Translate

Jumat, 21 April 2017

Amanda dan Hari Kartini


“Assalamualaikum ayah dan bunda. Sehubungan dengan peringatan Hari Kartini pada tanggal 21 April, kami ingin menginformasikan bahwa akan diadakan beberapa kegiatan, yaitu lomba mewarnai,  pagelaran pakaian adat yang akan diperagakan oleh siswa siswi TK Mutiara Indonesia dan bazar. Mohon bantuan ayah dan bunda untuk mempersiapkan putra putrinya. Bagi ayah dan bunda yang ingin berpartisipasi untuk bazar silahkan menghubungi pihak sekolah. Wassalam.” isi pesan di grup whatsapp sekolah Anisa, putri semata wayang Amanda.

Amanda yang sedang bersiap-siap untuk meeting pagi di kantornya menggerutu dalam hati “Kenapa setiap Hari Kartini anak-anak selalu mengenakan pakaian adat? Apa hubungannya perjuangan Kartini tentang persamaan hak untuk wanita dengan pakaian adat?”

Teringat perayaan Hari Kartini tahun lalu, Amanda harus membujuk Anisa agar mau mengenakan pakaian adat. Umurnya kala itu baru lima tahun, tetapi Anisa sudah bisa memilih gaya berpakaiannya sendiri.

“Aku ngga mau pakai rok bu ....” rengeknya, ketika Amanda memakaikan setelan kebaya pada Anisa.

Anisa pun menampakan ketidaksukaannya ketika Amanda sedikit memberikan lipstik dan bedak di wajahnya.

“Aku ngga suka ada yang nempel-nempel di muka aku” begitu katanya.

Arti dari nama Anisa adalah wanita, namun Amanda tidak melihat sisi kewanitaan pada diri putrinya. Anisa cenderung tomboy, tidak suka menggunakan rok. Hobinya bermain bola dan sepeda.

*

Setiap pulang bekerja, Amanda selalu menyempatkan waktu untuk berbincang-bincang dengan Anisa. Waktu bersama putrinya memang tak banyak, hanya malam hari dan akhir minggu saja. Resiko yang harus Amanda tanggung sebagai seorang ibu bekerja.

"Ade hari ini ngapain aja di sekolah?" tanya Amanda pada Anisa.

"Main" jawab Anisa singkat, sambil asyik bermain dengan legonya.

Bagi Anisa sekolah adalah tempat bermain, bukan belajar. Amanda sendiri merasa puas dengan metode pengajaran di sekolah Anisa. Anak-anak dibuat  seperti tidak sedang belajar, tetapi seperti sedang bermain-main, sehingga mereka selalu antusias mengikuti setiap kegiatan-kegiatan yang ada.

“Bu, tadi kata ibu guru nanti aku ke sekolah ngga pakai seragam, tapi pakai baju adat. Baju adat itu apa bu?” tanya Anisa.

“Baju adat itu pakaian tradisi khas daerah, seperti baju yang dulu pernah ade pakai, itu namanya kebaya” Amanda mencoba menerangkan.

“Ah .... Aku ngga mau pakai baju itu lagi bu, aku ngga suka pakai rok.”

“Tapi kan kata sekolah ade harus pakai baju adat, masa ade ngga nurut apa kata sekolah.”

“Aku mau pakai baju adat tapi yang bukan rok bu, yang celana aja, ada ngga bu?”

Amanda tertawa mendengar pertanyaan Anisa.

*

Hari sabtu Amanda mengajak Anisa ketempat penyewaan kostum. Amanda ingin Anisa sendiri yang memilih pakaian adat yang akan dipakainya nanti. Ternyata tindakan Amanda tepat, Anisa tampak asyik melihat-lihat pakaian adat yang beraneka ragam warna dan model. Pilihan Anisa jatuh pada pakaian adat dayak. Anisa suka dengan hiasan kepala pada pakaian adat tersebut. Amanda lega akhirnya putri kecilnya mau mengenakan rok tanpa perdebatan panjang.

*

Hari Kartini, saatnya Anisa untuk mengenakan pakaian adat dayaknya, ia tampak bersemangat. Namun lagi-lagi protes muncul dari bibir mungilnya kala Amanda mendandani wajahnya.

“Memang harus pakai ini ya bu?” tanya Anisa sambil menunjuk bedak yang dipegang Amanda.

“Kan baju ade udah bagus, biar makin cantik ade pake bedak sedikit ya ....” bujuk Amanda.

Hari ini Amanda ijin untuk datang kekantor agak terlambat karena ingin mendampingi Anisa di sekolah. Sebagai ibu tunggal Amanda harus pintar berbagi waktu dengan putrinya. Sehari-hari Anisa diurus oleh pengasuh, maka jika ada kegiatan-kegiatan di sekolah, Amanda selalu meluangkan waktu untuk Anisa.


Selesai acara di sekolah, Amanda langsung bergegas menuju kantor. Dalam perjalanan Amanda merenungi tentang Kartini. Berkat perjuangan Kartini, wanita-wanita Indonesia saat ini dapat melakukan hal-hal yang juga dilakukan oleh pria: bersekolah dan bekerja. Jika tidak ada perjuangan seorang Kartini, entah bagaimana para ibu tunggal seperti dirinya dapat membesarkan, mendidik dan menafkahi anak-anak sendirian.

***


#30DayWritingChallenge
#30DWC
#30DWCJilid5
#Day11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar