Rindu?
Iya.
Lalu?
Entahlah, aku juga
bingung. Aku pertahankan atau aku lepaskan rindu ini.
Lepaskan!
Teorinya gampang, pada
prakteknya sejuta kali aku mencoba melepaskan justru rindu semakin menancap tajam.
Ikhlaskan!
Aku merenungi kata
ikhlas. Mungkin itu sebabnya rindu masih bersemayam, aku mungkin melepaskan
tetapi belum mengikhlaskan.
Aku melepasmu dari
sisiku tetapi tidak dihatiku. Aku masih bertahan dengan rinduku padamu.
Bagaimana caranya
mengikhlaskan?
Lupakan!
Lupakan?
Iya lupakan. Engkau
mungkin melepaskan tetapi belum melupakan. Ia masih ada di hati dan pikiranmu,
bahkan engkau masih mendoakannya.
Memang salah jika aku mendoakannya?
Doa adalah ungkapan
rasa cinta yang paling tinggi. Kala engkau mencintanya engkau selalu
mengingatnya, engkau mohonkan segala kebaikan untuknya. Tak salah, tapi mau
sampai kapan? Rindu bagaikan duri, semakin menancap maka akan semakin sakit
kala harus dilepaskan.
Entahlah ....
Egoislah sedikit. Berdoalah
untuk dirimu, agar hatimu terlepas dari jerat rindu. Berdoalah agar Dia segera
memberimu cinta yang baru.
Aku menghela nafas
“Baiklah ....”
*
Untuk hati,
Mungkin sekarang engkau
rasakan sakit dari tajamnya rindu yang perlahan engkau lepaskan, tapi percayalah
lukamu akan segera terobati.
Duhai hati,
Untukmu aku selalu ada,
menjagamu dalam doa.
#30DaysWritingChallenge
#30DWC
#30DWCJilid5
#Day2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar