Translate

Minggu, 28 April 2013

Politik Indonesia

1. Politik Kekeluargaan

Ini terlihat dari semakin banyak anggota keluarga yang bergabung disatu partai politik yang sama.

Partai yang sejak dulu terkenal dengan satu nama keluarga yaitu PDIP. Partai ini sepertinya tidak bisa lepas dari sosok Bung Karno dan keluarganya. Bahkan Capres beberapa periode terakhir masih dengan calon yang sama yaitu ibu Megawati Soekarno Putri. Padahal menurut saya sudah waktunya partai tersebut menonjolkan orang baru. Saya yakin banyak kader PDIP yang bagus untuk dijadikan Capres. Masyarakat sudah bosan dengan muka lama. 

Di Partai Demokrat, beberapa keluarga dan kerabat dekat Presiden SBY terdaftar sebagai calon legislatif untuk PEMILU 2014. Bahkan putra bungsu orang nomor satu di Indonesia ini pun kembali masuk daftar calon legislatif setelah kemarin sempat mengundurkan diri dari kursinya di DPR.

Beberapa anggota keluarga dan kerabat H. Rhoma Irama juga masuk kedalam daftar calon legislatif dari PKB. Walaupun sang raja dangdut tidak ikut nyaleg pada periode ini.

Saya pernah membaca di koran Kompas (lupa edisi kapannya), beberapa posisi strategis di propinsi Banten diduduki oleh kerabat sang Gubernur, Ibu Ratu Atut Chosiyah. Kok jadi seperti bagi-bagi jabatan?

*

Beberapa definisi politik yang saya copy dari Wikipedia yaitu :

  • politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles)
  • politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara
  • politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat
  • politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.


Berdasarkan definisi diatas, walaupun untuk mewujudkan kebaikan bersama, menurut saya rasanya tidak etis kalau banyak anggota keluarga bergabung disatu partai. Akan lebih banyak ketidakbaikan jika penyelenggaraan pemerintah dan negara dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kekerabatan. Kalau pun memang baik, tentu tidak selamanya suara yang datang baik. Akan menimbulkan kecurigaan dimasyarakat akan praktek kolusi dan korupsi.

Apa lagi kalau dilihat dari definisi  "Untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan dimasyarakat", sangat tidak cocok jika hal tersebut dilakukan oleh satu keluarga. Jadi seperti membangun sebuah dinasti.

Dan karena politik sebagai proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik, memang sebaiknya tidak tidak ada unsur kekerabatan dalam perumusan dan pelaksanaannya, karena peluang kolusi dan korupsi menjadi sangat besar. Kebijakan dibuat bukan untuk kelompok tertentu apa lagi untuk keluarga dan kerabat.

2. Politik Pencitraan

Saya tidak mengerti apa yang ada dipikiran para politikus saat berkampanye. Yang mereka lakukan sudah amat sangat basi. Pencitraan melalui baliho, dengan kalimat bijak, disertai pemasangan foto yang kurang profesional, pemasangan bendera partai dimana-mana, iklan dimedia televisi yang pasti menghabiskan dana jutaan rupiah. Daripada uang terbuang percuma untuk hal-hal tersebut, kenapa tidak digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat. Seperti membuka rumah belajar yang dapat dipergunakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Atau membuat cek kesehatan dan pengobatan gratis. Pokoknya yang betul-betul berguna bagi masyarakat.

Memang hal tersebut dilakukan. Tapi hanya saat kampanye menjelang PEMILU atau PILKADA. Setelah itu kegiatan-kegiatan tersebut menguap begitu saja.

Ada beberapa politikus yang terus melakukan kegiatan-kegiatan terkait kampanye politik mereka, seperti Bapak Abu Rizal Bakrie dan Bapak Prabowo Subianto. Terlepas dari baik buruknya rekam jejak mereka, setidaknya mereka terlihat berusaha menarik hati masyarakat, walaupun belum tentu juga masyarakat tertarik untuk menjadikan mereka pemimpin Indonesia berikutnya.

Dapat dimengerti kenapa banyak politikus terutama orang-orang baru tidak dapat melakukan kegiatan langsung dimasyarakat. Karena hal tersebut membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dan harus merogoh dari kantong sendiri. Entah berapa rupiah dana yang dihabiskan oleh petinggi partai Golkar dan Gerindra tersebut  untuk safari politiknya sepanjang tahun. Bahkan safari politik Bapak Abu Rizal Bakrie tidak hanya dilakukan didalam negeri, tetapi juga diluar negeri. Hmmm.. Orang-orang yang baru terjun kedunia politik apa lagi kondisi finansialnya termasuk kategori standar, mana kuat kalau harus seperti ini.

Sekedar pencitraan atau memang betul-betul tulus dalam melakukan kegiatan dimasyarakat, tidak menjadi jaminan hal tersebut dapat mengambil suara hati rakyat. Dengan informasi yang serba terbuka dan mudah diakses, masyarakat dapat melihat siapa yang memang betul bekerja untuk rakyat, mana yang hanya sekedar bekerja untuk pencitraan. Hal ini tergambar dari banyaknya masyarakat yang tidak terlalu antusias dengan PEMILU 2014.

3. Politik Balik Modal

Untuk duduk manis sebagai anggota legislatif di gedung DPR, dibutuhkan dana kampanye yang tidak sedikit. Angkanya bisa mencapai miliaran rupiah. Bahkan sudah  berhasil duduk manis pun masih harus mengeluarkan sejumlah dana sebagai iuran rutin setiap bulan yang disetorkan ke partai dan fraksi.

Bapak Hidayat Nur Wahid menjelaskan bahwa anggota legislatif dari PKS diwajibkan membayar iuran sebesar 20 juta rupiah untuk partai dan 2 juta rupiah untuk iuran fraksi. Dana ini digunakan untuk kegiatan-kegiatan partai, sehingga partai tidak perlu mencari sumber dana lain yang dapat menimbulkan kecurigaan.

Jadi tidak aneh jika ada anggota legislatif mencari sumber tambahan lain karena gajinya dipotong untuk iuran partai dan untuk menutup modal biaya kampanye, baik itu dengan cara halal ataupun tidak halal (korupsi).

4. Politik Popularitas

Sejak dulu memang sudah ada artis yang terjun kedunia politik. Seperti Alm. Sophan Sophian, Nurul Arifin, dan komedian Miing. Bergabungnya mereka ke suatu partai bukan untuk mencari popularitas atau mendongkrak perolehan suara partai. Karena pada saat itu belum ada pemilihan langsung seperti sekarang. Jadi kehadiran mereka memang karena memiliki kesepahaman dengan partai tersebut.

Sekarang, demi mendongkrak perolehan suara, para artis direkrut sebagai anggota partai. Walaupun baru bergabung, artis-artis tersebut dapat langsung menjadi calon legislatif bahkan ikut bertarung dalam PEMILUKADA. Bagaimana bisa orang yang baru terjun kedunia politik, baru bergabung disuatu partai, bisa dan paham akan dunia politik dan dinamikanya? Haruskah kita percaya dengan orang-orang yang hanya mengandalkan popularitas tanpa kita tahu kapabilitasnya?

Walaupun partai-partai menyatakan bahwa mereka melakukan seleksi kepada artis yang menjadi calon legislatifnya, saya tetap tidak yakin dengan orang-orang baru ini. Mestinya partai melakukan kaderisasi, bukan hanya sekedar rekrut karena populer. Artis yang mau bergabung dipartai pun seharusnya rela meniti karir dari bawah, tidak langsung begitu saja menjadi calon legislatif. Diperlukan pemahaman akan dunia politik terutama pemahaman ideologi dari partai tempatnya bernaung. Apakah cocok dan sesuai dengan hati nuraninya?

Menjadi wakil rakyat bukan pekerjaan mudah, bukan tempat untuk menaikkan popularitas diri, apa lagi sebagai tempat mencari nafkah baru karena sudah tidak laku didunia entertainment. Tetapi menjadi wakil rakyat diperlukan dedikasi dan ketulusan hati dalam menjalankan tugas-tugasnya. Juga hati nurani bahwa yang dilakukannya untuk kebaikan seluruh masyarakat Indonesia, bukan untuk partai atau keluarganya.

5. Politik Sakit Hati.

Sudah biasa dalam dunia politik yang awalnya teman berubah menjadi lawan, atau tadinya lawan menjadi kawan.

Kita melihat bagaimana seorang Yudi Chrisnandi berpindah dari partai Golkar ke partai Hanura. Bapak Hari Tanoesoedibyo dari Partai NasDem juga pindah ke partai Hanura. Bahkan H. Rhoma Irama, beberapa kali pindah-pindah partai. Alasannya sih karena sudah tidak sehati lagi, atau memang telah disakiti hatinya? Entah...

Politik sakit hati juga terlihat dari sering terjadinya kericuhan antar pendukung partai dalam PEMILUKADA. Para petinggi partai pun sering menunjukkan ketidaklegaan jika partainya kalah. Bahkan dinamika intern partai pun sudah menjadi konsumsi publik. Bagaimana rakyat bisa percaya kepada suatu partai untuk menyampaikan aspirasinya, jika intern partai sendiri gontok-gontokan?

6. Politik Dagelan

Ini yang paling parah. Seorang yang baru bergabung disuatu partai, dan dengan pe-de langsung menjadi calon legislatif, ditanya dia mewakili daerah mana, dia menjawab "Duh, saya lupa daerah mana, kalau tidak salah Jateng II"

Bagaimana bisa orang seperti ini direkrut? Atas dasar apa perekrutan dan pencalonannya?

Bagaimana bisa orang ini memberikan kontribusi bagi daerah yang diwakilinya? Wong dia saja tidak tahu asal usulnya. Jangan-jangan dia juga tidak tahu seluk beluk wilayah yang diwakilinya, karena setahu saya orang ini lebih sering wara-wiri di Ibukota.


Senin, 22 April 2013

Pilih Mana? (Bagian 2)

GOOD BOY atau BAD BOY?

Semua perempuan pasti lebih memilih good boy dibandingkan bad boy. Tapi apa iya good boy pasti lebih baik dari bad boy?

Good boy, dengan segala unsur positif yang ada pada dirinya tentu membuat kita nyaman dan merasa aman dalam menjalani hubungan. Tidak perlu khawatir bahwa dia akan lirik kiri kanan, flirting atas bawah dibelakang kita. Terutama untuk yang menjalani LDR* sepertinya good boy merupakan pilihan yang pas.

Tetapi Tuhan menciptakan manusia tidak sempurna, tentu si good boy memiliki kekurangan. Nah, apakah kita siap menerima kekurangan good boy?

Ketika kita dihadapkan pada sikap-sikapnya yang manis, baik, tutur kata yang menyejukkan, tiba-tiba kita mengetahui si good boy memiliki kekurangan. Misal, ternyata good boy hanya baik dalam bersikap, tetapi buruk dalam hal kerapihan dan kebersihan, sementara kita adalah orang yang berprinsip kebersihan sebagian daripada iman.

Atau good boy memang betul-betul baik, baik kepada semua orang. Karena terlalu baik, dia sering dimanfaatkan oleh teman-teman dan keluarganya, tanpa bisa memilih mana yang lebih penting. Tentu ini akan mengganggu, terutama ketika hubungan menginjak pada jenjang pernikahan. Dimana prioritas utama tentu keluarga sendiri, bukan keluarga kakak, adik, sepupu, apa lagi keluarga teman.

Tentu menyenangkan memiliki pasangan dari kategori good boy, tetapi apakah kita bisa menerima ketika rasa sayangnya kepada kita menjadi berlebihan, cenderung posesif? Bahkan mungkin cemburu kepada saudara laki-laki kita.

Lalu apakah kita akan menerima ternyata si good boy memiliki masa lalu kurang baik, misalnya pernah menggunakan obat-obatan terlarang, hingga menjalani rehabilitasi, kemudian insyaf dan berubah menjadi sosok good boy?

*

Bad boy identik dengan pria yang banyak pacar, baik pacar resmi maupun tidak resmi (baca: HTS*). Atau memang hanya punya pacar satu, tetapi mantannya segambreng, alias doyan ganti-ganti pacar.

Banyak perempuan menghindari berhubungan dengan bad boy, alasannya takut makan hati. Apa iya pacaran dengan bad boy makan hati?

Kalau sejak awal menginginkan hubungan yang serius ya pasti makan hati. Karena pada tahap awal hubungan, biasanya memang sekedar have fun. Tetapi bukan berarti bad boy tidak bisa serius, kalau sudah merasa klik dengan pasangannya, bad boy pun bisa serius dan menjaga komitmen.

Ada seorang teman wanita, dia termasuk kategori good girl. Hidupnya baik dan lurus-lurus saja. Tetapi cukup mengejutkan karena dia memilih bad boy sebagai pasangan hidupnya. Lucunya teman saya tersebut tidak mengetahui reputasi sang suami. Padahal kami teman-temannya cukup tahu bagaimana reputasi  suaminya dulu. Lalu apakah suami teman saya yang menyandang predikat bad boy tersebut hanya main-main saja? Tidak, justru karena merasa klik dengan teman saya yang good girl, akhirnya dia memutuskan untuk serius dan kini telah memiliki anak yang lucu-lucu.

Perilaku bad boy juga tidak selalu buruk, justru bad boy termasuk kategori pria yang bisa menyenangkan hati wanita. Makanya bad boy dengan mudah mendapatkan pacar baru walaupun baru putus satu minggu dari pacarnya.

Berhubungan dengan bad boy jangan terlalu dimasukan ke hati. Kalau awal hubungan dia bersikap santai, cenderung have fun tanpa pernah membahas hal-hal serius, kita pun harus bersikap santai, jangan berharap terlalu tinggi dari hubungan tersebut, apa lagi mengajak dia untuk segera menikah, yang ada dia bakal kabur cari pacar baru.

Kita pun harus siap jika tiba-tiba si bad boy ingin mengakhiri hubungan. Bad boy yang masih agak baik akan memberikan kejelasan status hubungan, apakah putus atau lanjut. Walaupun terkadang alasan memutuskan hubungan juga tidak jelas. Sedangkan bad boy yang betul-betul bad boy, biasanya perlahan menjaga jarak, mundur teratur, lalu menghilang. Tahu-tahu profile picture di facebook, twitter, path, dll sudah dengan wanita lain, mesra pula. Atau lebih parah kita di block bahkan di delete dari segala akun social media dan chat application miliknya.

Lalu bagaimana jika si bad boy tiba-tiba serius dengan hubungannya dengan kita?
Nah, kalau seperti ini tandanya dia memang sudah siap dengan komitmen. Dalam tahap ini baru kita bisa bicara hal-hal serius mengenai komitmen berdua. Kedepan akan seperti apa, apa yang kita harapkan dari dia, begitu juga kita harus mendengarkan apa harapannya dari kita sebagai pasangan.

*

Lalu mana yang enak untuk dijadikan pasangan?
Setelah mencoba kedua-duanya (loh?) ternyata tidak ada salahnya berhubungan dengan bad boy. Karena dia tipikal pria yang bisa menyenangkan hati wanita. Hubungan pun berjalan santai tanpa beban. Dan jelas dia bad boy, tidak menutupi hobinya beramah tamah dengan wanita lain, walaupun mengesalkan juga sih, tapi kan kita bisa beramah tamah juga dengan teman-temannya, jaga-jaga kalau tiba-tiba dia memutuskan hubungan, heheheee...

Bukannya tidak suka berhubungan dengan good boy. Untuk yang menginginkan hubungan serius sampai kejenjang pernikahan tentu pilihan utama ya good boy. Namun bagi saya kadang keseriusan si good boy malah menjadi cerita drama ga jelas. Manusia tidak lepas dari segala kekurangan. Dengan good boy segala kekurangan yang ada didirinya ataupun didiri kita, masalah-masalah seputar hubungan berdua, biasanya menjadi pembahasan yang panjang. Padahal belum tentu juga kita berjodoh dengan dia.

Dengan bad boy karena lebih santai, biasanya dia tidak terlalu pusing dengan kekurangan diri kita, ada masalah pun biasanya tidak menjadi pembahasan panjang. Paling-paling bad boy meninggalkan kita, cari pacar baru. Kata para bad boy "Buat apa memperpanjang masalah, kaya ga ada cewek lain aja".


PRIA YANG LEBIH TUA, SEUMURAN, atau PRIA LEBIH MUDA?

Nah, kalau untuk yang ini tidak ada patokan mana yang lebih baik. Karena kenyataannya usia seseorang tidak menjadi jaminan bahwa dia lebih baik, lebih dewasa, dan lebih segala-segalanya.

Saya pernah mengenal pria yang lebih tua tetapi pemikirannya belum dewasa, cape rasanya karena seperti ngemong anak kecil. Malah ada teman pria yang usianya lebih muda tetapi cara berpikirnya cukup dewasa. Dengan yang seumuran masalahnya standar, hanya masalah ego masing-masing saja yang tidak bisa diredam.

Kalau menginginkan hubungan yang serius tapi masih bisa have fun, jangan memilih pria yang usianya terpaut amat sangat jauh, misalnya sampai 20-30 tahun atau seusia ayah kita. Sudah beda jaman, bisa-bisa ngobrol pun ngga nyambung. Kecuali motif hubungannya beda (jadi istri muda) itu sih lain cerita yaaa...

Jangan juga memilih yang terlalu muda kalau beniat memiliki keturunan yang banyak. Ingat, perempuan ada batas masa subur. Tak hanya itu, begitu kita menjadi tidak menarik lagi dimatanya, siap-siap ada orang ketiga masuk.

Jadi menurut saya, umur menjadi nomer kesekian dalam hal memilih pasangan, yang terpenting bagaimana dia bersikap dan berpikir. Terutama jika memang ingin serius mengarah ke pernikahan. Karena dalam pernikahan masalah semakin kompleks. Bukan sekedar berdua, tetapi beramai-ramai. Mulai dari masalah anak, pekerjaan, keuangan, pembagian tugas rumah tangga, dll. Belum lagi jika terjadi hal-hal diluar dugaan, misal anak sakit, dan kita berdua bekerja, kita harus bisa memutuskan siapa yang bisa lebih meninggalkan pekerjaan. Istrikah atau suamikah? 

Wajarnya sih sang ibu yang menemani anak sakit, tetapi kalau kenyataannya bahwa sang istri tidak bisa meninggalkan pekerjaan dan suami sedang tidak terlalu banyak pekerjaan dikantor, tidak ada salahnya kan suami yang mengurus anak dirumah, namanya juga emergency, tidak terduga.


PRIA KAYA atau PRIA MAPAN?

Ada yang mengatakan "Pilihlah pasangan dari strata sosial ekonomi yang tidak jauh beda", agar tidak ada ketimpangan dalam hal pemikiran dan gaya hidup. Juga memudahkan dalam beradaptasi satu sama lain. Tidak hanya adaptasi antar personal, tetapi adaptasi lingkungan sosial masing-masing.

Namun apapun starta sosial kita, pilihan tentu jatuh pada pria mapan. Bukan hanya mapan secara financial, karier atau materi, tetapi juga mapan pemikirannya. Karena pria kaya belum tentu mapan. Bisa saja dia kaya karena orang tuanya, orang tuanya yang membangun bisnis dia tinggal menikmati. Nah, apakah dia cukup mapan untuk menjaga dan mengembangkan bisnis yang orang tuanya bangun?

Tapi buat yang masih santai ga dikejar pertanyaan "Kapan Nikah?" sah-sah saja pilih pria kaya. Sambil menjalani hubungan yang fun, sambil mengenal karakternya juga, siapa tahu ternyata dia pria kaya dan juga mapan.


PRIA POSESIF atau PRIA YANG MEMBERIKAN KEBEBASAN?

Saya sangat mencintai kebebasan, makanya sejak dulu saya mencari pria yang bisa memberikan saya banyak ruang gerak. Karena menurut saya itu adalah hak hidup yang diberikan Tuhan untuk kita nikmati. Untuk apa punya pasangan tetapi kita malah tidak berkembang atau malah menjadi jauh dengan teman dan kerabat.

Ternyata tidak selamanya kebebasan itu indah. Saya memiliki pengalaman buruk dengan pria yang memberikan saya cukup banyak kebebasan. Alih-alih memberikan kebebasan ternyata dia memang tipe pria yang super cuek. Rasanya saya hanya sekedar pajangan dan status saja, saya pun memilih mundur.

Tapi dengan pria posesif ternyata lebih parah. Saya harus memberikan laporan terbaru setiap saya pergi, padahal ibu saya saja tidak seperti itu. Kalau saya lupa memberi kabar dia bisa marah. Akhirnya saya lebih sering mematikan handphone. Belum lagi kecurigaannya terhadap teman-teman saya yang memang mayoritas berjenis kelamin pria. Tidak tahan dengan sikapnya, saya pun lebih memilih mengakhiri hubungan.

Dari studi banding dua karakter tersebut (tsssaaah..gaya bener yaa..) ternyata pria posesif sedikit lebih baik (sedikit aja yaaa...).
Karena keposesifan mereka menandakan memang mereka memiliki perhatian dan rasa sayang kepada kita. Asal sikap posesifnya tidak berlebihan hingga mengarah kepada posesif, obsesif, kompulsif. Seperti difilm-film thriller, dimana temen-temen pria si wanita dibunuh satu-satu, yang akhirnya si wanita tercinta pun dibunuhnya.


PRIA CUEK atau PRIA TIDAK CUEK?

Cuek atau tidak cuek disini maksudnya dalam hal penampilan, kerapihan, dan kebersihan.

Pasti semua memilih pria yang tidak cuek. Iyalah, siapa juga yang mau jalan dengan pria yang tidak bisa membedakan mana pakaian untuk acara resmi dan mana pakaian untuk dirumah. Atau mungkin pasangan anda termasuk kategori waterproof alias susah mandi? Sesekali malas mandi pagi bolehlah yaa.. asal jangan ketika mengajak anda kencan malam hari, mandinya hanya sekali, pagi saja.

Pria tidak cuek ada batasnya. Terlalu perhatian dengan penampilan bisa mengganggu hubungan juga. Apa lagi jika dia menjadi komentator dari setiap penampilan kita. Senang sih ada yang memberikan perhatian dan masukan positif dalam hal penampilan. Tapi kalau setiap penampilan kita dikomentari, mulai dari matching atau tidak antara warna baju dan warna lipstik, sampai kalau mau membeli baju baru harus selalu dengan dia karena khawatir anda salah pilih model atau warna, ganggu juga kan. Jadi sebetulnya dia pasangan kita atau penata gaya pribadi?

Hati-hati juga dengan tipe pria tidak cuek mengarah kepada perfeksionis, obsesif, kompulsif. Seperti kalau mengenakan kaos kaki tingginya harus sama rata, tidak boleh beda se-mili pun (padahal kaos kakinya juga tertutup celana panjangnya). Atau dia terbiasa menaruh barang-barangnya pada tempat semula, benar-benar tempat semula tidak bergeser satu senti pun. Bisa-bisa kita kena omelan dia hanya gara-gara menaruh remote tv yang tidak sejajar dengan remote dvd.

Menurut saya pria tidak cuek yang pas adalah pria yang memperhatikan penampilan, kebersihan dan kerapihan dirinya dengan baik, tidak berlebihan. Bukan pesolek yang heboh menutupi kantong mata dengan concealer akibat begadang setelah menonton pertandingan sepak bola.


PUNYA PASANGAN atau TIDAK PUNYA PASANGAN?

Setelah membahas beberapa tipe pria, apakah sudah memiliki gambaran akan memilih tipe pria seperti apa untuk dijadikan pasangan? Atau malah memilih untuk tidak punya pasangan?

Tuhan menciptakan makhluknya berpasang-pasangan. Namun terkadang kita mendapatkan pasangan yang tidak pas. Manusia tidak ada yang sempurna, seberapa bisa kita menerima ke-tidak-pas-an antara kita dan pasangan?

Selama hal-hal yang tidak pas tersebut masih bisa dalam batas wajar, bukan hal prinsip dan masih bisa dibicarakan, itu lumrah. Tidak ada manusia yang sama atau sesuai dengan keinginan kita. Toh kita pun tidak lepas dari segala kekurangan, maka bersyukur jika memiliki pasangan yang tidak komplain dan cerewet dengan kekurangan-kekurangan kita.

Tapi jika hal yang tidak pas tersebut merupakan hal prinsip, apa lagi tidak ada niat dari pasangan untuk mencoba memperbaiki. Saya sih memilih untuk tidak memiliki pasangan. Buat apa memiliki pasangan tetapi malah pusing dan makan hati.

Saya pernah memilih tidak memiliki pasangan selama 3 tahun. Padahal saat itu berstatus sebagai pramugari, most wanted girl in the world (lebay). Saat itu saya memilih tidak memiliki pasangan karena tidak mau ribet dengan segala komitmen. Daripada mendapat komplain karena tidak punya waktu untuk pasangan, dimana waktu saya saat itu lebih banyak untuk bekerja. Belum lagi kalau memiliki pasangan yang bawaannya curiga dengan hubungan saya dan rekan-rekan kerja, seperti pramugara, pilot dan co-pilot, yang ada malah bikin ribet.

Ketika akhirnya memutuskan untuk memiliki pasangan, saya memilih pria yang menurut saya pas, tidak hanya sebagai teman tetapi partner hidup. Teman berbagi cerita, suka dan duka, juga perjalanan hidup kedepan. Tetapi ternyata Tuhan belum memberikan yang betul-betul pas. Tuhan masih ingin saya membuat suatu cerita kehidupan.  Dengan jalan cerita baru yang entah seperti apa. Kini saya pun kembali memilih untuk tidak memiliki pasangan ;)

Kenapa? Silahkan baca http://www.agitamaulani.com/2013/03/ulasan-hati.html

*

*LDR : Long Distance Relationship
*HTS : Hubungan Tanpa Status


Selasa, 16 April 2013

Pilih Mana? (Bagian 1)

DIET atau TIDAK DIET?

Dengan lantang saya memilih untuk TIDAK DIET. Bukan tidak sayang tubuh atau tidak menjaga kesehatan, tetapi saya memang doyan makan. Kalau ditanya makanan apa yang saya tidak suka, saya pasti bingung menjawabnya.

Tidak diet bukan berarti saya makan seenaknya. Saya tetap menjaga porsi makan dan jenis makanannya. Setelah mencoba memahami tubuh sendiri akhirnya saya mendapat kesimpulan bahwa tubuh saya amat sangat bersahabat dengan karbohidrat. Zat tersebut dengan mudah diserap tubuh saya. Akhirnya saya pun memilih untuk menjaga asupan karbohidrat agar tidak berlebihan.

Apakah yang saya lakukan termasuk diet karbohidrat?
Tidak, karena saya masih doyan mengonsumsi nasi kebuli dan mi ayam. Saya juga masih suka ngemil.

Untuk menyeimbangkan hobi makan, saya teratur mengonsumsi teh Oolong, kadar antikosidan yang tinggi dalam teh tersebut sangat baik untuk menjaga kondisi tubuh. Yang tidak kalah penting yaitu konsumsi sayur dan buah setiap hari.


OLAHRAGA atau TIDAK OLAHRAGA?

Tentu pilihannya adalah OLAHRAGA, walaupun saya malaaaaasssss sekali berolahraga. Bukan cuma malas, tapi juga jenuh dan bosan.

15 Juni 1997, Ujian Geup 6
Sejak kelas 1 SMP hingga kelas 3 SMA saya menekuni olahraga tae kwon do. Dengan tae kwon do pula saya sempat merasakan latihan intensif setiap hari tanpa libur selama kurang lebih 4 bulan. Latihan intensif ini dilakukan 2x sehari, yaitu pagi pukul 06.00 - 08.00 untuk latihan stamina dan dan fisik, pukul 16.00 - 20.00 untuk latihan teknik.

Hasilnya tentu tubuh yang sehat, bebas makan apa saja, tanpa khawatir dengan berat badan. Pada saat itu sekali makan mi instan saya bisa menghabiskan 2 porsi sekaligus looohh.. :D

Konsekuensi dari latihan intensif yaitu rasa lelah yang mengakibatkan saya suka mengantuk didalam kelas, tubuh saya pun sering dihiasi lecet, lebam atau cedera ringan.

Selain tae kwon do, saya pun pernah coba nge-gym. Pertamanya sih semangat, selanjutnya sering absen, akhirnya berhenti total.

Sekarang paling hanya sesekali jalan pagi atau lari pagi saja (sesekali alias jarang-jarang).


IBU RUMAH TANGGA atau BEKERJA?

Dulu saya idealis dengan memilih menjadi ibu rumah tangga saja. Karena menurut saya jaman sekarang sudah berbeda dengan jaman saya dulu. Dulu seorang ibu tidak perlu khawatir meninggalkan anaknya hanya dengan pembantu atau pengasuh dirumah, sementara ia pergi bekerja, mencari tambahan untuk membantu ekonomi keluarga. Sekarang perubahan jaman membuat para ibu harus ekstra menjaga anak-anaknya. Kurang pengawasan salah-salah anak terjebak dalam pergaulan yang tidak baik atau malah jadi korban pengasuhnya sendiri.

Seiring waktu berjalan idealisme saya berubah. Saya memilih menjadi IBU BEKERJA. Alasannya bukan karena faktor ekonomi saja, tetapi lebih kepada kemandirian seorang perempuan, dimana hal tersebut sangat penting. Kita tidak pernah tahu jalan hidup kedepan akan seperti apa. Jika seorang perempuan bisa mandiri, apapun rintangan didepan pasti dapat dihadapinya.

Bekerja tidak hanya asal bekerja, tidak sekedar mencari kegiatan positif namun menghasilkan. Tetapi juga harus memperhitungkan pendapatan versus pengeluarannya. Jangan sampai gaji kita hanya habis untuk biaya transport dan makan siang dikantor.

Lalu pertimbangkan juga seberapa bisa kita menerima tingkat stres dari pekerjaan tersebut. Jangan sampai beban pekerjaan dikantor terbawa kerumah, pasangan dan anak terkena imbasnya.


MENGIKUTI TREND atau TIDAK MENGIKUTI TREND?

Saya memilih MENGIKUTI TREND, tetapi yang sesuai dengan pribadi saya. Saya cendrung tomboy dan santai, jadi saya akan memilih flat shoes atau wedges daripada memakai sepatu dengan hak setinggi 13cm untuk sekedar jalan-jalan di mall.

*Thumbs up buat para wanita yang rela meninggalkan kenyamanan demi sebuah gaya.



BRANDED, TIDAK BRANDED, atau BARANG PALSU (KW)?

Dalam mengikuti trend tentu produk branded menjadi pilihan utama. Begitu juga saya, tetapi saya memilih produk branded yang sesuai dengan kemampuan kantong.

Jangan maksa! Kalau tidak mampu beli tas Hermes ya ga usah juga beli yang palsunya. Biar pun kata pedagang tas palsu tersebut berkualitas super duper tetap saja itu bukan produk original.



Walaupun suka dengan produk branded, saya tetap merasa aneh kalau memakai T-shirt dengan tulisan/sablon/aplikasi mute/glitter segede gaban dibagian depan (walaupun t-shirt tersebut juga dipakai oleh Sarah Jessica Parker).

Saya suka dengan produk branded bukan karena gaya-gayaan atau karena gengsi, tetapi lebih karena produk-produk tersebut memiliki kualitas baik. Membeli produk dengan kualitas yang baik termasuk penghematan karena produk tersebut bisa dipakai lama. Karena bisa dipakai lama, maka pilihlah model yang timeless. Kalau kira-kira modelnya hanya akan bertahan beberapa bulan saja lebih baik tidak usah dibeli, daripada nantinya hanya memenuhi lemari saja.

Suka dengan produk branded bukan berarti saya anti dengan produk tidak branded. Banyak kok produk-produk tidak branded yang saya gunakan. Karena menurut saya yang paling penting adalah kualitas dari barang tersebut dan kenyamanan saat menggunakannya.

Menggunakan produk branded bukan juga tidak cinta produk Indonesia. Justru sekarang banyak produk branded buatan (dibuat) Indonesia, dengan kualitas yang sangat baik tentunya, misal merk Gobelini dan Roteli. Bahkan pakaian dalam merk terkenal Victoria's Secret pun diproduksi di Indonesia. Padahal pakaian dalam merk tersebut tidak dijual di Indonesia. Store  yang baru dibuka disalah satu mall di Jakarta saja hanya menjual body care, body mist, parfum dan aksesori seperti tas dan sunglasses. Rasanya ngoook banget beli produk tersebut dinegeri nun jauh disana, eh dilabel tertulis dengan jelasnya MADE IN INDONESIA.

*Mestinya kan kalau diproduksi di Indonesia dijual di Indonesia juga yaa..

Lalu bagaimana dengan produk palsu? Saya pun pernah sekali membeli sebuah tas palsu alias kw disebuah online store. Ketika barang saya terima, ternyata tidak begitu bagus, akhirnya tas tersebut saya jual kembali. Karena permintaan tas-tas kw tersebut cukup tinggi, saya dan sepupu juga pernah menjadi re-seller tas-tas kw, tetapi akhirnya berhenti. Kata kakak ipar yang berprofesi sebagai pengacara "Itu pelanggaran".

---

Pilihan yang penting ngga penting yaaa... Yang pasti sebelum mengambil keputusan, dalam urusan pilih memilih (hal apa pun itu) kita harus melihatnya dari segala sisi, baik itu sisi positif maupun negatif. Dan kalau ternyata apa yang kita pilih salah, bukan berarti kita gagal total. Justru kita bisa belajar dari kesalahan tersebut, agar tidak terulang dikemudian hari.

Lalu, apa pilihanmu?