Translate

Senin, 31 Desember 2018

Menghitung Mundur



Tak ada yang patut untuk dirayakan
Waktu itu semu, sungguhnya dia tak pernah bergerak maju
Detik berdetak mundur menuju akhir kehidupan

Tak usah bersuka cita
Jangan terlena dengan masa
Sejatinya setiap pergantian hari justru mendekatkan kita dengan kematian

Bersedihlah karena waktu yang hilang tak akan terganti
Renungkan cerita yang telah terukir di catatan-Nya
Sudahkah menulis kisah yang diridhoi oleh-Nya, atau masih tenggelam dalam hura-hura tanpa makna?


31.12.2018 - 17:27
Agita Maulani

***

 

Minggu, 16 Desember 2018

Jangan Asal Bicara



Lini masa kembali menuai ramai dengan video yang diunggah salah satu partai. Isinya perihal menentang praktik poligami. Hal ini membuat warganet ramai berkomentar, ada yang setuju, ada pula yang tidak setuju.

Melihat video ini rasanya antara ingin tertawa sekaligus sedih. Ingin tertawa karena dalam video tersebut, kader partai yang juga seorang vokalis band ternama, dengan gagah menyatakan menentang poligami. Sedih karena seakan dia berbicara kebenaran, padahal poligami merupakan syariat agama, hukum Tuhan yang tidak dapat ditentang. Bahkan demi melindungi hak warganya, negara juga ikut mengatur hal-hal terkait poligami.

Tidak mau poligami itu merupakan hak pribadi, silahkan saja. Tetapi sampai menentangnya, ini perkara lain. Menentang poligami berarti menentang syariat agama dan menentang syariat agama termasuk dosa. 

Syariat poligami bukan hukum tetap yang harus dilaksanakan, tetapi bukan pula untuk ditentang. Agama membolehkan dan mengatur poligami untuk kebaikan.

Bagi yang mau dan mampu, silahkan berpoligami. Untuk yang tidak mau, ya sudah cukup satu istri. Bagi yang mau tetapi tidak mampu, jangan nekat. Agama mengatur semua dengan jelas.

Kawan, sebelum berbicara, kenali dan pelajari dengan baik ilmu yang engkau bicarakan agar tidak terlihat konyol dan bodoh. Jangan asal bicara, sekedar bersuara menyampaikan narasi tanpa isi.

Bicara tanpa ilmu tidak akan menghasilkan apa-apa. Apalagi jika bicara hukum agama, hati-hati dengan lisanmu. Jangan sampai mengundang murka Allah pada dirimu.
  

16.12.2018 - 11:32
Agita Maulani

Senin, 29 Oktober 2018

Jangan Menambah Duka


Sekitar pukul 9 pagi kabar tak enak masuk di grup WA teman-teman awak kabin, bahwa Lion Air tujuan Pangkal Pinang hilang kontak tak lama setelah lepas landas.

Tak lama, informasi mengenai penerbangan tersebut masuk. Info yang berisi nomor penerbangan, ETD, ETA, hingga nama-nama kru yang bertugas pagi itu.

Beberapa menit kemudian, kami mendapat konfirmasi bahwa pesawat dengan nomor penerbangan JT610 tersebut jatuh. Informasi ini disertai dengan foto dan video, tetapi kami belum mengetahui lokasi pasti di mana pesawat tersebut jatuh. Kepastian tentang kecelakaan ini didapat setelah pihak Basarnas dan KNKT melakukan konferensi pers.

Hati kami terluka. Bagi para kru penerbangan, apapun perusahaannya, jika terjadi kecelakaan, maka itu adalah duka bersama.

Pilot, co-pilot, dan awak kabin dilatih untuk menghadapi berbagai macam keadaan darurat. Melakukan simulasi untuk kondisi darurat yang biasanya terjadi dalam penerbangan, maka ketika ada pesawat yang mengalami kecelakaan, kami bisa merasakan bagaimana kengerian yang terjadi.

Berbagai informasi masuk, tentunya bukan informasi hoax, tetapi kami tak mengunggahnya di akun media sosial. Kami mengunggah sebatas ucapan belasungkawa. Kami tahu hal ini tidak etis untuk dibagi, etika diutamakan.

Sayangnya, masih ada orang-orang yang dengan mudah berbagi tanpa berpikir akibat yang ditimbulkan, khususnya bagi keluarga korban.

“Itu ada petugas yang share juga”

Petugas Basarnas dan KNKT mengunggah video dan foto tujuannya untuk memberi informasi tentang perkembangan proses evakuasi. Bukan untuk mencari sensasi, membuat menjadi viral atau hanya untuk sekedar like dari para follower.

Kita mengunggah untuk apa?
Apa lagi informasi mengenai kecelakaan sudah tersebar di portal-portal berita.

Jika ingin mengucapkan belasungkawa, cukuplah mengunggah tulisan tanpa disertai foto atau video apapun.

Jangan menambah duka, tapi doakan mereka yang ditinggal oleh keluarga dan kerabat agar diberi ketabahan oleh Allah Subhanahuwata’ala.

Jadilah warganet yang bijak.

28.10.2018 - 18:18
Agita Maulani


***


Selasa, 23 Oktober 2018

Kala Iman Tergadai Rupiah


Di perang Uhud, Mush'ab bin Umair Radhiallahu anhu bertugas memegang bendera. Ketika tangan kanannya dipotong, ia pegang bendera dengan tangan kirinya. Ketika tangan kirinya dipotong, ia jatuh berlutut memegang bendera dengan dada dan lehernya hingga ia terbunuh.

(Raudhah Al-Anwar fi Suriah an-Nabi al-Mukhtar, hal 113, karya syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri)

*

Dahulu ada sahabat Rasul bernama Mush’ab bin Umair Radhiallahu anhu, yang gigih menjaga panji Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam hingga mati terbunuh.

Kini di akhir jaman kita dipertontonkan ulah segelitir orang, dengan ‘gagahnya’ membakar panji yang bertuliskan kalimat tauhid tersebut.

Alasannya tak masuk akal, mungkin memang mereka sudah hilang akal karena iman tergadai rupiah.

الله يهديك
Semoga Allah memberimu hidayah.

... dan kami berlepas tangan atas perbuatan kalian.
Semoga Allah mengampuni dan melindungi kami dari azab-Nya, aamiin.



23.10.2018 - 17:49
Agita Maulani


***

Minggu, 21 Oktober 2018

Belum Tentu Sendiri


Single?
Yakin?
Ah, kau tak tahu isi hatinya, kan?

Yang terlihat sendiri belum tentu hatinya sepi
Bisa jadi ada satu nama yang sudah tertulis di sana, namun dia memilih bungkam
Tak mengumbar asanya pada siapapun, bahkan pada sang pencuri hati

Cintanya tersimpan rapat
Tak berbagi cerita, kecuali hanya pada Tuhannya dia berani bertutur lugas
Menaruh harap agar rindu segera bertemu, dalam ikatan yang diridhoi oleh-Nya


19.10.2018 - 21:49
Agita Maulani


***


Minggu, 14 Oktober 2018

Romantis Itu ...


Romantis tak sekedar merangkai kalimat indah nan puitis, tak sebatas ucapan “Aku cinta kamu”.

Romantis bukan memberi sebatang cokelat dan seikat mawar merah, bukan juga sebuah kejutan bertahtakan intan permata.

Apalah artinya jika semua itu hanya basa basi belaka.
Tindakan nyata yang penuh tanggung jawab jauh lebih berharga.

Romantis itu kala perbuatan sejalan dengan ucapan, bukan pintar menebar rayuan gombal.

Menjalani cerita bersama, bukan pergi saat diterpa masalah.


Tetap setia meski banyak yang menggoda, pandai menjaga diri bukan pandai bermain hati.

Dan ...
Puncak romantis yang sesungguhnya adalah ketika kamu menyebut namanya dalam doa.
Memohon kepada-Nya untuk selalu menjaga dia yang dicinta.
Melangitkan segala harap untuk kebaikkannya, di atas bentangan sajadah pada akhir malam.


06.04.2018 - 11:45
Agita Maulani


***


Selasa, 09 Oktober 2018

Al Fatihah


Beredar di lini masa video Presiden Joko Widodo yang salah melafalkan kata “Al Fatihah” menjadi “Al Fateka”. Ramai orang membicarakannya, tak sedikit yang menyalahkan bahkan mencelanya.

Itulah kita manusia, pandai melihat kesalahan orang lain namun lupa dengan kekurangan sendiri. Bibir ini mungkin mudah mengucap kata “Al Fatihah”, namun apakah tujuh ayat dari surah Al Fatihah sudah kita baca dengan benar?

Bagi umat muslim, surah Al Fatihah tentu sudah hafal di luar kepala karena surah ini wajib dibaca ketika shalat, baik itu shalat fardhu maupun shalat sunnah. Meski sudah hafal dan terbiasa membaca surah Al Fatihah, pernahkah kita memeriksa bacaan kita?

Apakah pengucapan huruf per huruf sudah benar?
Atau jangan-jangan kita tidak bisa membedakan bagaimana membaca huruf أ dan ع

Apakah hukum-hukum bacaan (tajwid) sudah ditunaikan dengan baik?
Atau bisa jadi ternyata kita salah menerapkan hukum bacaan, salah menempatkan mana yang dibaca 2 harakaat, 4 harakaat dan 6 harakaat.

Sebelum menilai orang lain, berkacalah dulu untuk diri sendiri. Daripada lisan sibuk mencela, lebih baik digunakan untuk memperbaiki bacaan Al Quran.

Lihatlah huruf per huruf, baca ayat per ayat dengan seksama. Perbaiki bacaan untuk menyempurnakan pelaksanaan rukun islam yang kedua yaitu shalat, karena syarat sah shalat adalah membaca surah Al Fatihah dengan baik dan benar.

tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Faatihatul Kitaab
(HR. Al Bukhari 756, Muslim 394)

Wallahu a’lam bishshawwaab.



09.09.2018
Agita Maulani


***











Kamis, 20 September 2018

Tak Ada Yang Sempurna


Saat melihat kelebihan seseorang, kau memuji seakan tak nampak cacat pada dirinya.
Kala kekurangan perlahan tersingkap, kau mencaci seakan tak ada sedikit pun kebaikan padanya.
Kau lupa bahwa manusia tak luput dari salah, tak ada yang sempurna.

Setiap manusia pasti memiliki kekurangan, tetapi hal itu bukan untuk dijadikan bahan gunjingan pun dipertontonkan pada khalayak ramai.
Bukan juga sebagai alat untuk saling menjatuhkan.

Kekurangan ada sebagai bahan instrospeksi, saling mengingatkan untuk kebaikan.
Kesalahan bukan untuk terus dipersalahkan, menjadi arena perdebatan.
Kesalahan ada untuk pelajaran bersama agar semakin dewasa dalam bersikap dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi.


16.09.2018 - 10:01
Agita Maulani


***


Selasa, 18 September 2018

Tahan Jari dan Lisanmu


Kala pikiran terasa sempit dan hati pun terasa sesak, tahan jari dan lisanmu.
Tahan jarimu untuk tidak menulis keluh kesah di media sosial, jangan mengumbar masalah di dunia maya.
Tahan lisanmu untuk tidak bercerita kepada orang lain, tidak semua masalah harus dibagi.

Menulis status, berbagi cerita -curhat, sepertinya menyenangkan, membuat hati terasa lega.
Namun itu hanyalah kelegaan sesaat.
Bisa jadi hal tersebut mendatangkan sesal di kemudian hari.

Sesal karena masalah yang kau bagi pada akun media sosial dibaca oleh banyak orang.
Sesal karena ternyata kau bercerita pada orang yang salah.

Mereka yang membaca statusmu di media sosial, juga mereka yang menjadi tempat berbagi cerita, belum tentu berempati dengan masalahmu.
Bisa jadi mereka berbagi kisahmu pada orang lain, hingga cerita menyebar ke sana kemari tak terkendali.
Masalahmu menjadi bahan perbincangan di sana-sini tanpa solusi.

Jika ingin hati dan pikiranmu lapang kala menghadapi masalah, datanglah kepada-Nya.
Mengadu dan ceritakan semua yang kau rasa pada Dia yang Maha Mendengar.
Bukan bercerita pada manusia yang hati dan pikirannya tak dapat kau tebak atau pada dunia maya yang tak nyata.


31.03.2018 - 06:52
Agita Maulani


***




Kamis, 16 Agustus 2018

Di Balik Gempita Kemerdekaan



17 Agustus adalah hari kemerdekaan Indonesia. Banyak kegiatan dilaksanakan untuk merayakannya. Berbagai aktivitas dilakukan oleh masyarakat pedesaan hingga instansi-instasi pemerintahan.

Jika diperhatikan, dari tahun ke tahun kegiatan yang dilakukan kurang lebih sama: upacara, doa bersama, pawai, juga digelar berbagai macam lomba yang diikuti mulai dari anak-anak hingga orang tua.

Tampaknya aktivitas ini terlihat biasa saja karena merupakan kegiatan rutin tahunan. Seluruh masyarakat mempersiapkan setiap acara dengan baik. Tujuannya selain merayakan kemerdekaan negara, juga sebagai hiburan.

Namun beberapa kegiatan sepertinya kurang baik untuk menjadi bagian dari perayaan kemerdekaan. Diantaranya yaitu lomba menangkap ikan yang biasanya dilakukan anak-anak dan pertandingan sepak bola memakai daster yang pesertanya adalah laki-laki.

*

Lomba menangkap ikan banyak disukai anak-anak, selain bermain air juga karena ikan yang didapat boleh dibawa pulang. Berbalut melatih konsentrasi dan ketangkasan, sebetulnya lomba menangkap ikan memberikan contoh kurang baik, yaitu tidak berkasih sayang kepada sesama makhluk ciptaan Allah, karena ikan-ikan hanya dijadikan permainan saja. Padahal kita diperintahkan untuk berkasih sayang dengan semua makhluk ciptaan-Nya yang ada di muka bumi. Bukan hanya kepada sesama manusia saja, tetapi juga kepada hewan dan tumbuh-tumbuhan. Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:

Para pengasih dan penyayang dikasihi dan disayang oleh Ar Rahmaan, rahmatilah yang ada di bumi, niscaya kalian akan dirahmati oleh Dzat yang ada di langit
(HR Abu Dawud No. 4941 dan At Thirmidzi No. 1924)
 
Ah, kan hanya permainan!
Justru di situ persoalannya. Coba perhatikan, setiap ikan yang dibawa pulang tidak pernah bertahan lama. Meski telah dipelihara dengan baik, hanya berselang beberapa hari ikan akan mati, jarang sekali ikan-ikan yang didapat dari lomba hidup cukup lama. Hal ini mungkin karena stres akibat habitatnya terganggu. Bahkan ada yang mengalami luka pada sirip atau bagian tubuh lain karena tersangkut pada jaring kecil yang biasanya digunakan untuk menangkap ikan.
*

Tentang sepak bola, entah dari mana asal muasalnya pertandingan dilakukan dengan menggunakan kostum daster. Mungkin agar pertandingan tampak berbeda. Sayangnya hal ini jelas menyelisih larangan tentang cara berpakaian.

Allah melaknat laki-laki yang meyerupai wanita, begitu pula wanita yang menyerupai laki-laki
(HR. Ahmad No. 3151, 5:243)

Kelihatannya seru melihat para pria berlari mengejar bola sambil menggunakan daster, tapi justur keseruan itu tidak disukai Allah. Padahal sepak bola tanpa kostum daster pun sudah seru dan asyik untuk dipermainkan bersama-sama.

*

Sebetulnya masih ada beberapa kegiatan lain yang kurang baik untuk dilakukan sebagai perayaan kemerdekaan. Selain karena tidak berhubungan dengan apa arti perjuangan untuk kemerdekaan, juga karena kegiatan-kegiatan ini bertentangan dengan perintah-Nya. Pembahasan tidak dibuat panjang karena penulis sudah mengantuk :D

Pesan untuk para panitia perayaaan hari kemerdekaan, ada banyak cara untuk merayakan dan memaknai kemerdekaan, tanpa melanggar aturan-Nya, karena meski kegiatan terlihat seperti permainan biasa, namun hal tersebut tetap akan dimintai pertanggungjawaban oleh-Nya.

Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya
(QS Al Muddatstsir 38) 

Barakallaahufiikum.
 
 ***

16.08.2018
Agita Maulani

 



Jumat, 27 Juli 2018

Berkawan Dengan Pahit


Walau tak enak, ternyata pahit tetap memiliki makna
Seperti pahitnya obat yang menyembuhkan, atau pahitnya cerita hidup yang memberi pelajaran

Tersenyumlah meski hati berselimut duka
Berkawanlah dengan luka yang mendera

Bersyukurlah meski getir tengah melanda
Tak mungkin kau nikmati rasa manis jika tak pernah mengecap apa itu pahit

Tak usah gundah
Kelak ada hikmah yang kau tuai, ada bahagia yang akan menyapa

*
Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui
(QS. Al Baqarah: 216)

Yakinlah, ada sesuatu yang menantimu setelah banyak kesabaran (yang kau jalani), yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa betapa pedihnya rasa sakit
(Ali bin Abi Thalib)

***

24.07.2018 - 17:16
~Agita Maulani~ 


Jumat, 15 Juni 2018

30


Tak terasa waktu berlalu
Hari ini kembali datang
Menyapa, ingatkan tentang masa-masa yang telah dilewati
Perjalanan panjang dengan banyak cerita

Genap 30 tahun menjejak dunia
Bukan waktu yang singkat
Detik berdetak tanpa henti
Masih ada kisah yang akan terus dijalani, entah sampai kapan

Tak ada yang tahu berapa lama manusia akan menapaki dunia
Jadikan usia sebagai pengingat tentang masa yang terbatas
Akan tiba waktunya semua terhenti

Resapi pertambahan usia dengan hati
Bahwa usia bukan sekedar angka ataupun tentang menjadi tua
Namun dari perjalanan usia, berapa banyak kebaikan yang dapat dijadikan bekal untuk kemudian hari
Kala semua pergi dan hanya amal baik yang menjadi teman sejati


1 Syawal 1439 H
15 Juni 2018
09:37

~Agita Maulani~

***



Jumat, 25 Mei 2018

Senja Di Bulan Ramadhan


Terdengar denting dari sendok dan garpu yang beradu di atas piring
Sesekali ada tawa menyertai mereka yang sedang menyantap hidangan buka puasa bersama keluarga

Kaki-kaki melangkah menuju surau, memenuhi panggilan-Nya
Senyum dan sapa dari mereka yang telah menang melawan hawa nafsu sejak terbit hingga terbenamnya matahari, hangatkan senja di bulan Ramadhan

Jiwa-jiwa tertunduk khusyuk menjalankan ibadah
Hati dan pikiran larut dalam syahdunya siraman rohani para ulama

Di sudut kota, nampak sepasang kaki menjejak mantap
Di saat orang-orang mengakhiri hari dan kembali ke rumah, berkumpul bersama orang-orang terkasih, dia justru baru saja melangkah untuk mencari nafkah

Dunianya tak serupa dengan mereka
Dunianya seakan tak mengenal hari
Dunianya tak memiliki aturan baku tentang waktu

Terkadang harinya bergulir sejak pagi hingga petang
Tak jarang pekerjaan dimulai kala senja hingga tengah malam

Terukir lelah di raut wajah
Namun dia tetap tersenyum menjalaninya

Semoga ikhtiarmu membawa berkah
Kelak lelahmu akan berbuah indah

Selamat bekerja
Selamat menjemput rezeki dari-Nya
Selamat menikmati hari-harimu yang luar biasa


25.05.2018 - 09:25
~Agita Maulani~


***



Kamis, 24 Mei 2018

Rindu dan Kamu


Aku menyukai rindu
Walau rindu ada karena jarak
Meski rindu tak kunjung temu

Aku menyukai rindu
Walau rindu berteman sepi
Meski rindu disimpan sendiri

Aku selalu menyukai rindu
Bagiku rindu bukan sekedar rasa
Rindu itu dirimu

Rindu dan kamu
Ada persamaan di sana, yaitu tiga konsonan pada kata rindu yang juga terdapat pada namamu, Tuan ...
... maka aku selalu menyukai rindu, karena pada rindu di situ ada kamu.


18.04.2018 - 15:02
~Agita Maulani~


***



Senin, 14 Mei 2018

Bicaralah


Jika aku salah, bicaralah
Beri tahu di mana letak kesalahanku agar tak terulang salah yang sama

Jika aku keliru tak perlu sungkan untuk menegur
Nasehati aku agar belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik

Bukankah cinta seharusnya begitu?
Tak membiarkan kesalahan, saling mengingatkan untuk kebaikan

Diam tak menyelesaikan masalah
Diam justru bisa menambah masalah

Menumbuhkan persepsi antara aku dan kamu
Bermain-main dengan pikiran, dugaan yang belum tentu benar

Kita ....
Pikiranmu dan pikiranku memang tak sama
Memang begitu adanya

... maka bicaralah


24.09.2017 - 20.30
~Agita Maulani~


***


Minggu, 29 April 2018

Jangan Lukai Hati Wanita


Wanita bisa tertawa meski hatinya terluka
Masih bisa tersenyum walau hatinya patah

Dia pandai berpura-pura
Berkata, “Tidak apa-apa” padahal ada duka di hatinya

Wanita pintar bersandiwara
Tampak tegar di luar padahal dalam hatinya menangis

Dia  sembunyikan perasaannya dalam-dalam
Hanya pada Tuhan dia bercerita tentang goresan luka hati

Dia mengadu karena percaya setiap tetes air mata yang jatuh dihadapan-Nya tak ada yang sia-sia

... maka jangan lukai hati wanita, karena kau tak pernah tahu apa yang diadukan pada Tuhannya


19.03.2018 - 06:50
~Agita Maulani~


***

Jumat, 20 April 2018

Arti Hadirku


Aku bukanlah sebatas teman suka cita, namun aku juga teman untuk berbagi cerita duka

Aku selalu ada di sisimu karena hadirku bukan untuk singgah sejenak


Bukan hanya untuk hari ini, tetapi untuk esok dan selamanya

Tidak hanya untuk sehidup semati, tetapi bersama hingga di surga-Nya

Hapus semua ragu, hilang segala bimbang

Tetapkan hati hanya padaku seperti aku yang telah memantapkan diri untuk memilihmu

Jangan lagi ada tanya mengapa aku hadir di hidupmu, karena aku dan kamu adalah takdir yang tak dapat disangkal


06.03.18 - 22:39
~Agita Maulani~


*** 


Sabtu, 17 Maret 2018

Topeng Kehidupan



Ada dua sisi kepribadian, baik dan buruk
Juga terdapat dua sisi kehidupan, putih dan hitam

Baik tampak di permukaan
Buruk tersembunyi dalam-dalam

Putih dipertontonkan
Hitam disimpan rapat-rapat

Jangan terperdaya dengan penampilan dan tutur kata
Sikap tak selalu mencerminkan isi hati

Yang terlihat baik tak selalu benar-benar baik
Pun yang tampak buruk belum tentu betul-betul buruk

Kalimat bijak mengatakan, “Apa yang ada di hati terlihat melalui lisan dan perilaku.”
Sayang, nyatanya manusia pandai bermain peran

Bibir bertutur, raga bersikap
Namun apa yang ada di hati dan pikiran tak dapat ditebak

Penampilan sempurna penuh sandiwara
Kepura-puraan untuk sebuah reputasi

Imitasi
Imaji belaka

Roda kehidupan terus berputar
Ada saatnya kebenaran berbicara

Akan tiba waktunya semesta membuka topeng si pemain peran
Menampakan wajah asli yang tak pernah  diduga

Dia yang baik ternyata menyimpan sebuah kelam
Dia yang dipuja ternyata penuh dusta

Hiraukan
Tak usah risau

Jadikan luka sebagai pelajaran
Biarkan duka mengajarkan

Jangan berdusta jika tak ingin dikhianati
Jangan membuat luka jika tak ingin disakiti

Gunakan nurani dan akal sehat
Jujurlah dan jangan bermain watak

Kebohongan tak memiliki tempat di muka bumi
Serapi apapun terbungkus, kebenaran akan merobek sampul kepura-puraan


16.03.2018 - 17:30
~Agita Maulani


***


Senin, 12 Maret 2018

Bijaklah Dalam Menggunakan Kata


Saya melihat foto di atas pada unggahan akun instagram @nikahasik dan terkejut membaca redaksional pesan layanan masyarakat yang dibuat oleh Satlantas Polres Bogor tersebut.

Menggunakan kondisi status - janda, sebagai bahan iklan layanan masyarakat, sungguh bukan hal yang bijak. Apa lagi kesan yang terdapat pada tulisan tersebut negatif.


*

“Bunda tidak mau jadi janda.”

Memang kenapa kalau jadi janda?
Hinakah?

Kematian itu pasti, takdir setiap manusia.
Memang manusia bisa melawan takdir?
Bisa jadi pak suami ‘pergi’ lebih dulu, karena kecelakaan, sakit, atau tanpa sebab. Jadi setiap wanita memiliki kemungkinan menyandang status janda, karena memang tidak ada wanita berstatus duda kan?


*

“Apa lagi ayah cari janda.”

Masih bagus jika pria anda melirik janda, itu tandanya dia masih sehat, masih normal, karena yang dia lirik seorang wanita, bukan melirik duda alias pria, mau ditaruh di mana harga diri anda?
*ups, sorry for the sarcasm
 
Kalimat “Apa lagi ayah cari janda”,  memberi tendensi negatif, seakan janda itu ‘bahan’ - bahan untuk ‘dicari’ alias digoda, menjadi simpanan, selingkuhan, begitulah ....

Wanita normal, wanita baik-baik, entah itu berstatus janda atau bukan tidak ada yang suka digoda.

Sungguh, status janda tak sebecanda itu. Bukan untuk dijadikan bahan candaan, bukan pula sebagai bahan sindiran.

Ada banyak kisah dari para ibu tunggal yang tidak diketahui banyak orang. Perjuangan menjalankan dua peran, sebagai seorang ibu sekaligus seorang ayah.

Masalah domestik rumah tangga, keuangan, pekerjaan, membesarkan anak, banyak dijalani sendirian. Tidak jarang masalah-masalah rumit nan pelik pun dihadapi sendirian.

Tapi sayang di jaman yang semakin maju, di negara yang katanya sedang revolusi mental, nyatanya kondisi seseorang masih saja dibuat bahan candaan.

Parahnya digunakan sebagai redaksi iklan layanan masyarakat. Membuat iklan yang menarik tidak harus seperti itu kan?

Jika yang berstatus janda itu adalah ibu, putri, atau kerabat kalian, relakah dijadikan bahan candaan?

So please, bijaklah menggunakan kata-kata!


12.03.2018 - 21:00
~Agita Maulani~

***