-kebodohan yang diperbuat hingga akhirnya tertimpa masalah
Bahwa kau bisa seceroboh itu, tanpa sadar telah menggores luka sendiri

Sudahlah, tak usah ditangisi
Masalah berkawan dengan solusi
Asal mau berpikir jernih, masalah bisa teratasi
Masalah menghampiri agar kau belajar untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama


19.10.2018 - 22:10
Agita Maulani


***



Kamis, 21 Februari 2019

Mencoba Berdamai


Ketika ikhlas hanya sebuah kata, yang nampak hanya basa basi belaka
Bersandiwara seakan semua baik-baik saja

Raut terbingkai tawa dan senyuman
Bersembunyi dari sakit hati

Terus bermain peran lama-lama lelah sendiri
Mencoba berhenti dari kepura-puraan, tapi apa daya masih ada luka

Wajah asli terlihat dari balik topeng yang terkoyak
Menunjukan yang selama ini tersimpan rapat

Jiwa yang lemah berusaha untuk kuat
Mencoba mengimplementasikan ikhlas yang sesungguhnya

Tertatih berdamai dengan duka
Mengobati sakit yang telah lama meradang

Rasa menelusup selami relung-relung hati
Nurani ingin sudahi semua perih

Akal mencoba berpikir jernih
Mencari setitik cahaya penenang diri


02.01.2019 - 20:24
Agita Maulani


***

 

Kamis, 14 Februari 2019

Tidak Ada Apa-Apa


Ada apa dengan tanggal 14 Februari?
Tidak ada apa-apa!

Sebagian orang merayakan yang katanya hari kasih sayang, tapi seorang muslim tidak merayakan yang bukan perayaannya karena hal ini dilarang oleh agama.

Dari Ibn Umar beliau berkata, “Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda,
 
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

"Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk bagian dari mereka." (HR Abu Dawud)

Setiap orang memiliki identitas agama masing-masing. Begitu juga dengan seorang muslim. Dia memiliki tata cara ibadah sendiri, juga memiliki perayaan sendiri. Jadi tidak perlu mengikuti apa yang bukan bagian dari agamanya.

Toleransi bukan berarti ikut-ikutan. Menghormati perbedaan memang keharusan tetapi jangan sampai menggorbankan keimanan.

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ

Untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku.” (QS Al Kafiruun : 6)
Tentang kasih sayang, hati orang muslim tidak pernah kering akan kasih sayang karena agama mengajarkan agar saling menyayangi. Bukan saja pada sesama manusia tetapi pada semua makhluk di muka bumi.

Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا أَهْلَ الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِى السَّمَاءِ

“Orang-orang yang penyayang niscaya akan disayangi pula oleh ar-Rahman (Allah). Maka sayangilah penduduk bumi niscaya Yang di atas langit pun akan menyayangi kalian.” (HR. Abu Dawud, dinyatakan sahih oleh al-Albani).

Jadi, tidak ada yang harus dirayakan karena kasih sayang ada di hati dan keseharian seorang muslim.
Barakallahufiikum.


14.02.2019 - 21:40
Agita Maulani


***

Selasa, 05 Februari 2019

Menulislah


Saat bahagia, menulislah
Tularkan energi positif pada pembaca

Kala sedih melanda, menulislah
Jadikan kertas dan pena sebagai penawar luka

Ketika amarah menguasai diri, menulislah
Luapkan emosi dengan cara beradab

Sampaikan isi hati dan pikiran dengan cara yang tak biasa
Ungkapkan rasa dengan cara yang elegan

Jadikan setiap kisah sebagai sumber inspirasi
Bermain dengan kata-kata, manjakan para penikmat aksara


23.10.2018 - 22:39
Agita Maulani


***

Rabu, 09 Januari 2019

Pengingat


Begitu cepat waktu berlalu
Tak terasa hari ini datang kembali
Namun tak ada yang istimewa
Semua aktivitas berjalan seperti hari-hari biasa, tanpa pesta dan hura-hura

Usia hanyalah angka, bukan sesuatu yang harus dirayakan
Dia ada sebagai pengingat
Sudah digunakan untuk apa usiamu?
Apakah puluhan tahun yang telah dilalui penuh dengan hal-hal berguna atau sibuk dengan kesia-siaan?

Usia bertambah, waktunya bermuhasabah
Saatnya menyelami hati dan bercermin diri
Mencari kesalahan-kesalahan yang harus diperbaiki
Untuk menjalani hidup yang lebih baik


09.01.2019 - 09:34
Agita Maulani

***

Senin, 07 Januari 2019

Bersama Dalam Keimanan


Jingga mewarnai senja di ufuk barat
Hangatkan suasana, membuat setiap mata terpesona
Sebuah maha karya dari Sang Pencipta

Sayup-sayup terdengar suara dari langgar
Panggilan untuk menundukan kepala, memasrahkan hati
Saatnya bersujud pada Ilahi

Kaki melangkah ringan
Senyum-senyum hangat saling bertegur sapa
Rapatkan shaf, kuatkan simpul-simpul ukhuwah

Tak ada yang lebih indah dari ikatan karena keimanan
Mengisi setiap kekurangan, saling menguatkan yang lemah
Bersama-sama untuk istiqamah di jalan-Nya


05.01.2019 - 13:43
Agita Maulani


***


Sabtu, 05 Januari 2019

Tersesat


Kaki berpijak meniti dua jalan bersamaan di saat iman masih lemah
Yakin kuat menahan cobaan, nyatanya diri mudah goyah

Sekuat tenaga menjaga langkah agar tetap seimbang, apa daya jiwa masih lemah
Tanpa sadar kedua kaki terseret alur gemerlap dunia

Pondasi iman yang susah payah dibangun, perlahan tenggelam dalam kesemuan
Hati dan akal berontak karena tak sejalan, saling bersahutan mencari pembenaran

Raga bimbang menentukan tujuan
Nurani menuntun agar teguh pada iman, tetapi pikiran meronta mencari dunia

Sendiri dalam kebingungan
Hilang panduan tak jelas arah, tersesat tak tahu ke mana kaki harus melangkah

Perlahan meniti setapak yang dulu pernah dilewati, mencari jejak penenang hati
Kembali menuju jalan hijrah yang pernah dilalui


02.01.2019 - 19:48
Agita Maulani


***