Sosokmu ramah membumi
Tutur katamu mengundang
simpati
Sikapmu terlihat rendah
hati
Kau yakinkan kami untuk
berjuang bersamamu di atas kapal bernama demokrasi
Akhirnya, kami menemukan
sang penyejuk hati
Setelah sekian lama para
aktor politik membohongi
Sungguh cerita ini harus
segera diselesaikan, rakyat sudah haus akan kesejahteraan
Dulu ....
Iya itu dulu, kala kau
merendah di hadapan kami, seakan engkau bagian dari kami
Kisah lalu tentang
demokrasi yang ternyata sekedar basa-basi
Cerita lama, tak ada
beda antara kau dan yang lain, sejenak menarik perhatian para simpatisan, kemudian kau tinggalkan
Lagu lama, memang
seharusnya sudah dapat diduga bahwa langkahmu hanyalah setitik air di gurun
pasir, tak mampu menghilangkan dahaga rakyat yang getir
Kini kau tampak asing,
tak seperti yang kami kenal dulu
Apa karena kini kau
duduk di singgasana mewah bernama kekuasaan sehingga tak mau lagi dekat dengan
kami si rakyat jelata?
Suaramu terdengar lantang,
langkahmu mantap berjuang, tapi entah untuk siapa, yang pasti bukan untuk kami
Kami mencari keadilan kau tak ada, bersembunyi
di balik pintu megah istana
Kau lupa akan asal usulmu
Dulu kau bagian dari kami, bersama kami
Kau yang meminta kami merestui tulusnya perjuanganmu yang ternyata palsu
Kau rusak kepercayaaan dengan pengkhianatan
Duhai penguasa,
Sepenting itukah kuasa
bagimu?
Sampai kau lukai rakyat
demi sebuah tahta
Padahal kuasamu ada karena kuasa-Nya
Bahwa kuasamu adalah amanat dari-Nya, untuk kami si rakyat jelata
Tidakkah kau takut
akan pertanggungjawaban ulahmu pada Sang Maha Kuasa?
#30DayWritingChallenge
#30DWC
#30DWCJilid5
#Day28
Tidak ada komentar:
Posting Komentar