Translate

Selasa, 23 Mei 2017

Kewajiban Yang Terlupa


Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda :

Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga. (HR. Muslim).

*

Manusia adalah makhluk sosial yang saling berinteraksi satu sama lain dan saling membutuhkan. Di balik cerita hidup kita selalu ada peran orang lain. Tak ada manusia yang betul-betul dapat menjalani kehidupannya sendirian.

Pembantu, pengasuh, dan supir adalah beberapa contoh orang yang ada pada kehidupan kita sehari-hari. Peran mereka sangat penting, lihat saja status para ibu di media sosial jika sang pembantu pamit mudik. Kekhawatiran si mbak tidak kembali bekerja begitu besar.

Kisah tentang para asisten rumah tangga (ART) seperti tak ada habisnya, cerita tentang mereka lalu lalang menjadi bahan perbincangan hangat para ibu. Mulai dari pembantu idaman yang kerjanya rapi sampai yang menguji hati karena tidak becus bekerja, tetapi bagaimana pun mereka, kita tetap mencarinya, kita membutuhkannya.

Demi mempertahankan ART yang sudah memiliki etos kerja baik, majikan rela merogoh kocek dalam-dalam untuk membayar gaji mereka, agar tak pindah kerja kerumah lain. Selain gaji, para ART juga mendapat hal-hal lain yang menjadi haknya seperti THR dan libur hari besar keagamaan. Untuk menunjang komunikasi, ada juga yang diberi telepon genggam sendiri dan uang pulsa.

Dengan memenuhi hak-haknya tersebut, bukan berarti kita telah memenuhi kewajiban sebagai pemberi kerja. Ada hak yang kita sering lupa untuk memberikannya. Hak ini adalah hak yang dimiliki oleh semua manusia, yaitu hak untuk menuntut ilmu, hak untuk mengembangkan diri.

Mungkin sebagian orang berpikir untuk apa ART menuntut ilmu, kan sudah memilih bekerja daripada melanjutkan sekolah?

Seperti kita ketahui bahwa latar belakang pendidikan para pekerja rumah tangga tidaklah tinggi. Penyebabnya adalah masalah ekonomi. Mereka tidak memiliki biaya untuk melanjutkan sekolah sehingga memilih untuk bekerja. Banyak dari mereka yang telah bekerja sejak usia belia.

Sebagai pemberi kerja, selain memberikan upah, kita harus bisa memberikan manfaat lain pada ART. Salah satunya yaitu memberikan jalan untuk menambah pengetahuan atau keahliannya. Jika mempunyai ilmu yang dapat dibagi, tidak ada salahnya ilmu tersebut dibagi pada ART. Misal jika bisa membuat kue, maka kita bisa mengajarkannya, berbagi resep dan trik bagamana membuat kue. Jangan pelit berbagi ilmu, karena salah satu amal jariyah yang akan dibawa sampai mati adalah memberikan ilmu yang bermanfaat. Jika suatu saat ART bisa membuat kue dan menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian, jangan sakit hati. Allah mencatatkan kebaikan yang kita beri padanya, indah bukan?

Selain ilmu duniawi penting juga untuk berbagi ilmu akhirat. Setiap orang akan menemui akhir masa hidupnya. Nyaman di alam kubur kemudian masuk surga adalah impian setiap orang, maka menuntut ilmu agama adalah wajib agar kita selalu berada dijalan-Nya.

Dulu agama dipejalari hanya di institusi formal seperti sekolah dan kampus. Selesai sekolah maka selesai pula pembelajaran tentang agama. Berkutat dengan kesibukan duniawi membuat manusia sering lalai untuk akhiratnya. Padahal masa depan bukanlah masa tua atau masa pensiun, kehidupan abadi diakhiratlah masa depan yang sesungguhnya, maka seharusnya persiapan akan akhirat terus dilakukan.  

Islam bukan hanya shalat dan puasa, tetapi masih ada hal-hal lainnya. Masih banyak tentang ajaran-ajaran islam yang harus dipelajari. Saat ini mempelajari ilmu agama tidaklah sulit. Banyak kajian yang diselenggarakan oleh masjid-masjid. Animo masyarakat pun cukup tinggi, terlihat dari jumlah jamaah yang mengikuti kajian semakin bertambah. Ditambah peran media sosial, sehingga kesadaran manusia akan agama semakin membaik.

Dari kajian-kajian yang ada sepertinya sedikit sekali ART yang menghadirinya, bahkan mungkin tidak ada. Jika pun ada biasanya ikut bersama majikan untuk membantu menjaga anak, bukan untuk mengikuti kajian dalam rangka memperdalam agama. Sehari-hari ART lebih banyak di rumah menyelesaikan tugas-tugasnya. Padahal ART juga wajib mempelajari agama. Fitrah manusia untuk selalu mendekatkan diri pada sang pencipta. Tak ada salahnya sesekali melepas ART dari pekerjaannya untuk menghadiri kajian agama.

Kok ribet sih? Kan cuma pembantu, kan cuma supir ....
Ini bukan tentang siapa mereka, apa pekerjaannya. Ini tentang hak setiap orang, juga kewajiban yang akan kita pertanggungjawabkan dihadapan-Nya.

Sebagai pemberi kerja, kita adalah pemimpin bagi para pekerja. Pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Bukan hanya pertanggungjawaban terhadap  keluarga saja, tetapi juga orang lain, salah satunya adalah ART. Apakah kita sudah memberikan haknya dengan baik dan benar, termasuk hak menjalankan ibadah? Jangan sampai di hari penghisaban kita dianggap lalai membimbing pekerja.

Sibuknya pekerjaan rumah tangga membuat ART sedikit waktu beribadah atau menjalankan ibadahnya tidak maksimal karena kelelahan. Walaupun ibadah adalah tanggung jawab masing-masing orang, namun sebagai majikan kita wajib mengingatkannya. Tak ada salahnya sesekali mengajak ART shalat berjamaah atau mengaji bersama, karena manusia adalah makhluk sosial yang saling berperan satu sama lain, maka kita pun memiliki peran dari setiap yang dilakukan oleh ART. Tinggal kita memilih, andil apa yang kita beri, yang baikkah atau yang tidak baik?

***

Note:
Bagi yang berdomisili di Bogor, terutama sekitar perumahan Taman Yasmin, Cimanggu, Jl. K.H Sholeh Iskandar, Jl. Semeru, Jl. Cilendek dan sekitarnya, Masjid Darusallam Taman Yasmin mengadakan pengajian (Iqro dan Tausyiah) khusus khadimat (ART) 2 minggu sekali, hari sabtu, pukul 10.00 - 11.30. Info lebih lanjut silahkan tinggalkan pesan di kolom komentar atau SMS/WA 08128925587.
 


Rabu, 10 Mei 2017

Cinta Tak Pernah Berakhir


Setiap awal akan bertemu dengan akhir, itu sudah hukum alam. Bagai siang berganti malam, sedih ditemani kebahagiaan. Tak ada yang betul-betul abadi.

Namun cinta tak begitu. Tak pernah ada akhir dari cerita cinta. Kisahnya akan terus ada.
Cinta yang berakhir dipelaminan bukan berarti cinta sejati telah menemui akhir kisahnya.

Pernikahan adalah awal dari pembuktian cinta. Perjuangan mengarungi bahtera kehidupan bersama-sama. Ombak tak selalu tenang, terkadang datang riak-riak kecil, tak sekali gelombang tinggi datang menerjang. Seberapa kuat engkau akan bertahan menjaga bahtera tetap ada, atas nama cinta.

Pun kisah cinta yang berakhir di tengah jalan, hanya menjadi kenangan, bukan berarti cinta telah berakhir. Akhir cerita yang menjadi awal cerita lainnya, masih tentang cinta, maka cinta akan terus menjalani kisah-kisahnya.

Ada pertemuan maka ada perpisahan, mereka berkawan erat, begitu katanya. Namun tidak dengan cinta. Cinta tak mengenal perpisahan , jika pun ada kisah cinta yang terpisah namun sebetulnya tak sungguh-sungguh berpisah.

Cinta yang datang tetapi hanya sekedar mampir, bukan berarti kisahnya telah mencapai titik akhir. Cinta berpisah hanya sebatas raga namun tak berpisah di dalam jiwa. Ada kisah yang mengalun pada pikiran bernama kenangan. Mesikpun cinta telah menjalani kisah lainnya, namun kenangan tak akan terhapus oleh masa. Ia akan tetap ada sesekali bicara sebagai nasehat agar tak ada lagi cinta yang sekedar mampir.
 

Cinta sejati, cinta sampai mati. Cinta yang akan selalu ada di dalam hati. Meski tak lagi menjalani kisah bersama, namun kematian bukanlah sebuah perpisahan. Cinta akan terus ada melalui lantunan doa dari dia yang mencinta, hingga cinta kembali dipertemukan ditaman surga-Nya.



#30DaysWritingChallenge
#30DWC
#30DWCJilid5
#Day30

 

Selasa, 09 Mei 2017

Mencari Jejakmu


Aku baik.
Kamu baik.
Semoga kebaikan membawa kita pada cerita yang lebih baik.
Apakah kita akan kembali bersama atau menjalani cerita baru.

Tak ada yang salah dengan cerita kita.
Tak ada yang perlu disesali karena kita dipertemukan untuk alasan yang baik.

Kita sama-sama melangkah namun berbeda arah.
Perlahan langkah menciptakan jarak.

Raga tak lagi bersua namun ingin untuk dapat kembali berjumpa.
Diam-diam hati masih ada rasa.

Aku tak tahu kemana tujuan langkahmu  namun hati tahu kemana harus pergi mencari.
Aku telusuri jejak-jejak yang engkau tinggal pergi.
Berharap menemukan kau kembali.

Masa memperjalankan kita menuju persimpangan yang sama.
senyum berbalas sapa, berbagi cerita dan cita, tampaknya kamu pun masih ada rasa.

Kepingan-kepingan yang sempat terpisah perlahan terekat satu per satu.
Gambarnya semakin jelas tentang aku dan kamu.
 
(to be continued)

#30DaysWritingChallenge
#30DWC
#30DWCJilid5
#Day28

Senin, 08 Mei 2017

Untukmu Penguasa


Sosokmu ramah membumi
Tutur katamu mengundang simpati
Sikapmu terlihat rendah hati
Kau yakinkan kami untuk berjuang bersamamu di atas kapal bernama demokrasi

Akhirnya, kami menemukan sang penyejuk hati
Setelah sekian lama para aktor politik membohongi
Sungguh cerita ini harus segera diselesaikan, rakyat sudah haus akan kesejahteraan

Dulu ....
Iya itu dulu, kala kau merendah di hadapan kami, seakan engkau bagian dari kami
Kisah lalu tentang demokrasi yang ternyata sekedar basa-basi 

Cerita lama, tak ada beda antara kau dan yang lain, sejenak menarik perhatian para simpatisan, kemudian kau tinggalkan

Lagu lama, memang seharusnya sudah dapat diduga bahwa langkahmu hanyalah setitik air di gurun pasir, tak mampu menghilangkan dahaga rakyat yang getir

Kini kau tampak asing, tak seperti yang kami kenal dulu
Apa karena kini kau duduk di singgasana mewah bernama kekuasaan sehingga tak mau lagi dekat dengan kami si rakyat jelata?

Suaramu terdengar lantang, langkahmu mantap berjuang, tapi entah untuk siapa, yang pasti bukan untuk kami
Kami mencari keadilan kau tak ada, bersembunyi di balik pintu megah istana

Kau lupa akan asal usulmu
Dulu kau bagian dari kami, bersama kami
Kau yang meminta kami merestui tulusnya perjuanganmu yang ternyata palsu
Kau rusak kepercayaaan dengan pengkhianatan

Duhai penguasa,
Sepenting itukah kuasa bagimu?
Sampai kau lukai rakyat demi sebuah tahta
Padahal kuasamu ada karena kuasa-Nya
Bahwa kuasamu adalah amanat dari-Nya, untuk kami si rakyat jelata
Tidakkah kau takut akan pertanggungjawaban ulahmu pada Sang Maha Kuasa?

#30DayWritingChallenge
#30DWC
#30DWCJilid5
#Day28